Dua Puluh Sembilan

2.4K 225 0
                                    

"Kau mau menemaniku mengelilingi Bandung?" tanya justin sambil memakan makan siang buatan nenek. Aku mengangguk pasti.

Setelah selesai makan, kami beranjak ke kamar masing-masing untuk berganti baju. Aku dan justin pun melangkahkan kaki keluar rumah.

"Kita naik angkot ya. Biar seru." justin mengangguk tersenyum.

"Asal sama gea, aku mau." ucapnya gombal. Aku hanya memutar bola mataku dan terkekeh.

--

"Jadi, sekarang kita kemana?" tanya justin yang baru duduk di angkot yang masih sepi, hanya ada kita berdua.

"Kita ke alun-alun buat naik bandros. Kau pasti akan menyukainya."

Ssetelah sampai disana, aku langsung menarik lengan justin menuntunnya ke bandros yang masih sepi. Setelah menunggu penuh, bandros pun jalan mengantar kami mengelilingi Bandung sekitar empat puluh lima menit. Dari Alun-alun – Jl. Supratman – Dipenogoro – Gedung Sate – Sulanjana – Ir. H. Juanda (Dago) – Ganesha – Tamansari – Ir. H. Juanda – Dipenogoro – Cilamaya – Ciliwung dan kembali ke Alun-alun.

Tak lupa justin mengabadikan kota Bandung dengan handphone nya. Aku pun membawa SLR, mengambil gambar justin dan sebaliknya. Untuk hari ini, dunia serasa milikku dan justin. Sama-sama saling menikmati.

Setelah sampai ke alun-alun lagi, aku dan justin segera turun.

"Makan yu!" "Kau mau menemaniku mengelilingi Bandung?" tanya justin sambil memakan makan siang buatan nenek. Aku mengangguk pasti.

Setelah selesai makan, kami beranjak ke kamar masing-masing untuk berganti baju. Aku dan justin pun melangkahkan kaki keluar rumah.

"Kita naik angkot ya. Biar seru." justin mengangguk tersenyum.

"Asal sama gea, aku mah." ucapnya gombal. Aku hanya memutar bola mataku dan terkekeh.

--

"Jadi, sekarang kita kemana?" tanya justin yang baru duduk di angkot yang masih sepi, hanya ada kita berdua.

"Kita ke alun-alun buat naik bandros. Kau pasti akan menyukainya."

Ssetelah sampai disana, aku langsung menarik lengan justin menuntunnya ke bandros yang masih sepi. Setelah menunggu penuh, bandros pun jalan mengantar kami mengelilingi Bandung sekitar empat puluh lima menit. Dari Alun-alun – Jl. Supratman – Dipenogoro – Gedung Sate – Sulanjana – Ir. H. Juanda (Dago) – Ganesha – Tamansari – Ir. H. Juanda – Dipenogoro – Cilamaya – Ciliwung dan kembali ke Alun-alun.

Tak lupa justin mengabadikan kota Bandung dengan handphone nya. Aku pun membawa SLR, mengambil gambar justin dan sebaliknya. Untuk hari ini, dunia serasa milikku dan justin. Sama-sama saling menikmati.

Setelah sampai ke alun-alun lagi, aku dan justin segera turun.

"Makan yu!" ajakku. "Aku yang traktir deh." justin mengangguk sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, astaga dia tak berubah, masih tampan.

"Boleh."

" . "Aku yang traktir deh." justin mengangguk sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, astaga dia tak berubah, masih tampan.

"Boleh."

Aku memutuskan untuk makan di Rumah Payung yang tak jauh dari rumahku. Tentu saja aku dan justin menggunakan angkot kesana.

Hanpir tiga jam aku menghabiskan waktu untuk makan dan berbincang dengannya. Saling melemparkan cerita yang dihiasin dengan senyum dan tawa kami. Waktu menunjukka pukul enam, aku dan justin memutuskan untuk pulang.

--

"Justin kemari?" Fanny memelukku sekejap dan masuk ke rumah, tak lupa rafi mengikuti dari belakangnya. "Aku penasaran dia itu seperti apa. Aku kan baru melihat dia di foto."

"Dia sedang menonton. Ayo kita menghampirinya." ajakku kepada fanny dan rafi. "Justin. Rafi dan fanny datang."

Justin langsung menoleh ke arah kami bertiga. Kulihat fanny melebarkan matanya. "Astaga kau mirip sekali dengan rafi. Hanya mata dan rambut yang berbeda."

Justin dan rafi berdecak bersamaan. "Jangan samakan aku dengannya. Kita itu berbeda." kata rafi cepat. Justin mengalihkan pandangannya dari fanny menuju tv lagi.

"Baiklah, kalian memang berbeda. Aku hanya bercanda." kata fanny. "Gea, masak yu. Ini sudah jam makan siang." ajaknya. Aku mengangguk dan menuju dapur bersama fanny. Rafi dan justin menonton berdua. Nenek dan tante sedang berbelanja bulanan. Jadi di rumah kami hanya berempat.

---

Tiga minggu lebih enam hari justin telah berada di Indonesia. Menemaniku kuliah, menemaniku dirumah, menemaniku bermain. Besok justin akan kembali ke Canada. Aku membantunya packing. Tak lupa justin membawa oleh-oleh untuk mom pattie. Setelah selesai packing, aku menghampiri justin yang sedang berdiri di balkon kamar. Aku menghampirinya.

"Sudah selesai." aku menyentuh bahunya dan ikut berdiri di sampingnya sambil menempelkan siku tangan di pagar balkon yang menahan kami agar tak jatuh ke bawah.

"Terimakasih. Aku pasti akan merindukanmu." katanya dengan tatapan lurus dan datar.

"Aku juga. Aku akan menghubungimu setiap hariku."

"Cepatlah lulus. Aku akan menunggumu." katanya dengan nada meyakinkan.

"Aku mempercayaimu."

Dear JustinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang