Aunty Barbar

24 2 0
                                    

Jangan lupa VOMENT, FOLLOW, & SHARE cerita ini. Thankyou!

•••

Liona yang baru selesai mandi sore, masih mengenakan bathrobe biru muda, tengah menggeledah lemari mencari pakaian ganti. Hingga kemudian suara pintu kamar yang terbuka disertai dering telepon di dekat nakas tempat tidurnya mengalihkan atensi.

"Siapa yang menelponku, Kakanda?" Tanyanya pada Diego yang menghampiri nakas untuk membantu mengambil ponsel istrinya.

"Aunty Barbar, Adindaku." Jawabnya sambil nyengir kuda. Liona terkekeh sebelum kemudian mengambil alih ponselnya.

"Hal-"

"Good afternoon darling! How are you? Udah mandi? Udah makan? Udah dapet afternoon kiss dari Ayang?" Liona menjauhkan ponselnya dari telinga.

Mengernyit, menahan dengung akibat cemprengnya suara adik sepupu ibunya itu yang memiliki jarak usia tiga tahun lebih tua darinya.

"Aunty..." Keluhnya yang dibalas tawa oleh wanita di seberang sana.

"Apa kamu ada waktu, darling? Bisa kita motoran malam ini? Nyari makan di lapak kaki lima, hm? Aunty lagi kepengen makan nasi goreng pete Mang Badar plus sate Padang Uda Joni" Ucapnya.

Liona menoleh ke arah suaminya yang sudah mengambil handuk, bergantian hendak mandi sore juga. Diego yang merasa ditatap menaikan sebelah alisnya bertanya.

"Motoran nanti malam sama Aunty, boleh? Dia kepengen makan nasi goreng Mang Badar sama satenya Uda Joni." Ujarnya disertai tatapan memohon.

"Motoran malam-malam?" Diego nampak tak suka mendengar hal itu.

Ayolah, dia sangat overprotektif pada anak dan istrinya. Motoran malam-malam di kota besar? Diego hanya takut ada orang yang berniat jahat pada istrinya.

"Hellowww? Spadaaa! Ada human disana?!"

"Biar Kakanda bicara pada Aunty, boleh?" Tanya Diego yang diangguki Liona.

Setelahnya Diego mengambil alih ponsel itu dan menyetelnya dalam mode loundspeaker. Sementara Liona sudah bergerak mengganti baju di belakang punggung suaminya. Setelan sore ini hanya kaus oblong oversize bewarna hitam dan celana training hitam les merah. Sangat sederhana untuk ukuran istri orang terkaya nomor satu di negara itu. Tapi itu lah Liona.

"Halo?"

"Oh, Halo menantu tampanku! Kenapa kamu yang ambil alih, hah? Where is My Darling Liona Samrezi?"

"Liona Grissham!" Tekan Diego, nampak tak suka seolah marganya tak diakui oleh orang yang merupakan bibi dari istrinya itu.

Liona di belakang sana hanya menggelengkan kepala sambil menahan tawa. Tingkah absurd bibinya ditambah kakunya Diego merupakan perpaduan yang membuat kepala rasa ingin pecah.

"Okey... Okey... Jangan angry angry with your beautiful aunty, ok?!" Diego hanya berdehem sebagai jawaban, membuat wanita di seberang telepon merengut kesal.

"Kenapa Aunty ajak istriku motoran malam-malam? Apa Aunty tidak takut bahaya? Ini kota besar Aunty, banyak penjahat yang mengintai. Apalagi perempuan." Ucap Diego mengutarakan kecemasannya.

"Ulala, Diego! You fikir your Aunty ini selama hidup tinggal dimana, hah?! Pedalaman hutan? Dalam goa hantu? Atau di dasar samudera?." Oceh wanita itu membuat Diego menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. "Sudah berapa lama kamu menguasai My darling?! Moge dalam garasi itu sudah berdebu! Setebal apa debunya sekarang? Mungkin sudah setebal alis ibu-ibu komplek saat datang hajatan!" Sambungnya.

CINTA TERAKHIR TUK MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang