Setelah perjalanan yang singkat, akhirnya keduanya telah sampai di apartment milik Gita. Kathrina dengan antusias membukakan pintu masuk karena Gita membantu gadis itu dengan membawakan beberapa barang miliknya. "Ini aku taro di sini, nanti kamu yang rapihin yaa," jelas Gita, dengan cepat Kathrina mengangguk paham.
Gadis berkacamata itu segera merapikan barang-barang yang baru ia bawa hari ini. Sesekali Gita mengganggu pacarnya itu dengan mengusak rambutnya kala Kathrina tengah menata beberapa buku miliknya. Tak jarang Gita menusuk pipi Kathrina dengan jari telunjuknya, membuat Kathrina mendengus kasar karena ketenangannya yang terus diganggu.
Seluruh barangnya telah tertata rapi, kini gadis manis itu merebahkan tubuhnya tepat di samping Gita yang tengah menonton televisi. Kathrina menjadikan paha Gita sebagai bantal kemudian ikut menonton film. Gadis berkacamata itu melepas kacamatanya kemudian menatap wajah Gita lekat dari bawah.
"Kenapa? Ada sesuatu dimuka aku?" tanya Gita tanpa mengalihkan tatapannya dari televisi. Kathrina kini bangkit dan tersenyum manis. Ia menggelengkan kepalanya kemudian menatap Gita semakin lekat. Merasa semakin ditatap, kini Gita mematikan televisi tersebut dan membalas tatapan Kathrina tak kalah lekat. "Ada apa, hm?"
"I'm jealous. Nanti kamu pasti disukain banyak orang deh."
Gita sedikit mengernyitkan dahinya. "Kata siapa?"
"Kata aku barusan." Kathrina terkekeh pelan, menghela napasnya lalu mengalihkan pandangannya dari Gita. Ia menguncir rambutnya secara asal, membuat Gita yang sedaritadi menatap Kathrina, kini menatapnya semakin lekat. Pemandangan apa ini?
Rahang yang tampak tegas, leher jenjangnya yang terekspos, mata bulat cantik, alis tebalnya yang begitu mempesona, hidung mancung, dan juga bibirnya yang tebal. Gita terdiam cukup lama sebelum akhirnya menarik ikat rambut milik Kathrina, menggagalkan gadis itu kala menguncir rambut, lalu mengacaknya asal.
"Gak usah dikuncir. Jelek."
Kathrina menautkan alisnya, menatap Gita bingung. Ia berdecak kemudian menyisir rambut dengan jemarinya yang sialnya berhasil membuat Gita semakin terkesima. Surai panjang Kathrina yang jatuh, tampak begitu sempurna. Gadis itu mengalihkan pandangannya lalu menggigit bibir bawahnya frustasi. Walaupun wajahnya terlihat datar, tetapi Kathrina tetap menyadarinya.
Kathrina menggaruk tengkuknya, bingung karena tingkah Gita tiba-tiba seperti anak kecil yang tengah pundung. "Kamu kenapa, sih?" tanya Kathrina yang tak dibalas oleh Gita. Gadis yang lebih muda kini mencoba menarik dagu gadis di sebelahnya, tetapi Gita terus menepisnya. Kehilangan kesabarannya, Kathrina duduk di atas pangkuan Gita.
Ia menangkup wajah Gita, memaksanya untuk menatapnya. "Apa sih? Kenapa, hm? Kok tiba-tiba ngambek kaya gini?"
Gita menelan salivanya kasar menatap Kathrina dengan rambutnya yang sedikit berantakan. Namun, hal itu membuatnya semakin menawan. Ia menghembuskan napasnya kasar kemudian melipat kedua tangannya. "Aku gak suka kamu kaya gini."
"Kaya gimana?"
"C-cantik."
Melihat Gita yang kembali enggan menatapnya, membuat Kathrina kini berinisiatif untuk mengikis jarak diantara keduanya. Gadis nakal itu menatap wajah Gita seduktif seraya tersenyum tipis, matanya terus memperhatikan setiap inchi dari wajah Gita yang tak kalah menawan. Kathrina menarik dagu Gita, mengelus rahang dan pipinya secara perlahan.
Gita memejamkan matanya kala Kathrina terus mengikis jarak diantara keduanya, berbeda dengan Kathrina yang senyumnya kian merekah. Gadis itu mengecup kilas bibir Gita kemudian bangkit dari duduknya, meninggalkan Gita yang mematung. "Kath? Mau kemana?"
TING! Suara bel apartement berbunyi, membuat Kathrina dengan cepat menghampiri pintu apartement dan membukakan pintu untuk teman-temannya. "HALOOO!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed 2
Fanfiction"I'm afraid ... let me end my life, Git!" -Kathrina. "Let me burn this world then, Kath." -Gita. Menjadi sekelompok mahasiswi baru yang datang dari sebuah Sekolah Menengah Atas ternama, bukanlah hal yang mudah karena kemampuan mereka akan sangat dip...