12

443 71 19
                                    

Flashback beberapa tahun lalu...

Hari ini seharusnya menjadi momen penuh kebahagiaan bagi sepasang kekasih yang saling mencintai itu, Arlian dan Calisa. Hari ini, hari yang sangat dinantikan untuk merayakan ikatan cinta mereka berdua.

Namun, hari yang seharusnya menjadi hari bahagia Calisa, kini berganti menjadi hari yang penuh resah untuk perempuan itu. Arlian, laki-laki yang seharusnya menjadi suaminya hari ini, tidak menghadiri acara pernikahannya. Ketidakhadiran Arlian benar-benar menjadi tanda tanya untuk Calisa dan keluarganya. Bahkan, Arlian tidak bisa dihubungi, begitu pun keluarganya.

Sampai akhirnya, Andrew, ayah Calisa, dengan segala emosi dan amarahnya, memutuskan menyusul dan mendatangi Arlian dan keluarganya detik itu juga untuk meminta penjelasan dan menyelesaikan permasalahannya. Andrew melajukan mobilnya dengan penuh kemarahan, dia tidak terima jika putri kesayangannya, juga keluarganya dipermalukan seperti itu. Di luar dugaan, perjalanan Andrew malah berakhir dengan kecelakaan yang cukup mengerikan.

Hari yang seharusnya menjadi hari bahagia untuk Calisa, berakhir menjadi hari yang paling menyedihkan dan memalukan, juga menyisakan luka yang tidak akan dilupa sampai kapan pun. Hari yang seharusnya menjadi hari yang penuh cinta, berakhir menjadi hari dimana ia kehilangan cinta pertamanya dan juga kehilangan cinta dari seorang Arlian, yang ia sendiri tidak tahu penyebab utamanya.

Hari-hari Calisa tidak berjalan dengan baik, banyak kejadian yang semakin membuatnya terpuruk. Setelah kepergian Andrew, Helen bundanya mengalami gangguan jiwa, yang mengharuskannya di rawat di sebuah rumah sakit jiwa.

Beberapa hari kemudian, Calisa mendapat kabar jika ketidakhadiran Arlian di pernikahannya, semua atas rencana Raharja Daneswara, ayahnya Arlian. Begitu pun dengan kecelakaan yang menimpa ayahnya, itu semua sudah diatur dengan baik oleh Raharja.

Raharja dan Andrew adalah sahabat karib, mereka sama-sama merintis bisnis perusahaannya dari 0. Sampai ada hari dimana Raharja dan Andrew bersaing untuk mendapatkan peluang bekerja sama dengan salah satu perusahaan yang cukup besar. Tapi, nasib baik berpihak kepada Andrew, Andrew yang mendapat peluang untuk kerja sama itu. Beberapa waktu berjalan, hubungan mereka berdua tetap baik-baik saja. Tapi, siapa sangka di balik sikap Raharja yang terlihat baik-baik saja, ia menaruh dendam yang amat dalam kepada Andrew.

Bersamaan dengan mendapat kabar itu, Calisa mendapat kabar jika Arlian sudah menikahi perempuan lain. Awalnya, Calisa masih berusaha untuk menerima semua kabar itu dengan lapang dada. Tapi, banyak hal yang membuatnya semakin menaruh dendam kepada keluarga Daneswara, termasuk Arlian.

Flashback off.

Calisa menatap sebuah foto yang berada di genggamannya, sebuah foto yang menunjukkan sepasang kekasih yang tengah saling menatap, masing-masing dengan senyuman lebarnya. Bersamaan dengan air mata yang perlahan membasahi pipinya, ia meremat kasar foto itu.

"Gue benci sama lo, Arlian!" monolognya.

"Bahkan, gue gak tahu lo bener-bener memilih buat lupain gue, lo memilih buat seolah-olah gak mengenali gue, seolah-olah kita orang asing yang baru pertama kali ketemu."

"Dendam gue buat keluarga Daneswara gak akan selesai sampai kapan pun, termasuk sama lo, Arlian Daneswara!" lanjutnya.

Calisa beranjak dari tempat tidurnya, ia berjalan menuju sudut kamarnya, ia menatap lama foto-foto Arlian dan dirinya yang masih terpajang rapi—foto-foto yang dulunya merupakan simbol cinta mereka berdua.

"KARENA AYAH LO, GUE KEHILANGAN SEMUANYA, ARLIAN, GUE KEHILANGAN AYAH GUE, GUE KEHILANGAN SEBUAH KELUARGA YANG UTUH!"

"KARENA LO JUGA, GUE HANCUR, AR! GUE HARUS MENANGGUNG RASA MALU KARENA PERNIKAHAN KITA YANG DENGAN SEENAKNYA LO DAN AYAH LO BATALIN, BAHKAN SAMPAI KAPAN PUN GUE AKAN SELALU INGET SAMA KEJADIAN ITU. KEHANCURAN GUE SEMUANYA KARENA LO, KARENA KELUARGA DANESWARA SIALAN."

Calisa berteriak seraya menusuk foto-foto yang terpajang di dinding kamarnya itu dengan sebuah pisau kecil yang selalu ia bawa kemana pun tanpa sepengetahuan siapa pun. Calisa merobek-robek foto yang menunjukkan wajah-wajah bahagia itu. Setiap tusukan penuh dengan rasa sakit yang masih bersarang dari beberapa tahun lalu.

Tiba-tiba, pintu kamar Calisa terbuka, Calvin sudah berdiri di ambang pintu. "Cal, gue boleh masuk?" tanya Calvin.

Tanpa menatap ke arah Calvin, Calisa hanya menganggukkan kepalanya.

"Lo kenapa?" tanya Calvin lembut seraya membawa adiknya itu ke dalam pelukannya.

"Gue pengen bunuh Arlian detik ini juga," ucap Calisa.

"Cal, hei, are you okay?" tanya Calvin lagi.

Calisa menggelengkan kepalanya. "Hidup gue gak pernah baik-baik aja semenjak kejadian itu, Vin."

Calvin yang mengerti keadaan Calisa pun, semakin mengeratkan pelukannya, seolah memberikan kekuatan kepada adiknya itu.

"Oke, gue ngerti," ucap Calvin.

"Karena keluarga Daneswara kita kehilangan semuanya, Vin," ucap Calisa. Ia tak kalah erat memeluk kakaknya itu.

"I know. Tapi, jangan bertindak gegabah, Cal. Lo tahu kan gimana bahayanya seorang Raharja Daneswara?" ujar Calvin.

"Orang yang berbuat licik gak akan bertahan lama, Calvin," ucap Calisa.

"Rasanya gue beneran pengen habisin keluarga Daneswara satu persatu," lanjutnya.

"Iya, nanti, Calisa! Gak papa lambat, yang penting tepat," ucap Calvin.

"Kalau gue bisa bertindak lebih cepat dengan cara yang tepat?" ujar Calisa seraya menatap Calvin.

"Jujur, gue gak pernah meragukan lo, Cal. Tapi, yang lagi lo hadapi itu Raharja Daneswara."

Calisa menghela napasnya. "Iya, maaf."

"Gue cuma gak mau lo ada dalam bahaya," ucap Calvin.

"Gue gak mau kehilangan orang yang gue sayang, lagi."

"Iya, Vin, iya. Maaf!" ucap Calisa.

"Cal, sekarang jawab pertanyaan gue dengan jujur, Apa lo masih cinta sama Arlian?" tanya Calvin.

Calisa tersenyum kecut. "Cinta? Bahkan, kayaknya dulu aja Arlian cuma sandiwara cinta sama gue. Gue gak semurah itu buat mempertahankan perasaan gue buat orang yang udah hancurin hidup gue."

"Ah, iya, Vin, menurut lo kabar Arlian yang sengaja dicelakai sama ayahnya itu sampai amnesia, beneran atau enggak?" tanya Calisa.

"Lo beneran masih bertanya-tanya soal itu?" Calvin balik bertanya.

"Gue bingung. Arlian beneran amnesia atau cuma pura-pura lupain gue, karena pertemuan pertama kita di club waktu itu, dia beneran kaya gak kenal sama gue, gue beneran kaya orang asing buat dia."

"Gue bingung jawabnya, Cal. Arlian itu pinter sandiwara," ucap Calvin.

"Kalau dilihat dari berbagai sisi, bisa aja emang dia beneran dicelakai sama ayahnya sampai amnesia supaya beneran lupain lo. Bukan hal yang gak mungkin buat seorang Raharja Daneswara, sekalipun celakain anaknya, asalkan tujuannya bisa tercapai," lanjutnya.

"Gue boleh nanya lagi, Vin?" tanya Calisa.

"Tinggal nanya aja, Cali," jawab Calvin.

"Lo selalu memprovokator buat gue balas dendam ke Arlian, murni karena lo melihat hancurnya gue dan keluarga kita, atau karena Arlian nikah sama Aira?"

"Cal gue selalu nyuruh lo buat balas dendam sama Arlian dan keluarganya karena gue beneran gak terima lihat lo hancur, gak ada sangkut pautnya sama Aira. Gue gak terlalu mempermasalahkan tentang Aira yang nikah sama Arlian."

"Karena lo cintanya sama gue, Vin?" Kalimat yang Calisa ucapkan membuat Calvin terdiam membeku.

"Cal—

"Shut up, Vin. Gue udah tahu semuanya."

***
Hai-hai ada yang kangen
Arlian-Calisa gak?wkwk
Gimanaa??
ditunggu vote + komennya
lopppp💖💖💖



LDR || Love Death RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang