Cahaya mentari perlahan berhasil membangunkannya. Gadis itu meraba kasur tempat dimana ia terlelap. Sepersekian detik kemudian, ia membuka matanya karena tak kunjung menemukan seseorang yang seharusnya kini tengah berada dalam pelukannya. Gadis manis itu menghela napasnya panjang kemudian bangkit untuk keluar dari kamarnya.
Menoleh ke kanan dan kiri, ia tak menemukan sang pacar. Kemana pacarnya? Mengapa sudah menghilang pagi ini? Padahal ini adalah hari pertamanya kuliah setelah ospek satu minggu sebelumnya. Dengan langkah gontai, gadis tinggi itu menyusuri setiap bagian dari apartement hingga akhirnya, ia mendengar suara bising dari dapur yang membuat senyumnya mulai merekah.
Bersandar pada ambang pintu, Kathrina tersenyum tipis melihat pemandangan di depannya. Gita yang tengah membuatkan sarapan untuknya. Tanpa pikir panjang, gadis itu menghampirinya kemudian memeluk tubuh Gita dari belakang. Walaupun tak terganggu, tetap saja Gita terkejut dan sedikit terperanjat.
"Kath?"
Kathrina hanya berdeham sebagai jawaban. Gadis manis itu mengeratkan pelukannya seraya melihat apa yang tengah Gita masak. Senyumnya terus terukir manis. Rasanya, ia amat enggan untuk beranjak. Memeluk Gita merupakan suatu kewajiban baginya karena energinya dapat terpenuhi lewat pelukan hangat dari sang pacar.
"Mandi, Kathrina. Gak mau telat kaya kemarin-kemarin, 'kan? Cepet mandi. Kamu bau."
"Cium dulu."
Gita menghela napas kemudian memutar bola matanya malas. Beruntung ia telah menyelesaikan kegiatan memasaknya. Usai mematikan kompor di hadapannya, Gita memutar tubuhnya dan menatap Kathrina lekat. "Tapi, abis ini mandi, ya?" perintah Gita. "Baju kamu udah aku siapin, nanti selesai mandi, kamu ambil sendiri," lanjutnya yang dijawab dengan anggukan.
Menatap Kathrina yang mengangguk bak anak kecil, membuat Gita terkekeh pelan karena gemas. Gadis yang lebih muda mengerucutkan bibirnya gemas. "Yaudah, mana kiss-nya?"
"Kamu mau cookies atau ku-kiss?" tanya Gita seraya sedikit melirik ke arah setoples chocolate cookies yang terletak di atas meja makan.
Kathrina menjawab cepat tanpa ragu, "mau dua-duanya. Mau kamu."
Gita mencubit kedua pipi Kathrina gemas kemudian melingkarkan tangannya pada leher Kathrina, menatap gadis itu lekat. Kathrina yang mulanya tersenyum, kini senyumnya menghilang kala ia terus menatap Gita yang telah rapi pagi ini. Ah, apa ini? Sejak kapan pacarnya menjadi secantik ini? Semenjak hari dimana keduanya kembali dipertemukan, Gita menjadi semakin cantik dengan rambutnya yang telah memanjang.
"Ugh. I would be jealous at anyone who's take a look at you later, Git. Cemburu deh."
"Bawel. Kamu belum mandi aja cantik, gimana kalo udah rapi, hm?" Gita terkekeh kemudian mengecup bibir Kathrina kilas. "Udah. Sana mandi! Sarapannya keburu dingin."
Kathrina kembali mengangguk, menuruti keinginan Gita yang kini sudah seperti perintah untuknya. Kathrina sekali lagi mengecup Gita, kali ini sedikit lebih lama, kemudian melepas pelukan pada pinggang gadis yang lebih tua. Ia memberikan kecupan penutup dipipi Gita sebelum benar-benar melenggang pergi untuk mandi. "Makasih udah bikinin sarapan, Shengku," ucapnya sedikit berteriak dari luar dapur.
"Dasar bokem."
•
•
•Gita mengantar Kathrina menuju kampusnya terlebih dahulu karena tempat keduanya belajar berbeda. Walaupun Gita dan Kathrina mulanya merasa sedih karena tidak bisa dekat dengan satu sama lain, namun keduanya telah memilih jalan mereka masing-masing. Kathrina yang telah memilih Ilmu Komunikasi, dengan Gita yang disarankan untuk memilih dan mempelajari Ilmu Hukum untuk menjalankan Firma Hukum milik keluarga besarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed 2
Fanfiction"I'm afraid ... let me end my life, Git!" -Kathrina. "Let me burn this world then, Kath." -Gita. Menjadi sekelompok mahasiswi baru yang datang dari sebuah Sekolah Menengah Atas ternama, bukanlah hal yang mudah karena kemampuan mereka akan sangat dip...