04

539 65 11
                                    

Arlian merasakan kebas di pipinya, tamparan yng di dpat dari perempuan di sampingnya itu benar-benar cukup keras.

"Kamu kenapa tampar saya?" tanya Arlian. SJika saja bukan Calisa yang menamparnya, mungkin saja Arlian akan membalasnya.

"Lo gila apa gimana, sih? Lo udah punya istri, tapi masih sempet ngajak cewek lain jalan?" ujar Calisa tak habis pikir.

"Salahnya dimana?" tanya Arlian seraya mengangkat sebelah alisnya.

Calisa membulatkan matanya, dia benar-benar ingin merutuki kebodohan Arlian.

"Lo masih nanya salahnya dimana? Wah, parah lo!" ujar Calisa.

"Saya tanya Calisa, salahnya dimana?" Arlian mengulang kembali pertanyaannya.

"Ya, jelas salah ege! Lo sama aja selingkuh dari istri lo," ucap Calisa.

"Terus, kamu kenapa mau pergi sama saya?" tanya Arlian.

"Ya gue nggak tau kalau lo udah punya istri," jawab Calisa.

Arlian mengangguk-anggukan kepalanya. "Jadi, kalau saya nggak punya istri, kamu juga mau menjalin hubungan sama saya?" tanya Arlian.

Calisa reflek memukul lengan Arlian. "Enak aja, nggak mau gue. Lagian nggak nyambung banget arahnya tiba-tiba ke sana."

"Halah, Calisa, jangan gengsi, jujur aja, kamu sebenarnya terrtarik sama saya, kan?" ujar Arlian.

"Ogah! Selera gue bukan suami orang," ujar Calisa penuh penekanan.

"Ayo ketemu istri saya," ajak Arlian.

"Heh! Otak lo dimana, sih? Bisa-bisanya ngajak cewek lain buat ketemu sama istri lo. Gimana kalau dia ngira gue itu simpanan lo?"

"Kan kamu memang simpanan saya," ujar Arlian, dia semakin gencar menggoda Calisa.

"Gak, gue nggak mau ketemu sama istri lo," ujar Calisa.

Calisa hendak turun dari mobil Arlian, tapi dengan cepat Arlian menahan perempuan itu. Calisa berusaha memberontak, meskipun tetap saja gagal karena tenaga Arlian lebih besar daripada dirinya.

"Lepsin, gue mau pergi sendiri," ujar Calisa.

"Saya tidak akan melepaskan kamu, Cal. Kamu harus bertemu istri saya dulu," ujar Arlian.

"Udah dibilang nggak mau, ya nggak mau," sentak Calisa.

Arlian tidak punya cara lain. dia mengmbil cutter kecil dari dashoard mobilnya.

"Lepasin gue, Arlian," ujar Calisa lagi.

"Diam atau saya goreskan cutter ini ke lengan kamu?" ancam Arlian.

Calisa mengatupkan bibirnya, tak mengucap sepatah kata apa pun lagi, bahkan dia menelan ludahnya kasar.

Arlian menyunggingkan senyumnya, dia kembali menympan cutter tersebut.

"Saya suka perempuan penurut," ujar Arlian.

"Phsycopath," gumam Calisa pelan, tetapi masih dapat didengar oleh Arlian.

"Terserah apa katamu, Cal," ujar Arlian.

Arlian kembali menjalankan mobilnya, sesekali dia menoleh ke samping untuk memperhatikan Calisa yang menggerutu sepanjang jalan.

**

Calisa semakin kebingungan ketika Arlian membawanya ke salah satu tempat pemakaan umum.

"Kenapa malah bawa gue ke sini? Lo gak akan macam-macam, kan?" tanya Calisa cukup was-was.

Arlian menggeser duduknyasemakindekat dengan Calisa. "Satu macem doang, boleh?" bisik Arlian tepat di telinga perempuan itu.

LDR || Love Death RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang