Leila menyerbu keluar Aula setelah mengetahui Everal kembali dari pos pelatihan, dia terlihat khawatir setelah mendengar desas-desus yang menyebar di fasilitas. "Mereka bilang kau dimarahi di militer Karena membantu kami?"
Everal menggeleng, "Bukan hal besar, itu biasa terjadi di pelatihan."
Bahkan itu bukan apa-apa.
Janice yang menyambutnya lebih dulu juga tahu siapa dan bagaimana sifat Nona Tias, dia berkata, "Nona Tias sangat tegas, menakutkan, dia bahkan mengatakan soal perang dan pertahanan. Nona Tias marah Karena kau membolos, kelasnya sangat penting untuk prajurit."
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, dia pasti sudah tahu, yang kulakukan adalah membantu ketahanan pangan. Dalam pelajarannya juga ada bahasan tentang ini. Pangan merupakan sumber energi utama bagi tentara untuk berperang. Prajurit yang kekurangan makanan tidak akan mampu bertempur secara efektif. Itu juga berpengaruh pada Moral Pasukan. Dengan ketersediaan pangan yang cukup kita dapat menjaga moral pasukan dan mencegah desersi. Dia memarahiku di depan kelas hanya untuk menjaga kedisiplinan dan kekondusifan proses belajar. Lagipula bukankah dia tegas seperti biasanya?" itulah yang Everal pahami, Tias adalah wanita yang tegas tetapi tidak sembrono, dia mungkin memperhitungkan masalah keterlambatan, tetapi tidak akan menyalahkannya dengan hal apa yang telah ia lakukan hingga membuatnya terlambat. Terlebih ini masalah lain yang cukup genting.
Leila mengeryit, mencoba memahami penjelasan rumit itu. "Tapi kondisi negara tidak sedang dalam peperangan Ev? Apakah ini bisa disamakan?"
Dia melihat wajah kebingungan gadis itu. "Jadi jika ini bukan dalam keadaan perang? Apa masyarakat juga tidak perlu makan? Padahal para prajurit di pos pelatihan juga mengambil bahan makanan dari lumbung, bagaiamana kamu berpikir itu hal yang berbeda."
Leila berseru frustasi, menekan pelipisnya dengan jari-jari yang ramping. "Ouh! Kau terus bicara tentang aturan militer, perang, prajurit dan pertahanan. Kepalaku jadi sakit."
Everal tertawa kecil melihat gadis bodoh itu, memutuskan untuk mengalihkan topik pembicaraan. "Baiklah, aku berhenti. Kau bilang kalian perlu rosemary lagi besok? Aku akan meminta Claes untuk mengantarnya ke sini."
Gadis itu berubah menjadi cemberut. "Eh kenapa bukan kau saja yang datang?"
Everal mengangkat alis. "Apa bedanya antara aku dan dan dia yang datang? Bukankah yang terpenting rosemary-nya ada?
Kali ini Leila bisa membantah pernyataannya. "Tentu saja ada! Aku tidak pernah nyaman melihat... Siapa namanya tadi? Siapapun itu, dia terus melihatku dengan tatapan anehnya, aku merasa tidak nyaman dengan itu, bukannya dia anak yang aneh??
Everal meyanggah dengan tenang. "Tidak, dia yang paling populer di regu kami."
Leila menggeleng, tetap dengan keras kepalanya. "Siapa yang peduli apakah dia populer atau tidak, dia membuatku risih dan aku tidak ingin bertemu dengannya lagi!"
Everal tidak peduli. "Pertimbangankanlah lagi, dia anak yang baik sebetulnya."
Leila melemah. "Kau akrab dengannya?"
Everal menggidikkan bahu. "Siapa yang tahu?"
Everal bersiap untuk pergi. "Ada lebih banyak rosemary di asrama militer, Claes tinggal di sana, jadi lebih efesien kalau dia yang mengantarnya," dia akhirnya meninggalkan aula persediaan. "Sampai jumpa lagi nanti."
Sampai Everal pulang, gadis itu hanya menyimpan rasa kecewanya pada akhirnya.
—
Esoknya saat Janice sedang duduk dan menguap jenuh di meja administrasi aula persediaan, seseorang datang menginteruspsi kegiatan membosankan itu. "Hallo, aku datang untuk mengantar rosemari."
Janice menoleh, mendapati Claes yang baru datang. Ini kali kedua Claes datang ke aula. Hari pertama saat tersesat dan bertemu dengan Everal. Lalu hari ini dia datang berkat tawaran dari Everal. dia bahkan membawa hal lain selain rosemari yang dipesan sebelumnya.
Janice seperti biasa menyambut di depan aula. "Oh, kau prajurit yang waktu itu? Silakan letakkan saja di depan, petugas aula akan menghitungnya nanti."
Claes agak ragu, dia menengok ke dalam aula.
"Ada hal lain?" Janice mengikuti arah pandangannya, anak-anak gadis sedang menyortir bahan kering di gudang, Leila duduk sebagai salah satunya di sana.
Janice mengerti, dia memanggil Leila untuk keluar "Leila kemarilah."
Gadis kecil itu segera keluar. "Ya, ada apa?"
Senyum jahil terlihat di wajah Janice, dia mendorong prajurit muda itu untuk maju. "Claes membawakan apa yang kamu minta kemarin."
"Oh iya.." Claes merasakan tiba-tiba tangannya berkeringat. Dia kemudian menyerahkan barang lain yang ia bawa. "Dan ini, aku membawa bunga untukmu."
Itu adalah seikat bunga chamomile dari tangannya yang lain. Gadis itu terlihat bingung dengan maksudnya. "Bunga? Untuk apa semua ini?"
Claes kebingungan menjelaskan. Pertama, mereka tidak pernah bicara sebelumnya, menjadi terburu-buru menyerahkan bunga terlihat aneh, terlebih Everal sudah memperingatinya sebelumnya untuk tidak melakukan sesuatu yang berlebihan atau Leila tidak akan menyukainya. Dia kemudian mengingat kegunaan lain bunga untuk bahan minuman dan buru-buru menambahkan, "Ini, chamomile, um.. untuk teh!"
Mata gadis itu langsung berubah cemerlang dan meraih bunga chamomile yang dia sodorkan. "Ah.. aku mengerti, Terimakasih!" Dia tersenyum sangat manis, Claes tidak bisa bereaksi lain selain terpana, wajahnya terus memerah sampai ia rasa pipinya akan meledak. Dia segera berbalik, berusaha menyembunyikan wajahnya yang tersipu.
"Eh, sudah mau pergi?" Janice dibuat bingung, tidakkah mereka harusnya mengobrol sedikit lebih lama?
"Y-ya, aku harus per-gi. Maksudku, latihan! kami ada latihan lain setelah ini." Dia buru-buru pergi sambil memegangi wajahnya. Ini mungkin bodoh, tetapi Claes tidak ingin terlihat konyol didepan Leila. Dia menjadi sangat kikuk hanya karena gadis itu berterimakasih dan tersenyum. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia memaksa tetap di sana lebih lama? dia mungkin akan pingsan.
Janice dan Leila berakhir saling menatap satu sama lain, Leila berkata, "Bukannya aku katakan padamu bahwa anak itu aneh?"
Janice hanya tertawa. "Tapi dia lucu bukan?"
"Tidak sama sekali," ucapnya ketus. Dia menatap bunga chamomile itu dan memutuskan untuk kembali masuk ke aula.
Leila duduk kembali di antara gadis-gadis lain, namun pikirannya melayang pada bunga chamomile di tangannya. Dia menghela napas pelan, merasa ada sesuatu yang berbeda hari ini. Mungkin, hanya mungkin, anak aneh itu tidak seaneh yang dia kira.
Janice, yang memperhatikan dari kejauhan, tersenyum penuh arti. Dia tahu bahwa kadang-kadang, perubahan besar dimulai dari hal-hal kecil. Dan siapa tahu, mungkin bunga chamomile itu adalah awal dari sesuatu yang indah? Lagipula, ada hal yang ingin selalu ia sampaikan pada Leila namun tidak pernah bisa mengatakan itu secara langsung.
Sementara itu Claes, dia berlari dengan girang kembali ke pos pelatihan. Yang pasti, dia harus berterimakasih pada Everal nanti karena telah memberinya kesempatan untuk mengantar rosemari dan memberitahunya untuk membawa chamomile juga. Idenya sangat membantu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrificial: Military Thread
Historical Fiction[Alternatif: Benang Pengorbanan] Bagian Benang Militer. Margie, sebuah kota kecil di pinggir satu wilayah milik kekaisaran, merupakan hadiah dari Tuan tanah untuk putrinya, Margina. Wilayah tersebut kemudian dibagi menjadi 4 bagian menurut mata angi...