Kelas telah usai, membuat seluruh mahasiswa mulai berhamburan keluar dari ruangan tersebut untuk pulang. "Del," panggil Misya seraya meregangkan tubuhnya, gadis cantik itu kembali berbicara. "Enaknya abis ini kemana, ya? Gak mungkin kita ke apartement Gita sama Kathrina lagi, mereka pasti bosen liat kita. Iya, 'kan?"
Fadel menggaruk pipinya yang tak gatal. "Gue mau langsung pulang sih. Cape." Gadis tomboy itu segera bangkit dari duduknya dengan totebag yang kini telah bertengger tepat pada pundaknya. "Mau bareng? Gue anterin pulang."
Misya menghela napasnya pelan. Jujur saja, ia membenci suasana rumahnya. Ia lebih suka perpustakaan. Setidaknya, ia dapat terlelap dengan nyaman, bukan? Misya menggelengkan kepalanya. "Gak ah, males pulang."
Mereka berdua pun berjalan bersama keluar dari kelas. Saat menuju lobi gedung tersebut, Misya terus menerus membicarakan tentang pemuda tampan yang berada di dalam band favoritnya, Jupiter. Sebenarnya, gadis itu masih menyukai Fadel. Hanya saja, Fadel tak pernah menggubris dirinya. Bagi Fadel, berteman saja sudah cukup, dan itu tak pernah cukup untuk Misya yang terus menginginkan status hubungan lebih.
"Eh, Del. Sebentar yaa. Mau ke toilet dulu. Atau mau ikut?" tanyanya secara tiba-tiba. "Gak usah deh, tunggu sebentar!" lanjutnya cepat. Baru saja Fadel ingin mengantarnya, tetapi gadis itu segera berlari kecil meninggalkannya sendirian.
Fadel mengernyitkan keningnya heran. "Ngajak, tapi gak nungguin. Aneh," gerutunya kesal, namun tetap menunggu Misya untuk kembali. Beruntung, jarak dari toilet dengan lobi utama tidak begitu jauh, jadi Fadel tak perlu menemani Misya.
Sesekali Fadel melirik jam tangannya yang melingkar sempurna pada pergelangan tangan kirinya, menunggu kehadiran Misya. Setelah beberapa saat, akhirnya Misya memanggil namanya, membuat ia memutar tubuhnya untuk melihat gadis cantik itu.
BRUK! Misya tak sengaja menabrak seorang laki-laki dengan tubuh tinggi nan tegap bak seorang atlet. Kedua matanya membulat, Misya terkesiap kala ia mengenali siapa laki-laki yang tak sengaja ia tabrak. "HAH?"
Laki-laki itu sedikit membungkukkan badannya untuk menyetarakan wajahnya dengan wajah Misya. "Maaf, kamu gapapa?" ucapnya dengan suara berat namun terdengar begitu lembut. Misya membeku, gadis itu mengangguk tanpa suara karena masih tak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Woy, Delvon! Lama banget!" teriak pemuda lainnya yang dapat dipastikan merupakan teman dari laki-laki yang tak sengaja Misya tabrak. "Ngapain sih? Lama banget. Kita udah ditungguin Keith, Zia, sama Marshall. Hari ini kita ada jadwal latihan."
Misya semakin terdiam dan mengerjapkan matanya beberapa kali, memastikan bahwa apa yang ia lihat bukanlah mimpi. "K-kalian?"
"Delvon," laki-laki itu memberikan kartu nama miliknya kepada Misya. "Maaf ya udah nabrak kamu. Besok aku bakal lebih hati-hati. Ayo pergi, Nat." Kedua pemuda itu segera melenggang pergi karena urusan yang tak dapat mereka jelaskan. "See you," ucap Delvon lagi seraya melambaikan tangannya sebagai salam perpisahan.
Dari kejauhan, Fadel menghembuskan napasnya kasar. Entah mengapa ia merasa kesal kala tiba-tiba laki-laki yang ditabrak oleh Misya sedikit mengacak pucuk kepala gadis itu. Fadel berdecak dan menghampiri Misya dengan wajah kecut. "Apa-apaan sih. Sok kenal, sok deket."
"DEL? ITU MEREKA!"
Fadel melirik Misya tajam. "Siapa?"
"JUPITER SAMA NEPTUNE!" jelasnya antusias. "J-Jupiter tau aku hidup?! DEMI APA? FADEEEL! AAAAA! Aku abis dipatpat sama Jupiter!" Misya menutup wajahnya karena malu. Wajahnya pasti kini sudah memerah padam bak kepiting rebus. Misya menatap kartu nama yang ia genggam. Terdapat nama lengkap dari laki-laki itu, Delvon Joe Peter. "Nama sama mukanya cocok banget. Sama-sama ganteng!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed 2
Fanfiction"I'm afraid ... let me end my life, Git!" -Kathrina. "Let me burn this world then, Kath." -Gita. Menjadi sekelompok mahasiswi baru yang datang dari sebuah Sekolah Menengah Atas ternama, bukanlah hal yang mudah karena kemampuan mereka akan sangat dip...