GEA's
"Terimakasih." ucap justin pelan. Aku menyimpan makanan yang telah habis dan mengambil minum.
"Terimakasih untuk apa?"
"Menemaniku." aku tersenyum tipis dan memberikannya minum.
"Tak usah berterimakasih. Aku memang seharusnya menemanimu."
"Aku mohon, bantu aku untuk mengingatmu." justin menatapku tajam dengan tatapan memohon. "Baik, aku memang tak akan bisa mengingatmu. Kita bisa mengulang ini dari awal kan?"
"Tak semudah itu just."
--
Apa justin akan mencintaiku lagi? Hatinya belum rela dari sesosok victoria. Tak lupa aku menelpon nenek, tante, rafi, dan fanny. Aku menceritakan semua hal yang terjadi disini kepada mereka. Dad dan dad jeremy pun pulang untuk mengunjungi makam victoria.
Aku berbaring di kasur memikirkan hal yang seharusnya tak aku pikirkan. Ini memang sudah siang dan aku belum mandi sama sekali, hari ini malas untuk keluar dari rumah.
JUSTIN's
Aku menonton tv di ruang keluarga. Tontonan tak masuk ke otakku. Mataku melihat ke arah tv tapi otakku berpikiran ke arah lain, ke arah yang seharusnya tak aku pikirkan. Apa aku bisa mencintai gea? Apa gea benar-benar akan mengubah hidupku?
Pintu rumah berbunyi tanda orang mengetuk pintu. Dengan malas aku berjalan ke arah pintu dan membukanya.
"Mom kesha? Ayo masuk." ajakku sambil berjalan menuju ruang tamu. "Akan kupanggilkan mom." aku segera berjalan tetapi dihalang oleh mom kesha.
"Tak usah. Mom kesini ingin berbicara kepadamu." aku terdiam dan segera berbalik duduk menyebrangi mom kesha. Dia mengehela napas pelan dan memberikan secarik kertas. Aku mengerutkan kening dan mengambilnya. "Mom hanya ingin memberikan ini. Mom menemukannya di koper milik victoria. Mom pulang ya."
Mom kesha langsung beranjak meninggalkan rumah. Aku menutup pintu dan kembali ke ruangan tv. Membuka secarik kertas itu.
Justin,
Terimakasih telah hadir dalam kehidupanku. Menemani sisa-sisa hidupku. Aku menderita kanker sejak dua tahun lalu. Sebelumnya aku ragu untuk mencintaimu karena aku tak akan bisa membahagiakanmu selamanya.
Maafkan aku, aku berbohong. Aku pergi karena berobat di salah satu rumah sakit kanker. Aku tak ingin kau khawatir. Aku ingin kau selalu tersenyum, apapun yang terjadi.
Mungkin kau membaca ini ketika aku telah pergi. Aku hanya ingin memberitahumu. Kejarlah gea, gea mencintaimu dengan tulus. Gea adalah perempuan yang pantas untukmu, dia dapat membahagiakanmu selamanya. Sebelum kau denganku, kau dengannya. Kau sangat mencintainya, tak pernah ada kata sedih yang muncul pada dirimu ketika kau bersamanya. Aku hanya penghancur hubungan kalian berdua. Aku ingin kalian bersatu. Janji?
Ohya satu lagi. Aku tak pergi, aku selalu berada disisimu. Aku akan selalu menjadi bintang yang paling bersinar ketika malam tiba. Jaga dirimu baik-baik. Jaga gea dengan sepenuh hati. Jangan bersedih karena aku pergi, aku tak suka melihatmu cengeng. Tersenyumlah. Aku akan melihatmu dari atas sini.
Aku mencintaimu, justin.
-Victoria-
Terdiam. Tetesan air mata jatuh lagi mengenai secarik kertas dari victoria. Tidak, aku tak boleh menangis. Victoria tak menginginkan aku menangis. Tapi, apa aku dapat membuka hati untuk gea? Apa aku bisa membahagiakan gea dan sebaliknya?
Gea. Gea. Gea. Sekarang hanya dia yang berada di pikiranku. Aku memang sangat nyaman berada di dekatnya tapi hatiku masih untuk victoria.
GEA's
"Sayang, turunlah. Justin datang." aku yang sedang menyusir sehabis mandi langsung terdiam. Ada apa dia kemari? Aku langsung menyimpan sisir dan berjalan santai menuju ruang tamu. Mendapati justin melamun, tatapannya lurus. Sepertinya dia tak menyadari bahwa aku menghampirinya. Aku menepuk bahunya pelan.
"Justin." Justin terkejut dan menoleh ke arahku. Aku duduk tepat di sampingnya. "Ada apa?"
Justin menatapku dalam. Dia ini kenapa? Mengerikan. "Aku harus belajar untuk mencintaimu."
Aku mengerutkan kening dan mekiringkan kepala. "Maksudmu?"
"Kita bisa kembali seperti dahulu sebelum aku kecelakaan kan?" tanyanya polos.
"Sudah kubilang, ini tak semudah yang kau ucapkan."
"Tak mudah bagaimana?" tanyanya lagi. Aku menatapnya dengan tatapan sedikit kesal, tak tahu kenapa tenggorokanku tiba-tiba sakit menahan tangisan. Air mata ini telah menumpuk. Mencoba untuk tetap santai.
"Dua setengah tahun itu bukan waktu yang lama. Aku menunggumu di Indonesia. Menunggumu untuk mengingatku. Tapi ternyata tidak, kau bersama victoria, sahabat kecilmu. Aku tak marah dengan victoria, aku hanya marah dengan diriku sendiri karena tak bisa membahagiakanmu dan menjagamu setelah kecelakaan. Dua setengah tahun aku memikirkanmu yang tak memikirkanku. Nyatanya kau bahagia bersama victoria. Sekarang kau menyuruhku untuk kembali seperti dulu? Dengan cepat kau mendapatkan kebahagiaan lagi sedangkan aku? Aku menunggumu dengan waktu yang sangat lama." ucapku panjang lebar. Air mata pun jatuh mengenai pipiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Justin
FanfictionDear justin, tetaplah bersamaku. Tetaplah berada disisiku. Denganmu, aku memiliki alasan hidup, bahagia bersamamu adalah hal yang paling aku syukuri. Terima kasih telah membuat hidupku lebih berarti dari sebelumnya. Kau adalah pria favoritku, kau ta...