Hari ini Arson mengajak Devon pergi ke mall. Psikolognya bilang, hal ini sesekali bagus dilakukan untuk mengurangi kecemasan Devon terhadap tempat ramai.
Seperti yang sudah diperkirakan, Devon menempel takut pada Arson sejak pertama kali memasuki mall. Namun, Arson tetap tidak berkomentar apapun dan hanya terus menggenggam tangan Devon dengan erat.
"Devon mau main bola-bola?" tanya Arson ketika melewati playground mandi bola.
Devon menggeleng. "E—enggak..." cicitnya. Dia semakin merapatkan diri pada Arson ketika melihat begitu ramai orang di tempat itu.
Arson tidak memperlihatkan reaksi kecewa, meski dia mengharapkan jawaban sebaliknya dari Devon. Dia hanya mengangkat tangannya untuk mengelus pucuk kepala yang lebih kecil. "Oke! Kita ke tempat lain aja ya," ajaknya.
Berpikir keras, Arson memiliki misi untuk membuat Devon setidaknya terbiasa berada di luar rumah. Mengamati setiap reaksi yang Devon keluarkan, hingga dia bisa menarik kesimpulan untuk mengajak Devon pergi ke toko buku. Salah satu tempat dalam mall ini yang berkemungkinan sunyi dan tidak terlalu ramai orang.
Arson menggandeng Devon memasuki toko buku dengan ikon G biru yang sangat familiar. Dugaannya benar, meskipun di sini ada lumayan banyak orang, tapi suasananya jauh lebih damai.
Kebutuhan tenang bagi mereka yang sedang membaca buku jadi hal yang tanpa sadar membuat atmosfer dalam toko buku ini berbeda dari tempat lainnya di dalam mall yang cenderung bising.
Arson melirik pada Devon, menyadari bahwa cowok kecil itu sudah berani mengambil sedikit jarak dari tubuhnya, tidak lagi terlalu menempel seperti tadi, yang berarti Devon sudah tidak terlalu merasa takut. Langkah yang bagus, pikir Arson.
Mereka berdua berjalan di antara rak-rak buku, dan Arson melihat binar mata Devon. "Lu mau baca buku apa?" tanya Arson dengan lembut.
Devon memiringkan kepalanya menatap Arson. "Ada buku kucing?" tanyanya, dengan suara yang mulai terdengar lebih stabil.
Arson tidak langsung menjawab, dia diam sejenak, mengingat apakah dia pernah melihat buku semacam itu. "Kurang tau ya kalo kucing, tapi kalo yang hewan-hewan kayanya ada. Dinosaurus juga ada, mau liat?"
"Boleh?"
Arson tersenyum. "Boleh, sayang. Ayo sini!"
Arson berjalan mengarahkan ke bagian buku anak-anak, di mana terdapat berbagai macam buku bergambar tentang binatang. Dia mengambil salah satu yang sekiranya memiliki sampul menarik, membukanya, dan menunjukan pada Devon. "Liat! Buku ini tentang hewan-hewan" katanya
Devon seperti tertarik, dia menatap seksama buku berjudul 'Ensiklopedia Lift The Flap: Hewan' yang Arson pegang. "Wah...beruang" katanya ketika melihat gambar beruang madu yang muncul pada halaman yang sedang dibuka.
Arson terkekeh. "Iya. Devon suka? Mau beli buku ini?" tanyanya.
"Suka. Devonnya suka beruang dan kucing" sahutnya sambil mengangguk.
Arson terkekeh gemas dibuatnya. "Oke, kita ambil ini. Ada lagi? Lo boleh liat-liat buku yang lain, nanti kita beli buat dibaca di rumah." Arson kembali menggenggam tangan Devon, tapi kali ini Devon yang menuntun jalan sedangkah Arson hanya mengikuti kemana cowok kecil itu mau pergi.
Devon mulai menjelajahi rak-rak buku dengan antusiasme yang baru terlihat. Dia memilih sebuah buku tebal bergambar hewan purba di sampulnya.
"Arson, ini apa?" tanya Devon sambil menunjukkan buku berjudul 'interaktif Paud : Dinosaurus' pada Arson.
"Ini namanya dinosaurus. Kalo lo mau, boleh ambil, kita beli" kata Arson.
"Mau"
Arson tersenyum, merasa lega melihat perkembangan positif ini. "Bagus! Ada lagi? Buku cerita gitu, mau gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Innocence [END]
Teen FictionSinister Series : 2 Sebelum membaca cerita ini, disarankan untuk melihat bio di profil lebih dulu!! Devon Abimana, ketua dari geng Alter, bertemu dengan Arson Juliard, yang merupakan anggota geng musuh. Arson yang saat itu tergerak membantu Devon me...