Tak peduli secerah apa pagi itu, tetap saja membuat perasaan miliknya terus gusar. Sejak tadi ia terus berpikir keras, memikirkan kenapa sang pacar nekat melakukan hal ini kepadanya. Apa yang salah? Mengapa ia berani mengambil langkah seperti ini? Gita tak memahami Kathrina sama sekali.
Entah sudah berapa lama sang dosen telah berbicara di depan, menjelaskan seluruh isi dan makna dari berbagai pasal yang relevan dengan mata kuliahnya. Gita termenung begitu lama hingga tak sadar bahwa kini sang dosen telah berada di sampingnya. "Regita Sekar."
Gadis itu terkesiap, menoleh dengan senyum kikuknya. "M-maaf, Pak."
"Kalo sakit, pulang aja," perintahnya tegas dengan nada rendah. Gita segera menggeleng cepat, menolak perintah tersebut. Walaupun ia memang ingin pulang, tetapi kuliahnya juga penting. Ia tak dapat meninggalkan kelas begitu saja. Terlebih, ini adalah mata kuliah favoritnya.
Masih dengan senyum canggungnya, gadis itu menjawab, "S-Saya gak sakit, Pak," jawabnya sedikit terbata. "Terima kasih atas perhatiannya." Mendengar jawaban Gita, sang dosen pun kembali melangkah ke depan, membuat Gita segera menghembuskan napasnya lega. Gadis itu memijit pelipisnya lembut, lagi dan lagi ia memikirkan Kathrina.
"Aku harus jemput kamu secepatnya," batin Gita frustasi. Dea hanya menggelengkan kepalanya kala melihat Gita yang kini mulai menjambak rambutnya kuat, kemudian sedikit mengacaknya.
•
•
•Siang itu, nyatanya kelas usai lebih cepat dari biasanya. Rachel angkat bicara, mengajak kelima teman sekaligus anggota kelompoknya untuk mengerjakan tugasnya pada sebuah kafe yang jaraknya tidak begitu jauh dari kampus. Rachel dengan senyum manisnya, menatap kelima temannya dengan mata berbinar.
"Gimana? Mau, ya? Aku udah lama banget pengen dateng ke kafe itu," ajaknya sedikit memelas. "Suasananya comfy dan cozy banget, semua menunya enak juga katanya. Mau, 'kan?" Kelimanya hanya mengangguk pasrah, mengikuti apa yang Rachel inginkan.
"Yaudah ayo berangkat sekarang biar selesainya juga cepet," ujar Keith yang sudah berdiri dan menggendong tas punggung miliknya. Ia benci menghabiskan waktu. Laki-laki itu merasa sedang menghabiskan uang jika membuang-buang waktu untuk hal tidak penting.
Sesampainya di tempat parkir motor, tiga orang yang membawa kendaraan segera mengambil motor milik mereka. Keith, Clara, dan Gian adalah orang yang membawa sepeda motor. Zia segera naik bersama dengan Keith, menyisakan Rachel dan Kathrina yang kini bingung. Rachel meneguk salivanya kasar kala menatap Gian. Dengan cepat, ia segera naik ke sepeda motor milik Clara, membuat Kathrina terpaksa berangkat bersama Gian.
"Kath, gapapa, 'kan?"
Kathrina mengangguk cepat dengan pasrah. Jujur saja, ia lebih nyaman bersama dengan Clara. Tetapi, karena Rachel sudah naik terlebih dahulu, terpaksa Kathrina berangkat dengan Gian. Kini Kathrina hanya bisa berharap bahwa Gita tidak melihat dirinya bersama dengan Gian.
Gadis manis itu menghela napasnya pasrah. "Lo cuma nganterin gue sampe kafe. Gak usah kesenengan."
Gian menggeleng pelan tak habis pikir dengan gadis yang saat ini berada di belakangnya. "Liat aja, nanti juga naksir."
"Ewh."
•
•
•Jam telah menunjukkan pukul satu siang, yang artinya kelas dari sang pacar seharusnya telah usai. Gadis dengan pakaian rapi itu menghentikan mobilnya tepat di depan gedung fakultas sang pacar yang anehnya, gedung itu tampak lebih sepi dari biasanya. Gita memang tidak mengenal siapapun, tetapi, biasanya gedung itu selalu ramai.
Mengernyitkan keningnya heran, akhirnya ia memberanikan dirinya untuk turun dan masuk ke dalam gedung tersebut. Sesekali, ia menoleh ke kanan dan kiri bak seseorang yang tengah mencari sesuatu. Matanya tak menangkap satu pun orang yang ia kenal. Seingat Gita, hari ini Kathrina harusnya datang ke kelas pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed 2
Fanfiction"I'm afraid ... let me end my life, Git!" -Kathrina. "Let me burn this world then, Kath." -Gita. Menjadi sekelompok mahasiswi baru yang datang dari sebuah Sekolah Menengah Atas ternama, bukanlah hal yang mudah karena kemampuan mereka akan sangat dip...