11

511 75 16
                                    

"Cal, beneran resign, nih?" tanya Nira. "Gue gak ada temen dong," lanjutnya sedih.

"Ayo lo juga resign aja, pindah ke kantor gue," ucap Calisa.

"Ntar resign dari sini iya, diterima di kantor lo enggak," ucap Nira yang membuat Calisa tertawa.

"Gue serius, Nira. Kalau lo mau ngelamar ke kantor gue bisa aja. Di sana lagi buka lowongan di bagian administrasi keuangan."

"Serius, Cal?"

"Iya, serius."

"Gue pengen ngelamar Kak Calvin aja, deh," ucap Nira bercanda.

Calisa reflek menoyor kepala sahabatnya itu. "Inget cowok lo, heh!"

Sedangkan Nira, dia hanya tertawa. "Iya, iya. Bercanda gue."

Calisa melirik sekilas jam yang melingkar di tangannya.

"Ra, gue balik dulu, ya," pamitnya.

"Yaudah, deh," ucap Nira.

"Pokoknya kalau lo mau resign dari sini, lo bisa ngelamar di kantor gue," ucap Calisa yang langsung diangguki oleh Nira.

"Lo pulang sendiri?" tanya Nira.

"Di jemput," jawab Calisa.

"Kak Calvin?"

Calisa menggelengkan kepalanya. "Arlian." Entah kenapa membuat Nira tiba-tiba tertawa.

"Kenapa?" tanya Calisa heran.

"Lo ada hubungan ya sama Arlian? Kayaknya nempel mulu hampir tiap hari," ucap Nira.

"Mana ada, gue terpaksa," ujar Calisa.

"Terpaksa?"

"Iya. Udah ah, gue duluan ya," ucap Calisa seraya memeluk Nira.

"Yaudah iya, bye bye Calisaa!!" ucap Nira kepada Calisa yang mulai menghilang dari pandangannya.

Sesampainya di parkiran, terlihat Arlian sudah setia menunggunya. Laki-laki itu tengah bersandar di mobilnya.

"Ar," panggil Calisa.

"Udah?" tanya Arlian seraya membuka kacamatanya yang bertengger.

"Udah. Ayo," ucap Calisa.

Arlian pun mengangguk seraya membukakan pintu mobil untuk Calisa, membuat perempuan itu langsung masuk ke dalam mobilnya.

"Ar, gue—

"Calisa?"

Calisa menghembuskan napasnya kesal. "Aku bisa sendiri."

"Udah aku bilang, selama ada aku, gak perlu apa-apa sendiri," ucap Arlian.

"Jangan terlalu ngetreat gue se-spesial itu, Ar," ucap Calisa.

"Kenapa? Apa salahnya?" tanya Arlian.

"Tau ah. Cepet masuk!" ucap Calisa.

Arlian hanya tersenyum, seraya menuruti ucapan Calisa.

Arlian pun mulai melajukan mobilnya. Sesekali dia melirik ke arah Calisa, menatap perempuan itu diam-diam.

"Kamu udah pikirin matang-matang keputusan resignnya?" tanya Arlian.

"Udah, Ar," jawab Calisa.

"Mau terima tawaran aku gak?" tanya Arlian lagi.

"Tawaran apa lagi, Arlian?"

"Jadi CEO di perusahaan aku. Ini perusahaan aku bukan perusahaan ayah aku," ucap Arlian yang membuat Calisa membulatkan matanya.

LDR || Love Death RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang