Daniel terduduk dengan kepala tertunduk dalam, anak itu sudah berpakaian putih atas kemauan sang bunda yang tidak ingin pemakaman dirinya dipenuhi warna hitam
Daniel tentu masih mengingatnya jika bundanya itu sangat tidak menyukai warna hitam, sangat berbanding terbalik dengannya yang menyukai warna gelap itu
"Daniel gak mau ketemu yoel dulu, nak?" tanya sang kakek setelah duduk disamping daniel, mengelus bahu anak laki-laki yang masih terdiam sejak awal kedatangannya
"Biarin el tenangin diri dulu, kek" jawab daniel secara asal, dirinya tentu tau jika yoel pasti akan langsung keluar jika mengetahui dirinya datang
Sang kakek mengangguk paham, meraih tangan daniel dan tersenyum tipis setelahnya, "Niel udah tau belum kalau el kondisinya lagi gak baik-baik aja?"
"Dia dikeroyok 'kan? yang bawa ke rumah sakit itu temennya niel, kakek" balas daniel dengan suara pelan, bohong jika dirinya tak penasaran dengan kondisi yoel sekarang
"Sekarang niel harus jaga el ya? jangan lupain kita disini, niel sama el tetep cucu kesayangan kakek" daniel menoleh cepat kearah kakeknya, menatap laki-laki lanjut usia itu dengan tatapan heran
"Niel gak mungkin lupain kakek"
Sang kakek tersenyum senang, mendongakkan kepalanya kala air mata hampir menetes karena melihat netra indah daniel. Cucunya, cucu yang ia sayangi dan rindukan ada didepannya sekarang
"Permisi" suara ramai itu berhasil membuat daniel menolehkan kepalanya, menatap para temannya yang baru saja datang kesini. Mereka baru saja pulang dari sekolahnya, berbeda dengan wildan, jevano, dan mahendra yang baru kembali dari rumahnya masing-masing
"Niel yang sabar ya" dan satu persatu dari mereka mulai memeluk daniel bergantian, menguatkan anak itu yang sedikit lebih diam dari yang mereka kenal sebelumnya
"Gue tau lo kuat, niel. Nangis aja kalau lo emang mau, jangan ditahan terus" alden berujar pelan, menepuk pelan bahu daniel yang sudah memberi anggukan pelan kepadanya
"Lo harus bisa lewatin semua ini, inget masih ada yoel yang butuh lo sekarang" lalu aresh merangkul pundak daniel, tersenyum tipis dan mengangguk pelan tanda ia akan berada disamping daniel
Kemudian menundukkan tubuhnya dan mencium tangan kakek daniel bergantian, kedua belas anak laki-laki itu tak lupa memberikan penghormatan terakhir kepada gentari. Anak phoenix atau yang lebih kita kenal sebagai anggota grup cogil premium itu langsung duduk di tempat yang sudah tersedia disana
Sebentar lagi pemakaman gentari akan dilakukan, membuat mereka semua menetap dirumah bunda dari sahabatnya itu. Menatap sekeliling dan ikut merasakan kesedihan yang dirasakan daniel
Anak itu bahkan hanya menatap kosong kearah peti gentari, mereka tidak pernah membayangkan jika daniel akan pulang dengan keadaan seperti sekarang. Mereka hanya mengira jika yoel yang akan menjadi alasan utama daniel pulang
"Yoel baru mau keluar kalau pemakaman kak tari udah dimulai" rani yang baru saja mencoba untuk membujuk yoel akhirnya kembali, melirik kearah daniel yang masih tidak bergerak sama sekali
"Udah gapapa, biarin aja dulu" sang kakek hanya mengangguk pelan, menyuruh putri bungsunya untuk duduk kembali dan menunggu pemakaman gentari yang sebentar lagi akan dilaksanakan
Menghembuskan nafasnya perlahan dan tiba-tiba saja berdiri dengan terkejut, kemudian menatap tajam kearah ambang pintu masuk. Tentu berhasil membuat daniel ikut menatap kearah yang sama
"Njir mukanya tebel banget" bisik haidar ditelinga aresh, menatap tajam kearah ambang pintu sana. Bahkan kedua belas anak phoenix itu sekarang sudah saling melemparkan tatapan merendah
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRAMAWA
FanfictionHitam dan putih, keduanya sangat jauh berbeda bukan? menjadi warna netral yang bisa kapan saja dinodai oleh warna lainnya. Si hitam masih bisa untuk melindungi dirinya sendiri karena ciri khasnya adalah gelap, tetapi si putih? dia cerah, sekali dino...