Juan Bertemu Papa

57 3 0
                                    

DOUBLE UPDATE darling...
Jangan lupa VOMENT, FOLLOW, & SHARE. Thankyou!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.




"Ayah, hari ini jadi 'kan ke taman bermain?." Tanya seorang anak laki-laki berbadan gempal sambil menggenggam tangan sang ayah.

"Jadi dong, Raka. Ayah 'kan sudah janji. Tapi kita pulang dan makan siang dulu di rumah ya, Ibu sudah masak makanan kesukaan kamu!." Jawab sang ayah sambil mencubit pelan ujung hidung anaknya yang tertawa riang.


Kedua ayah dan anak itu masuk ke dalam mobil dan meninggalkan gedung bertingkat yang merupakan salah satu sekolah dasar terbaik di kota itu. Seorang anak laki-laki yang menunggu sambil berdiri di dekat pagar sekolah hanya bisa tersenyum sedih. Dia menunduk, menatap sepatu yang diproduksi oleh salah satu brand ternama yang dipakainya.


"Juan, adikmu nangis tuh di koridor!" Ucapan seorang anak laki-laki mengalihkan perhatiannya dan membuat raut wajah yang selalu datar dan dingin itu berubah cemas.


"Dimana?"


"Koridor kelas satu." Jawab anak laki-laki berambut ikal itu.


Tanpa banyak bicara, anak laki-laki bernama Juan itu langsung berlari menuju tempat yang tadi disebutkan temannya. Disana dia melihat seorang gadis kecil dengan rambut kuncir kuda berpita sedang menghapus air matanya namun masih sesenggukan. Beberapa teman perempuannya nampak sedang mencoba menghiburnya dan membujuknya ke UKS.


"Leti!." Gadis yang sedang menangis itu langsung menoleh ketika namanya dipanggil. Dia semakin menangis sambil menghampiri Juan dan meminta dipeluk oleh anak laki-laki yang lebih tua dua tahun darinya itu.


"Ka-kakiku... sakit kak..." Adunya.


"Kenapa bisa sakit? Kamu jatuh? Siapa yang dorong?" Tanya Juan sambil mengelus puncak kepala gadis kecil yang masih memeluknya erat.


"Dia jatuh sendiri, kak Ju-"


"Aku tidak tanya kamu!" Gadis berambut keriting itu terdiam dan saling tatap dengan kedua gadis lain. Ada rasa takut yang terpancar di mata mereka bertiga.

"Leti jatuh sendiri, kakak... Tapi mereka menertawakan Leti..." Adu si gadis kecil dengan nama Leticya Albert Grissham yang menempel di salah satu bagian seragamnya.


Mata tajam Juan seolah menghunus ke arah tiga orang gadis kecil yang menjadi adik kelasnya itu. Ketiganya langsung berlari menjauh dari sana, meninggalkan Leticya dan Juan yang masih berpelukan.


"Apa semua guru sudah pulang? Ayo kita obati dulu kakimu." Ajak Juan yang dijawab gelengan oleh Leticya.

"Leti tidak luka, hanya merasa sakit dan malu." Ungkapnya dengan kepala menunduk usai melepaskan pelukannya.


"Mana coba kakak lihat-"

"Leti cuma mau gendong, boleh?" Pertanyaan itu membuat Juan mendengus kesal, namun tetap menuruti keinginan gadis kecil kesayangannya itu.


Alhasil Juan menggendong Leticya di punggungnya dan berjalan menuju gerbang sekolah untuk menunggu jemputan. Saat mereka hampir sampai ke arah gerbang, sepasang muda-mudi yang mereka kenal langsung memanggil dan menghampiri Juan juga Leticya.


"Ya ampun, Leti... Kasihan dong Kak Juan!" Gemas laki-laki yang tak lain adalah Louis sambil membantu Leticya turun dengan aman dari punggung Juan.


"Kak Juan bilang Leti tidak berat, kok. Uncle Louis dan Aunty Karina santai saja!" Jawab Leticya dengan senyum manisnya yang membuat Louis menepuk jidatnya sendiri.

CINTA TERAKHIR TUK MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang