Membuka matanya secara perlahan, Kathrina menyapa pagi itu dengan perasaan yang cukup baik. Sinar mentari pagi yang hangat, berhasil membuatnya mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya ia mendudukkan tubuhnya. Gadis dengan rambut panjang bergelombang itu menutup mulutnya kala ia menguap. "Good morning, Gita," sapanya dengan suara parau khas bangun tidur.
Berbeda dengan Kathrina yang baru tersadar dari tidurnya yang pulas, Gita sudah berjalan kesana-kemari bak sebuah setrika. Pagi ini, ia harus mempresentasikan tugas kelompok yang kemarin ia kerjakan bersama dengan teman kelompoknya. Kathrina yang melihat sang Pacar hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Kamu nyari apa sih, Sayang?" tanyanya lembut namun tak mendapat jawaban. Kathrina bangkit dari duduknya, menghampiri Gita yang masih sibuk dengan dunianya sendiri.
"O-oh? Sayangku udah bangun? How's your sleep, hm? Kamu mimpi apa hari ini? Is it great? It's not a nightmare, right?" tanya Gita beruntun sembari terus bolak-balik mengitari ruangan itu. Saat Kathrina berdiri tepat di hadapannya, Gita segera berhenti. "What's going on, Babe?" Gita menatap Kathrina dalam, tangan kanannya segera menangkup pipi Kathrina lembut, mengelusnya penuh kasih sayang. "Kalo kamu masih ngantuk, tidur lagi aja."
Kathrina menggeleng pelan, gadis manis itu membalas tatapan mata Gita tak kalah dalam. Saat tangan Gita beralih melingkar tepat di pinggangnya, kini tangan Kathrina melingkar sempurna pada leher gadis di hadapannya. "Hari ini presentasi, ya? Rapi banget, bikin aku tambah naksir."
Gita terkekeh pelan, entah mengapa ia menjadi salah tingkah usai mendengar pujian singkat dari Kathrina. Senyumnya perlahan mengembang, tetapi sengaja ia tahan agar Kathrina tidak menyadarinya. Saat gadis itu berusaha memasang ekspresi datar, Kathrina yang melihat hal itu malah semakin gemas dibuatnya. "IH! Gak perlu ditahan gitu kalo salting! Jelek." Gadis yang lebih muda sedikit mengeratkan pelukannya, menyatukan keningnya dengan kening Gita.
"Gemes. Aku suka."
"Berhenti buat aku salah tingkah, Kathrina."
"Gak mau, wle," ledeknya kemudian melepas pelukan tersebut. Jemari lihainya beralih memasangkan kancing kemeja Gita serta merapikan—ralat. Kathrina mengikat ulang dasi Gita yang mulanya tampak sedikit berantakan karena Gita yang sejak tadi terburu-buru. "Pelan-pelan aja, bisa? Slow down, Love."
Tangan Gita yang sejak tadi melingkar sempurna pada pinggang Kathrina, membuat gadis itu lebih mudah memberikan rasa gelitik pada gadis yang lebih muda. "Kamu sengaja bikin aku berangkat terlambat, ya?"
Kathrina yang merasa geli karena ulah sang Pacar pun segera tergelak tawa karena tangan Gita yang jahil. "GIT! GELI! AHAHAH, enough, please!" pintanya sembari mendorong tubuh Gita menjauh. Saat gadis yang lebih muda sedikit menggeliat–memberontak, Gita kembali memeluk tubuhnya erat dengan senyum sumringahnya.
"Hukuman karena kamu bikin aku gak mau berangkat kuliah," kata Gita gemas lalu mengecup kilas pipi Kathrina. "Kamu bikin aku mau peluk kamu seharian. Aku gak mau berangkat."
"Giiit, jangan gitu. Aku cuma gak mau kamu berangkat dengan keadaan berantakan kaya tadi, Sayang. Don't get me wrong, please? Yaudah berangkat sanaaa. Nanti telat loh presentasinya."
"Aku jadi males berangkat, mau sama kamu aja. Mau peluk, mau cium, mau manja-manja sama kamuuu. Biarin Leoniel, Innesa, sama Dea aja kali ya yang presentasi?" tanya Gita dengan wajah memelas. Mendengar pertanyaan itu, Kathrina segera menggeleng cepat dengan alisnya yang tertaut.
"Jangan. File tugasnya di kamu, laptopnya pake laptop kamu. Jangan nyusahin mereka gitu dong, Sayaaang."
"Kan tinggal aku kirim aja," balas Gita singkat dan asal, berhasil mendapatkan sebuah jitakan pelan dari Kathrina. Sang Pacar menatapnya dengan tatapan marah bak ingin membunuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed 2
Fanfiction"I'm afraid ... let me end my life, Git!" -Kathrina. "Let me burn this world then, Kath." -Gita. Menjadi sekelompok mahasiswi baru yang datang dari sebuah Sekolah Menengah Atas ternama, bukanlah hal yang mudah karena kemampuan mereka akan sangat dip...