5. Phoenix

86 12 0
                                    

Yoel merapihkan buku miliknya diatas meja yang sudah disediakan, tak ingin membuat kamar tidur kesayangannya berantakan malam hari ini

Menghela nafasnya sebentar dan melirik kearah jam dinding dikamarnya, "Ayo yoel kamu pasti bisa kerjain semuanya malem ini" gumam yoel yang setelahnya mengambil beberapa buku tulis dari tas gendong miliknya

Menumpuk dari tugas yang paling gampang yoel kerjakan hingga paling memakan waktu lama, ia hanya bisa menghela nafas sebelum mengerjakan tugas-tugasnya

Tok! Tok! Tok!

"Sayang, bunda boleh masuk?" suara lembut milik sang bunda berhasil membuat yoel menoleh, lalu membalasnya dengan teriakan pelan memberikan izin. Membuat gentari yang memang ingin datang dan menghampiri sang putra langsung membuka pintu kamar yoel dengan perlahan

"Jagoan bunda lagi apa, nak?" tanya gentari yang melangkah masuk lebih dalam, membawa satu nampan yang berisi segelas susu hangat dengan sepiring cemilan untuk yoel

"El lagi kerjain tugas"

"Pinternya kesayangan bunda, jangan terlalu larut malem ya? langsung bobo kalau udah selesai, itu cemilan sama susu hangatnya juga jangan sampe gak dimakan oke?"

Dan yoel mengangguk paham, tersenyum lebar ketika gentari mengecup dahinya dengan penuh kasih sayang. Melambaikan tangannya perlahan saat sang bunda mulai keluar dari kamarnya

Senyum yang sempat diberikan kepada bundanya langsung luntur tepat setelah pintu kamar yoel tertutup rapat, kembali menghela nafasnya dan melirik kearah buku tugas yang menumpuk

"Kapan aku bisa istirahat?" cicit yoel yang mau tak mau harus tetap mengerjakan tugas ini, jujur saja yoel tidak ingin membuat bobby marah lagi

Mengambil buku tugasnya dan menyalin semua jawaban yang ia sudah tulis di buku bobby, dirinya dan bobby hanya berbeda kelas. Jika yoel berada di kelas unggulan, maka bobby berada beberapa kelas disebelahnya

Tidak unggul tapi tidak juga rendah

Menghela nafasnya lelah karena dirinya merasa semakin hari semakin bodoh, yoel selalu merutuki dirinya sendiri jika sudah seperti ini. Tidak bisa melawan dan bertingkah seolah-olah dirinya memang ditakdirkan untuk mendapatkan titahan

Yoel terkadang berpikir, mengapa dirinya tak bisa seperti daniel? tumbuh menjadi anak laki-laki yang bisa melakukan apa saja tanpa merasakan ketakutan sedikitpun, untuk melawan sang ayah yang memiliki watak keras pun daniel sanggup

Sedangkan dirinya? untuk mengatakan tidak saja begitu sulit untuk dilakukan, apalagi harus berani melawan seseorang yang bisa kapan saja malah menyerang yoel tanpa diprediksi

"Kalau niel ada disini pasti aku udah bebas dari bobby... tapi niel mau gak ya jagain aku?" gumam yoel yang menggenggam pulpennya, lalu melirik kearah figura yang diisi oleh foto dirinya dan juga sang kembaran

"Niel cepet pulang ya, aku kangen"

.


.


.

Suara berisik yang berasal dari jalanan sana tak juga membuat mereka semua terganggu, terus saja memainkan permainan kartunya tanpa ikut penasaran dengan apa yang sedang terjadi diluar sana. Mereka tentunya malas berurusan dengan orang gila hormat malam ini

"Anjing kok gue kalah mulu sih"

"Lu yang gabisa mainnya" ledek temannya yang sudah memeletkan lidahnya mengejek, tertawa keras ketika dirinya mendapatkan lemparan asal dari sang empu yang kesal bukan main

CANDRAMAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang