[ Cp. 14 ]

4.2K 280 4
                                    


Keesokan harinya. Asher turun dari tangga dengan hati yang sangat bahagia.

Karna apa? Tentu saja karna motor barunya tersebut.

"Goodmorning everyone!!" ujarnya dari anak tangga membuat semua yang ada di sana menengok ke arahnya.

Chaterine tersenyum ikut gembira, Andrian dan Rizard hanya tersenyum kecil.

Lain hal dengan Ivan yang memutar bola mata malas, menampilkan ekspresi julitnya.

"Berisik lo! Pagi-pagi teriak, ini mansion bukan hutan.." ucapnya.

Karna Asher sedang dalam suasana hati yang sangat baik, jadi dia tidak menanggapi ucapan Ivan.

Asher pun berjalan lalu duduk di salah satu kursi dan acara sarapan pun di mulai.

"Sayang, aku berangkat" pamit Andrian lalu mencium kening sang istri.

"Mom, aku juga berangkat" timpal Rizard mencium tangan dan pipi Chaterine.

Setelah dua pria itu pergi ke kantor, Ivan dan Asher pun juga pamit ke sekolah.

"Mom, biasa.. Minta duit" ucap Ivan.

Chaterine hanya bisa menghela nafas, dia mengeluarkan uang pecahan 50 ribu.

"Thanks mom, hehe.." ucap Ivan lalu berjalan menuju motor sport miliknya.

Chaterine menggeleng pelan, setelah itu dia pun menatap Asher.

"Sayang, kamu hati-hati ngendarain motornya ya.. Hm.. Atau kamu di anterin pak Damar aja? Mommy takut nanti kamu kenapa-napa.." ucap wanita itu dengan ekspresi khawatir.

Tanpa sadar Ivan menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan sebelum benar-benar berangkat ke sekolah.

"Tenang mom, gak usah khawatir. Aku gak akan kenapa-napa kok, lagian ke sekolah doang mah gak bakal mati" ucap Asher melupakan kejadian yang menyebabkan dia mati dan berpindah raga.

Chaterine menghela nafas, rasa khawatir masih terlihat sangat jelas di wajahnya.

"Udah ya mom, aku mau berangkat. Byee..". Asher mencium tangan dan pipi Chaterine lalu berangkat ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, Asher menjadi tatapan beberapa murid terlebih para murid perempuan.

Mereka penasaran karna Asher memakai helm full face jadi wajahnya tak terlihat.

Dan ketika dia membuka helm, tatapan para murid di sana berubah dari kekaguman menjadi ketidakpercayaan.

Dengan mengabaikan tatapan mereka, Asher berjalan masuk ke dalam sekolah.

Ekspresinya terlihat sangat bangga, dia kini merasa dirinya paling keren sedunia.

Namun itu buyar seketika saat tiba-tiba Asher terjatuh karna tersandung kaki seseorang.

"Monyet, Siapa yang naro kaki di situ sih?!" ujarnya.

Dia mendongak dan mendapati gadis yang pada saat itu mengejeknya.

"Ups, sorry.. Siapa suruh jalan gak liat-liat" ucap gadis bername tag Jenny itu.

Rahangnya mengeras, tangan dia juga ikut mengepal. Asher menatap Jenny dengan tatapan seakan dia ingin mencabik-cabik gadis itu.

Tapi Karna mengingat sekarang dia punya motor impiannya, Asher menghela nafas panjang.

Dia berdiri lalu tersenyum ke arahnya, bukan senyuman manis melainkan senyuman yang sangat menyeramkan.

Lalu Asher pun beranjak pergi menuju kelasnya. Jenny yang melihat itu berekspresi sinis dan jijik.

"Najis banget sih gue harus sekolah bareng banci kayak dia, ew.." ucapannya.

"Kita juga najis satu sekolah bareng lonte kayak kalian" ucap seseorang dari arah belakang.

Jenny serta kedua temannya pun menengok dan mendapati para pangeran sekolah.

Siapa lagi kalo bukan Zavian, Arga dan tiga antek-anteknya yang lain yaitu Arkha, Key dan Byan.

Yang tadi berkata itu adalah Byan.

"Minggir" perintah Zavian dengan nada dan ekpresi datar mengintimidasi.

Jenny dan dua temannya segera menyingkir ke samping, Zavian serta antek-anteknya yang lain pun lanjut berjalan.

Namun Arkha sempat berhenti sejenak. "Kalo mau ngatain orang, itu ngaca dulu dek"

Kata-katanya itu tentu saja di tujukan untuk Jenny dan kedua temannya.

☘︎•☘︎

"Asher!!"

Baru saja mendudukkan diri di kursinya, dia sudah mendengar suara yang tidak ingin ia dengar memanggilnya.

"Apa?" tanyanya dengan malas.

Gea berjalan lalu duduk di tempat duduk sebelah Asher, dengan senyuman manis yang menurut Asher menyeramkan.

"Gak pa-pa, oh ya.. Itu di luar motor kamu?"

"Hm"

"Ohh.. Hehe.. Boleh kali nanti anterin aku pulang" ucapnya malu-malu.

Asher mengernyit. "Biasanya juga sama temen lo.." ucapnya lalu beralih memainkan ponselnya.

"Hmm.. Katanya dia ada urusan nanti abis pulang sekolah. Kamu mau ya? Anterin aku.."

Asher mengabaikannya, namun Gea terus-terusan memohon dan mengganggunya.

Jadi mau tak mau Asher harus mengiyakan permintaan gadis itu.

"Beneran?! Yess!! Makasih Asher.." seru Gea dengan bahagia kemudian dengan refleks memeluk Asher.

Si empu hanya bisa pasrah, dia terlalu malas untuk protes.

"Awas" ucap Vion yang datang tiba-tiba.

Gea cemberut. "Apa sih? Kan masih ada tempat kosong"

Vion hanya menampilkan ekspresi datar, membuat Gea merasa sedikit ngeri.

"Tsk! Yaudah deh.. Asher, nanti jangan lupa ya pulang sekolah anterin aku" ucapnya lalu beranjak pergi.

Hening menyelimuti mereka.

Asher sedang tidur dengan kepala di meja dan wajah menghadap jendela, sedangkan Vion sedang bermain ponsel.

Sesekali lelaki berdarah campuran itu terkekeh gemas.

Terganggu dengan kekehan Vion, Asher pun terbangun dan menatap lelaki tersebut.

"Lo bisa diem gak sih?! Ketawa kayak orang kurang waras.."

"Seterah lah, mulut-mulut gua. Kok lo protes?" ujarnya dengan alis di naikkan sebelah.

"Ya protes lah, kuping-kuping gua yang denger! Kalo lo mau cekikikan di pohon mangga sono, temanan sama kunti sekalian.."

Vion mengernyit. "Kenapa sih lo? Sensi banget sama gue"

Asher hanya diam tak menanggapi, dia memilih kembali tidur sembari memasang headset di telinganya.

Vion pun mengedikkan bahu acuh dan lanjut chattingan.

••••••••• ☘︎ •••••••••

Next??

IN ANOTHER BODY || BL || ON GOING √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang