4. kehidupan yang sebenarnya

98 16 0
                                    

Daniel menggerutu kesal, melirik kearah jam yang terpasang apik ditangannya. Sialan jevano, anak itu sudah membuat daniel menunggu hampir satu jam karena memintanya pulang bersama

"Bajingan si jevan, gue gebug tuh orang pas udah nyampe" umpat daniel yang setelahnya langsung mengipasi dirinya sendiri dengan tangannya, cuaca hari ini lumayan terik dan membuatnya kegerahan

Daniel terus menunggu diparkiran sekolahnya, dan beberapa menit setelahnya suara langkah kaki mulai terdengar nyaring mendekat kearah daniel berdiri. Sudah pasti orang yang membuat janji

"Niel, sorry gue ta—"

Bughhh!!

Tas gendong berwarna hitam yang tadinya masih tersampir dibahu daniel sudah berpindah menjadi ke dalam dekapan jevano, membuat laki-laki yang memiliki smile eye itu terkejut bukan main

"Anjing luh, gua baru dateng kampret" dumelnya dengan tangan yang tetap memegang tas hitam milik sang sahabat, mendelik kesal karena salah satu kembar athalla itu malah melengos pergi

"Wahh si kunyuk, HEH ATHALLA TUNGGUIN NJIR" jevano yang ditinggalkan sendiri pun mau tidak mau menyusul dengan langkah yang sedikit sulit karena membawa tas hitam daniel, jangan kira si sulung athalla memiliki sifat pembuat onar dia menjadi salah satu penganut hanya membawa buku satu untuk semua mata pelajaran

Tidak, daniel tidak seperti itu. Daniel masih tetap menjadi siswa pada umumnya, membawa buku sesuai mata pelajaran dan tak lupa dengan buku paketnya juga. Yaa setidaknya daniel masih sadar diri jika semua biaya sekolahnya ditanggung oleh sang ayah yang jauh disana

"Fuck kata gue mah, lo kenapa nyet?" tanya jevano tanpa beban, menatap kesal kearah daniel yang sudah duduk manis di kursi penumpang mobil milik jevano

"Mending lo liat sekarang jam berapa?" daniel menjawab dengan suara yang datar, mengambil sebungkus cemilan di dashboard mobil jevano

"Ck! yaelah bang, bentar doang gue telatnya cuy"

"Hampir satu jam lo bilang bentar?" dan kepalan tangan daniel sudah menjadi tanda bahaya untuk jevano, menyengir konyol dan mengacungkan dua jarinya membentuk huruf V

"Sorry, bro. Itu khilaf namanya"

"Bacot"

Jevano sendiri hanya meringis pelan, lalu mulai menghidupkan mesin mobilnya dan menjalankannya untuk segara pulang ke apartemen. Gak mau bikin sahabatnya yang lagi mode senggol bacok itu semakin ganas

"Mampir dulu gak?" jevano menawarkan opsi, takut jika daniel memiliki niat untuk mampir dulu ke suatu tempat sebelum pulang ke apartemen

"Muka gue keliatan mau ke tempat lain dulu gak?" tanya daniel dengan wajah datar khas miliknya, menatap lekat kearah jevano yang menggaruk tengkuk lehernya pelan

"Galak banget mas bro, yaudah balik kita ya"

Dan setelahnya daniel lebih memilih untuk fokus melihat pemandangan diluar sana, dirinya dalam suasana hati yang tak baik untuk mengajak dan diajak mengobrol

Membuat jevano yang sudah mengenal bebet dan bobot sahabatnya hanya terdiam tenang, tentu ia tau jika daniel sedang dalam suasana hati yang tak baik pasti lebih bagus jika didiamkan sendiri

Nanti juga luluh sendiri

"Perasaan gue gaenak" celetuk daniel asal, dirinya ntah mengapa merasa gelisah tanpa sebab. Anak itu bahkan sudah menatap kosong kearah luar jendela mobil

"Enakin aja kali" balas jevano yang setelahnya malah mendapatkan balasan sebuah lemparan sampah cemilan dari daniel, sudah jevano bilang 'kan? jadi ganas

CANDRAMAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang