Setelah saling bertukar cerita kemudian menonton beberapa film bersama, akhirnya gadis manis itu menegakkan dan merengangkan tubuhnya. Ia menoleh, menatap sang pacar yang terus memberikan tatapan teduh serta senyum manis khasnya.
"Udah malem, kayanya aku harus pulang sekarang deh sebelum Kak Jinan curiga."
Gadis yang sejak tadi bersandar, terpaksa mengangguk pelan dengan senyum yang sedikit ia paksakan. Gita menghela napasnya kemudian memeluk tubuh Kathrina erat, menghirup aroma khas tubuhnya yang menyeruak. "Padahal masih mau sama kamu. Tapi, kalo Kak Jinan tau, bahaya."
Kathrina memeluk tubuh Gita tak kalah erat. Gadis itu mengecup pipi kanan sang pacar lembut sembari mengelus punggungnya penuh kasih sayang. "Aku belum nemu cara bujuk Kak Jinan. Sabar, ya?"
Gita mengangguk. Gadis itu meletakkan dagunya tepat pada pundak lebar Kathrina. Rasanya sangat menyedihkan harus tidur sendirian setiap malam. Sudah lebih dari satu bulan Kathrina datang ke apartment Gita hanya untuk memeluk erat sang pacar.
"Kapan ya bisa kaya dulu lagi?" tanya Gita memelas. Gadis itu melepas pelukannya secara perlahan lalu menatap netra Kathrina dalam bak telah tenggelam di dalamnya. "Semuanya salahku."
"Kamu sih, nakal," sarkasnya, menyindir Gita dengan senyum miringnya, memghadirkan wajah tengil yang membuat Gita mendengus. Kathrina menangkup wajah sang pacar dengan kedua tangannya. Ibu jarinya bergerak untuk mengelus pipi Gita secara perlahan. "Tapi, gapapa. Jadi lucu deh. Rasanya kaya orang LDR."
Gita mengalihkan pandangannya dari Kathrina, membuat tangan Kathrina tak lagi bertengger pada wajahnya. "Aku maunya setiap saat, setiap detik, sama kamu. Gak suka LDR begini. Mau jalan-jalan, mau abisin waktu bareng kamu tanpa harus takut kepergok Kak Jinan. Aku gak suka kaya gini, Kath. Aku mau kamu."
Kathrina tersenyum tipis menatap Gita yang menatap nanar lantai. Ia tahu bahwa Jinan adalah kakak yang sangat protektif. Bisa saja sang kakak melakukan penyadapan pada ponsel, bahkan laptop miliknya. Bisa saja sang kakak membayar seseorang untuk mengawasi dirinya. Bisa saja ... Jinan melakukan hal yang tidak masuk akal. Namun, Kathrina yakin bahwa Gita tak akan mengetahui hal tersebut.
"Gemes. Bayik besar aku ngambek, hum?"
Gita mengangguk, membuat Kathrina dengan cepat menarik kepala serta tubuh Gita mendekat. Gadis yang lebih muda kembali memeluk sang pacar begitu erat seraya mengelus lembut surai panjangnya. "Sayang, jangan ngambek gitu." Kathrina mengecup pucuk kepala Gita. "Besok aku coba obrolin deh sama Kak Jinan, okay? Aku jelasin semuanya. Jangan ngambek lagi, ya?"
Diam. Gita bungkam seribu bahasa bak tak memiliki kekuatan untuk menjawab pertanyaan Kathrina. Ia hanya mengangguk lemah, menyetujui ucapan Kathrina. Gadis yang lebih tua hanya bisa berharap semuanya akan kembali seperti dulu. Berada jauh dari Kathrina terasa menyesakkan.
"I love you, Squirrel."
"Please stay longer, Kath."
•
•
•Denting suara alat makan yang saling bertabrakan, terdengar memenuhi meja makan. Sarapan pagi ini tampak sama seperti biasanya. Kathrina pun makan dengan lahap karena tak ingin merasa canggung seperti sebelumnya. Gadis itu terus memakan makanannya dengan cepat, takut sang Ayah akan melontarkan pertanyaan yang tidak masuk akal.
Lima menit telah berlalu, tiba-tiba perhatian Johendra teralihkan. Suara siaran televisi yang menyala itu berhasil membuat sarapannya sedikit terganggu.
"Berikutnya, ada berita mengejutkan dari Ketua Umum Partai, yakni Edwin Wibisana, yang baru saja meresmikan Anggota Dewan baru dalam pidatonya. Daniel Pantjoro yang merupakan pemilik perusahaan travel terbesar di Pulau Jawa, telah dilantik dan resmi bergabung dengan Edwin Wibisana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed 2
Fanfiction"I'm afraid ... let me end my life, Git!" -Kathrina. "Let me burn this world then, Kath." -Gita. Menjadi sekelompok mahasiswi baru yang datang dari sebuah Sekolah Menengah Atas ternama, bukanlah hal yang mudah karena kemampuan mereka akan sangat dip...