05

591 67 11
                                    

Beberapa hari setelah Arlian membawa Calisa ke makam Aira, Calisa benar-benar tidak bisa menjalani harinya dengan tenang. Entah kenapa, Calisa selalu merasa bahwa Aira ada di sekitarnya, tetapi tidak menampakkan dirinya.

"Kerja, kerja! Bengong aja lo," ujar Nira yang membuat Calisa terperanjak kaget.

"Gila, ngagetin aja lo," ujar Calisa kesal.

"Lo mikirin apa, sih?" tanya Nira. Perempuan itu duduk di kursi sebelah Calisa.

"Oh, gue tahu, lo mikirin pria matang well done itu kan?" ujar Nira seraya tertawa.

"Gak penting banget mikirin dia," jawab Calisa.

"Terus, mikirin apa?" tanya Nira cukup penasaran.

"Lo tau kan gue indigo?" tanya Calisa, yang membuat bulu kuduk Nira berdiri. Bahkan, Nira semakin mendempetkan kursinya kepada Calisa.

"Ngapain lo dempet-dempet gini, deh?" tanya Calisa.

"Ngeri gue, Cal, kalau lo udah bahas ini," jawab Nira.

Calisa berdecak kesal. "Yaelah, belum juga gue ngomong."

"Yaudah, cepetan!" Nira tidak sabar mendengar apa yang ingin Calisa bicarakan.

"Jadi, Arlian itu duda, dia—

"Tuh kan, lo mikirin dia dari tadi. Hayo ketahuan," ujar Nira memotong pembicaraan Calisa.

Calisa yang kesal pun menoyor pelan kepala Nira. "Gue belum selesai bicara, ege."

"Ish main toyor aja ini calon istrinya Arlian," jahil Nira.

"Mulut lo, gue lakban, ya!" geram Calisa.

"Hehe, peace Cal-Cal," ucap Nira seraya mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Yaudah, lanjut," ucap Nira.

"Arlian itu duda, istri dia meninggal, namanya Aira. Beberapa hari yang lalu, gue diajak sama Arlian ke makam istrinya. Nah, almarhumah istrinya itu menampakkan diri," ujar Calisa.

Nira membulatkan matanya. "Jadi, dia duda? Kok nggak kelihatan duda, ya."

"Nira, bukan itu pointnya," ujar Calisa kesal.

"Ya, terus apa?" tanya Nira.

"Gue heran aja, kenapa Aira Aira itu menampakkan diri ke gue," ujar Calisa.

"Karena dia tahu lo indigo," jawab Nira.

"Ck, gak gitu juga, Nira!" Calisa benar-benar kesal dengan respon Nira.

"Jelasin, deh, Cal! Lo tau kan, otak gue agak susah mencerna," ujar Nira.

Calisa menarik napasnya, berusaha untuk sabar. "Arlian bilang, Aira itu selalu menampakkan atau menunjukkan bahwa dirinya ada tuh ya ke orang terdekat Arlian. Tapi, gue kan nggak sedekat itu sama Arlian, kenapa dia muncul di hadapan gue?"

"Mungkin, Aira menganggap lo emang orang terdekatnya Arlian, lebih spesifiknya dia mungkin menganggap lo sebagai calon istrinya Arlian?" ujar Nira.

"Ogah banget!!" Calisa bergidik ngeri membayangkan harus menjadi istri Arlian.

Menurut Calisa, Arlian itu diam-diam mematikan. Arlian sosok yang hangat tetapi sebenarnya dingin.

"Kok lo ogah-ogahan banget? Padahal, nih ya, Arlian itu mapan, cakep, matang, pokoknya kayaknya perfect, deh."

"Tapi, dia bukan tipe gue."

"Terus, tipe lo yang kaya gimana?"

"Gak usah kepo. Balik ke topik aja, deh," ujar Calisa membuat Nira mengangguk-angguk.

LDR || Love Death RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang