"Dia baik-baik saja. Victoria menemaninya hari ini." Mom pattie meneleponku. Menelepon keadaan justin. Tentu saja aku masih perhatian dengan justin. Aku akan melupakan memori itu tapi tidak untuk orangnya.
"Terimakasih mom." aku menutup telepon dengan cepat. Melamun di balkon kamarku. Ini sudah malam tetapi mata masih saja mengajak untuk terbuka dan melihat pemandangan bandung dari lantai dua kamarku.
"Rafi datang. Turunlah kebawah." Tante menyusulku ke balkon. Rafi? Ada apa malam-malam begini? Dengan malas aku menuruni tangga menuju ruang tamu.
"Hai!" Sapanya bersemangat.
"Astaga, ini sudah malam. Ada apa kau kemari?" tanyaku malas sembari duduk di samping rafi dengan gontai.
"Kau tak suka?" tanyanya sedikit kesal.
"Bukan begitu. Aku hanya bertanya saja. Memangnya salah?"
"Aku hanya ingin bermain. Apakah salah?"
Aku mendengus kesal. "Terserah kau."
"Baiklah kalau memang kau tak suka aku akan pulang." Rafi segera beranjak.
"Jangan pundung seperti itu. Duduklah. Aku senang kau kemari." Rafi duduk kembali. Menatapku serius.
"Kau sangat aneh. Mood nya berubah-ubah. Ada apa sih?"
"Jangan menerawangku seperti itu. Aku memang begini. Jangan protes." Aku menatapnya balik.
"Baiklah maafkan aku. Besok minggu, main yu!" Ajaknya. Aku memiringkan kepala sembari mengerutkan kening.
"Ke?"
"Jalan-jalan mengelilingi Bandung. Aku yakin kau belum menikmati Bandung gara-gara kuliah." aku menaikkan bola mataku ke atas. "Tidak menggunakan motor. Kita menggunakan angkutan umum."
Senyumku mengembang. "Aku menerima ajakanmu!"
RAFI's
Dia membuatku penasaran. Tapi, ada apa dengannya? Mengapa sangat sensitif dengan motor? Apa ada sesuatu yang dia sembunyikan? Tidak. Aku tak boleh memaksakan untuk bercerita. Aku yakin masa lalunya sangatlah berat.
Apa ada seseorang yang dia pikirkan? Apa aku bisa mendapatkannya? Astaga rafi kenapa sih! Memangnya aku mencintainya? Baru saja satu minggu kenal. Tak mungkin cinta dengan semudah ini.
--
Aku bersiap-siap untuk mengajak gea mengelilingi Bandung. Menggunakan kaos putih polos dan celana tentara selutut.
GEA's
"Tumben di hari libur pagi-pagi udah cantik. Mau kemana?" Tante menggoda.
"Keliling Bandung sama rafi."
"Pacaran?" aku membulatkan bola mataku.
"Astaga tante! Tentu saja tidak. Kita hanya berteman!" Ketukan pintu membuat aku mengakhiri obrolan dengan tante. Aku segera membuka pintu.
"Sudah siap? Ayo!" Ajak rafi bersemangat. Aku mengangguk tersenyum. Berbalik ke belakang dan berteriak.
"TANTE AKU PERGI DULU YA!"
"RAFI JAGA GEA BAIK-BAIK!"
--
Aku dan rafi melangkahkan kaki berdampingan. Menuju angkot yang akan menjadi transportasi selama seharian ini.
"Sekarang kita mau kemana?" tanyaku sembari duduk di angkot.
"Asia afrika." Rafi duduk disebelahku.
Aku hanya mengangguk. Bandung memang berubah total. Sudah lama aku tak kesini. Menaiki beberapa angkot untuk sampai di tempat tujuan. Setengah jam kemudian kita sampai.
Aku dan rafi menuruni angkot. Dan berjalan di jalan asia-afrika, menikmati udara yang cukup sejuk di pagi ini. Tak lupa aku membawa kamera kesayanganku. Tentu saja, aku mencintai Photography.
"Foto aku dong." Rafi menyuruhku.
"Kau ini centil sekali. Nanti kau memotret ku ya."
Satu jam aku berada di asia-afrika bersama rafi. Masih pukul sembilan.
"Sekarang, kita kemana?"
"Kita ke taman-taman yang ada di bandung ya." aku hanya mengangguk. Kuserahkan hari ini kepada rafi, aku benar-benar buta akan jalan Bandung untuk saat ini.
--
Satu hari sudah aku mengelilingi Bandung bersama rafi. Menuju beberapa taman yang cukup indah. Taman vanda, taman maluku, taman badak putih, taman musik, taman lansia, taman jomblo, taman film, dan tentu saja taman fotografi. Tak lupa mengunjungi Pasar Cisangkuy yang dekat dengan taman lansia untuk makan siang.
Baterai kamera hampir habis. Lebih dari seratus foto hari ini. Keliling Bandung hari ini sangat menyenangkan. Apalagi didampingi oleh teman baru.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Hari ini sangat tidak berasa. Badan yang lelah ini terbayar dengan indahnya kota Bandung. Aku dan rafi menuruni angkot. Kami telah sampai. Aku dan rafi jalan berdampingan.
"Terimakasih untuk hari ini. Terimakasih telah menemaniku. Kuakui kau memang baik."
Rafi memukul puncak kepalaku pelan. "Sama-sama. Kau ini! Aku memang baik, kau saja yang baru menyadarinya." aku hanya terkekeh. Kita telah sampai di depan rumahku.
"Sekali lagi terimakasih."
Rafi tersenyum. "Jangan lebay seperti itu. Cepat masuk. Istirahatlah." Aku melambaikan tangan ke rafi dan segera masuk ke rumah. "KIRIMKAN FOTO KEPADAKU!" aku hanya mengangkat jempol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Justin
FanfictionDear justin, tetaplah bersamaku. Tetaplah berada disisiku. Denganmu, aku memiliki alasan hidup, bahagia bersamamu adalah hal yang paling aku syukuri. Terima kasih telah membuat hidupku lebih berarti dari sebelumnya. Kau adalah pria favoritku, kau ta...