14. pergi ke rumah ayah (?)

119 16 2
                                    

hehehehe hai??
siapa yang arel disini hehehe

maaf bangettt karena baru muncul setelah dua bulan? apa tiga bulan..... fwak kok lama sekali anjay😭😭 MAAF PLISSS MAAFFFFF

Beberapa waktu terakhir emang lagi agak sibuk dikittt🤏🏼 terus agak was wes wos juga, jadi ya gitu... gak ada waktu buat nulis paling kalau ada cuman satu-tiga paragraph doang

tapi ini udah beres dan agak luang jadi bisa update, semoga bisa update minimal seminggu sekali lagi plis plis plis😔🙏🏼🙏🏼

sekali minta maaf ia, sayang :((

🥀🥀🥀

Daniel membuka matanya perlahan, meregangkan tubuhnya sebentar dan melirik kearah jendela kamar sang bunda yang sedikit terbuka dan membiarkan cahaya matahari mengintip masuk ke dalam kamar

"Niel udah bangun?" suara itu tentu daniel hafal diluar kepala, berdehem singkat untuk balasan dan kembali menutup mata dengan lengannya. Tapi tak lama dari itu yoel kembali naik keatas kasur dan mengguncang pelan tubuh daniel

"Ayo bangun dulu, kakek daritadi udah ngomel tau nyuruh kamu bangun buat sarapan" ujar yoel dengan tangan yang senantiasa mengguncang tubuh daniel, membuat sang kakak kembar merengek karena tidurnya terganggu

"Sarapan duluan sana elah, gue ngantuk, el" gumam daniel pelan, matanya masih belum terbuka sempurna dan hanya mengibaskan tangannya mengusir yoel dari sana

"Ishhh dasar nyebelin, bangun gak!! tante rani udah masak makanan kesukaan daniel tau" mendengar balasan yoel tadi daniel langsung terduduk, tak memperdulikan yoel yang sudah mengusap dadanya pelan karena terkejut

"Serius? emang masih inget?"

"Kata tante rani sih apa yang gak dia inget tentang kita" yoel menggedikkan bahunya acuh, tidak begitu memikirkan rani yang masih ingat atau lupa tentang hal kecil si kembar

"Sana lo duluan ke bawah" usir daniel seraya beranjak pergi ke kamar mandi, meninggalkan yoel yang mendumal kesal dan pergi keluar kamar setelah berteriak kepada sang kakak kembar untuk segera turun

Yoel berjalan begitu pelan, lalu berhenti tepat di ujung tangga pertama yang di dindingnya ada foto keluarga, "Bunda, yoel disini udah sama niel. Bunda jangan khawatir ya" lirih yoel dengan tangan yang mengelus pelan foto sang bunda, lalu tersenyum tipis kala ada suara langkah kaki dari belakang

"Ngapain lo?" ketus, yoel masih merasakan nada ketus yang diucapkan oleh daniel. Menolehkan kepalanya menatap sang kakak kembar dan menggelengkan kepala pelan

"Niel tau? bunda sempet janji sama el buat bawa niel pulang secepatnya, tapi el gak nyangka kalau caranya itu bunda harus pergi kaya begini" daniel terdiam sejenak, ikut menatap foto gentari yang tersenyum cantik disana. Bundanya begitu lembut dalam berperilaku dan bertutur kata, mengapa takdir harus sekejam ini kepada sang bunda?

"Gue kadang mikir" yoel menoleh dengan cepat, menatap daniel dengan lekat karena rasa penasaran akan ucapan sang kembaran yang menggantung, "Kenapa orang sebaik bunda bisa punya suami brengsek yang kelewatan kaya ayah?"

Yoel menatap daniel tak percaya, diam-diam ikut menyetujui perkataan sang kembaran yang mempertanyakan mengapa gentari memiliki pasangan dengan peringai begitu buruk? tidak mungkin sang kakek memberikan restu secara percuma kepada calon menantunya bukan?

"YAAMPUN INI BOCAH! HEIII KEMBAR CEPET KEBAWAH ATAU KAKEK CUBIT KALIAN HAH?!" suara teriakan yang begitu menggelegar dengan keras, berhasil membuat yoel dan daniel berlari terbirit-birit karena takut terkena cubitan maut sang kakek

Walau sudah lama tak berjumpa, tentu daniel masih ingat dengan jelas cubitan pedas sang kakek. Itu bukan cubitan main-main, daniel sebisa mungkin menghindar karena dirinya hampir terkena cubitan juga semalam

CANDRAMAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang