i: hari biasa sebagai driver ojek

54 13 19
                                    

Warning:

Fiksi ini mengandung adegan kekerasan, monsters, darah serta adegan sensitif/menjijikkan lainnya. Pembaca diharapkan untuk bijak dalam membaca.

---

"Bapak, ayo jadi Purifikator terregistrasi lewat saya, prosesnya sebentar saja kok!"

Mustafa, yang tertidur di gubuk kayu-nya dengan nyenyak, tiba-tiba terjatuh dari kasur. Bagaimana tidak? Setelah ia membuka mata-nya, ia disambut oleh pemandangan si gadis SMA itu menempelkan pipi-nya di kaca rumahnya!

"Aduh!" Mustafa memegangi pinggangnya yang nyeri. "Aku kan sudah pernah menolak!" Mustafa mendengus kesal dan menutup gordennya.

Lumayan effort juga juga gadis itu! Gubuk ini ada di lantai 32! Menjulang tinggi di langit, bersamaan dengan gubuk-gubuk kayu lainnya!

Ia menggelengkan kepala dan menutup mata-nya, menuju ke dunia mimpi yang nyaman...

Namun, dunia mimpi yang ingin ia capai direngut dari-nya, begitu juga dengan selimut nyamannya yang sudah ia tambal sana-sini. Sinar matahari segera menyergap ruangannya yang porak-poranda.

"Sudah jam 8! Nanti Bapak terlambat kerja!" Gadis itu melihat Mustafa dari atas, satu tangannya ada di pinggangnya, satu tangan menggenggam selimutnya.

Mustafa mengerang dan membalikkan tubuhnya. Ia lupa gadis itu punya kekuatan teleportasi, merepotkan saja.

"Aku driver ojek, aku bisa bekerja kapanpun semauku," Mustafa menggerutu, kini ia menutup telinganya dengan bantal.

"Hm, begitu ya," gadis itu melihat ke sekelilingnya. Bungkus mi instan dimana-mana, piring-piringnya juga belum dicuci, ada tumpukan baju di dekat setrika, kelihatannya ada niat seseorang untuk menyetrika disitu, namun gagal dan akhirnya baju yang diambil dalah baju yang ada di tumpukan, tidak tersetrika. "Bapak kenapa engga bersih-bersih sih? Meskipun Bapak nggak punya istri, bersih-bersih rumah tuh basic skill! Basic skill!" gadis itu menyerocos, tidak memberikan Mustafa kesempatan untuk tidur.

"Duh... berisik!" Mustafa melempar bantal ke arahnya, yang Bunga bisa hindari dengan cepat dengan berteleportasi ke samping. "Daripada kamu masuk ke rumah orang tanpa izin lebih baik kamu bersekolah, anak tengil!"

Bunga mengerucutkan bibir.

"Aku sudah izin dari sekolah untuk kerja kok,"

"Kerjaanmu mengganggu orang?" Mustafa menyerah dan akhirnya duduk terbangun, mengusap-usap matanya, dan melihat pemandangan di luar jendelanya.

"Pekerjaanku adalah memastikan para pemilik superpower seperti Bapak menjadi Purifikator terregistrasi," Bunga menuju ke arah dapur, menggelengkan kepala akan piring-piring kotor di si keran cuci piring. Ia menyalakan keran, dan membuka kulkas se akan-akan ruangan ini adalah dapur rumahnya sendiri. "Bapak biasanya makan apa sih? Ngga ada apa-apa di kulkas Bapak." Bunga mengambil tomat yang sudah lembek dan berair, membuat muka jijik, dan membuangnya.

"Bahan makanan mahal, aku biasanya beli di warteg tau,"

"Pak, susu ini sudah kedaluarsa 2 bulan lalu," Bunga menunjukkan susu 1 liter dari kulkas, dan membuangnya.

"Hey, jangan mengotak-atik kulkas Bapak," Mustafa mengusap kepalanya, padahal tidak pusing. Ia lalu beranjak dari kasur dan menuju ke dapur, membuka bungkus mi instan kuah.

"Pak, tunggu!" tangan Bunga tiba-tiba mengambil bungkus mi instan yang Mustafa buka. "Aku tambahin sedikit sayur sama protein, ya? Biar lebih sehat dikit!"

Mustafa hanya bisa melihat dapur-nya semakin diporak-porandakan ketika gadis itu mulai memasak. Terlebih lagi, gadis itu juga sudah menyiapkan 2 mangkok untuk makan bersama. Padahal hal yang paling ia inginkan adalah gadis itu untuk keluar dari rumahnya, dan bukannya malah makan bareng!

PurifikatorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang