14. Plan

3.2K 317 38
                                    

Gadis itu menghela napasnya panjang seraya terus melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya. Pagi ini, suasana terasa sejuk dan menyegarkan. Namun, tidak baginya. Kathrina merasa sesak karena kembali mengingat pembicaraan yang ia dengar kemarin malam. Berbagai pikiran buruknya kembali terlintas, membuatnya tanpa sadar ditabrak oleh seseorang yang tengah berlari kencang dari arah berlawanan.

BRUK! Kathrina terjatuh, sedangkan laki-laki yang menabraknya hanya meminta maaf kemudian kembali berlari, meninggalkan dirinya yang masih terduduk di lantai. Dapat gadis itu pastikan, orang yang menabraknya sedang terburu-buru bak mengejar sesuatu. Lagi dan lagi, ia menghembuskan napasnya lalu berusaha untuk bangkit berdiri.

"Ayo bangun," ucap laki-laki lain dengan suara bariton khasnya. Ia mengulurkan tangannya guna menjabat tangan Kathrina dan membantunya untuk bangkit.

"Gue bisa berdiri sendiri," balas Kathrina ketus tanpa menoleh sedikit pun. Kathrina tahu betul pemilik dari suara itu.

Laki-laki itu terkekeh pelan. "Angkuh banget." Tanpa aba-aba, laki-laki itu tetap membantu Kathrina untuk segera berdiri. Kathrina sendiri pun tidak menolak saat tangannya ditarik dan dibantu untuk berdiri. Gian hanya menggelengkan kepalanya pelan kemudian mengusak sedikit rambut Kathrina. "Gemes banget."

Kathrina berdecak dan segera menepis kuat tangan Gian. Gadis itu mengernyitkan keningnya menatap laki-laki tinggi itu dengan tatapan heran. "Apaan sih?! Jauhin tangan lo dari gue."

"Nanti juga bakal lo suka dapet perhatian lebih dari gue."

"Dih? Pede lo." Kathrina memutar bola matanya malas kemudian kembali melanjutkan langkah kakinya menuju ruang kelas. Gian hanya mengekor di belakang gadis itu, sesekali berusaha untuk merangkulnya dan akan selalu Kathrina singkirkan.



Clara menatap Gian sangat tajam. Sejak melihat keduanya masuk ke dalam kelas tadi, Clara sudah tampak sangat muak dengan sikap Gian yang terkesan memaksa menyentuh Kathrina. Tak berbeda jauh dengan Clara, Kathrina sendiri pun ikut risih dengan perlakuan Gian. Entah sudah berapa kali ia menghembuskan napasnya kasar, mulai jengkel karena sejak tadi Gian terus berusaha mengajaknya berbicara.

"Lo tuh benalu, ya?" sarkas Clara dengan wajah datarnya. "Jauhin Kathrina," lanjutnya dengan nada dingin yang dapat didengar langsung oleh Kathrina. Kathrina yang duduk diantara keduanya hanya duduk bersandar pada sandaran bangku, menatap keduanya yang tengah beradu tatapan tajam.

Gadis itu memegang tangan Clara dan mengusap punggung tangannya. "Ra, jangan ditanggepin." Kathrina menatap Clara, dapat terlihat secara tersirat dari mata Kathrina bahwa gadis itu sudah sangat lelah dengan segala hal.

Gian yang sejak tadi menopang dagunya, beradu argumen dengan Clara, kini perhatiannya teralihkan. Laki-laki itu menatap Kathrina lekat dengan senyum miringnya. "Lo suka ya? Gue gangguin kaya gini? Sampe nyuruh dia untuk berhenti nanggepin gue."

Kathrina mengernyitkan keningnya, tak paham dengan apa yang Gian maksud. Beberapa saat kemudian ia menggeleng pelan. "Apaan sih, cowo aneh. Gak jelas. Ra, kayanya kita tukeran aja deh tempat duduknya," pinta Kathrina karena ia mulai muak dengan Gian.

Baru saja ingin bangkit dari duduknya, lengannya segera ditahan oleh Gian. "Okay-okay, gue minta maaf. Ah, kalian gak bisa diajak bercanda."

Clara memukul pelan tangan Gian yang bertengger di atas tangan Kathrina. Gadis itu berdecak. "Jangan pegang-pegang. Emang Kathrina cewe apaan?"

"Cewe gue," jawabnya cepat membuat Kathrina, Clara, bahkan Rachel yang baru saja datang segera menatap Gian dengan tatapan jijik.

"DIH? PEDE BANGET LO," ucap ketiganya serentak. Gian pun tersenyum tipis, karena nyatanya, memang tingkat kepercayaan dirinya amat sangat tinggi.

Obsessed 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang