Akademisi, Etik

13 9 2
                                    

Kelas baru dimulai setelah prajurit muda menyelesaikan pelatihan mandiri sesi pertama, pukul 9 tepat dan Nona Tias masuk ke ruangan dengan membawa buku tebal bersamanya, tampa basa-basi dia meletakkan buku besar itu di meja, suaranya terdengar jelas mengatakan betapa berat buku itu. Tias membuka halamannya, bicara di depan kelas. "Ini tentang kode etik ksatria."

"Ada kode etik yang harus dipenuhi oleh setiap ksatria, dan aku yakin kalian cukup tahu soal ini. kode etik ini bertujuan untuk membimbing para ksatria dalam berperilaku dan bertindak dengan cara yang terhormat, berani, dan adil, bahkan dalam situasi yang penuh dengan kekerasan dan bahaya seperti perang. Sebagian orang mengatakan kode etik ini konyol untuk diterapkan di situasi perang dan pertempuran karena mereka berpikir situasi perang adalah situasi yang penuh dengan kekacauan dan brutalitas, sehingga tidak mungkin untuk mengikuti aturan-aturan yang kaku. mereka berpikir itu sebagai hambatan."

"Orang bodoh yang berpikir perang hanya sekedar bertempur dan melenyapkan nyawa orang tidak akan memahami kompleksitas dan konsekuensi mengerikan dari sebuah perang. Perang bukan hanya tentang adu kekuatan dan pertumpahan darah, tetapi juga tentang dampaknya pada kehidupan manusia, ekonomi, dan lingkungan."

Prajurit muda mendengarkan penjelasan panjang itu dengan tenang, ini entah mereka menikmati pemaparan materi dari Nona Tias atau karena tidak ingin menyinggung Nona Tias karena tidak ada satu kalimat pun yang masuk ke otak. Seorang prajurit menumpu kepalanya dengan tangan, mencoba mengejar kesadarannya yang pergi bersama kalimat-kalimat panjang teoritis Nona Tias yang tidak dapat ia pahami. Dia menggerutu, "Kenapa kita perlu mempelajari ini semua? Sejarah, taktik, strategi, dan formasi perang? Kita di sini dilatih sebagai prajurit malam, Bukan untuk perang memperebutkan wilayah!"

"Heh, itu sudah sepuluh tahun lepas. Setelah professional dari pusat itu didatangkan, organisasi militer ini sudah menjadi lebih kompeks. Dengan adanya sistem akademi ini sudah membuktikan perbedaannya. Dulu memang pos hanya didirikan untuk jaga malam, tapi sekarang banyak yang ingin mengadu nasib untuk pergi ke ibukota menjadi prajurit dengan gaji yang lebih stabil."

"Itu hanya untuk mereka yang ingin pergi, bagiku sudah cukup mempertaruhkan nyawa dengan melawan hantu-hantu itu. Kita Masih punya benteng untuk melindungi diri, beda cerita dengan prajurit tempur, kamu melawan manusia itu sendiri, yang berakal! Risiko terbunuh lebih besar!"

"Apa yang kamu pikirkan? lagipula bukannya banyak yang ingin pergi ke ibukota untuk menjadi pengawal atau prajurit tempur? Mereka bilang bayarannya sepadan, kita bisa lebih puas daripada hanya bekerja di pedalaman kota kecil dengan gaji yang juga kecil. Makanya orang tuaku selalu mengatakan agar aku pergi ke ibukota untuk menjadi pengawal kekaisaran, agar aku bisa cepat kaya."

Frederick yang duduk di belakang dua orang itu berdecak mendengar opini konyol yang terakhir. "Cepat kaya? Kamu terlalu naif. Inilah alasan Kenapa kamu harus mendengarkan pelajaran dari Nona Tias."

Tias menyadari keributan dari barisan belakang, tepat di mana 2 orang dan Frederick itu adu mulut, "Kalian di sana? Hal seru apa yang sedang kalian bicarakan?"

Mereka terdiam, tidak satupun dari mereka yang berani menyinggung Tias, meski dia seorang wanita. Tidak ada yang lebih ditakuti prajurit muda selain wanita ini.

"Dengarkan, jika kalian tidak sudi berada di sini dan belajar, silakan keluar sebelum aku mengusirmu. Aku tidak ingin buang-buang nafasku hanya untuk menjadi pendongeng bagi kalian."

Melihat semua orang menundukkan kepala dan mengangguk pelan, ia rasa semuanya sudah paham dengan baik dan memutuskan untuk melanjutkan pelajaran."Baiklah, lanjutkan. Dalam kode etik ksatria dijelaskan bahwa mereka harus setia kepada raja, tuan, dan rekan-rekan mereka. Mereka harus menepati janji dan selalu mendukung sekutu. Tetapi manusia tidak selalu dapat dipercaya, ksatria dengan harga diri dan kehormatan yang dia junjung tinggi mungkin akan menepati ini sampai mati, tetapi tidak semua orang punya moral seperti itu. Kemudian dibuatlah sesuatu untuk mengikat mereka, beberapa loyalitas prajurit dijaga dengan harta, mereka digaji dan diiming-imingi kekayaan dan sebagian lagi dikunci dengan hal yang lebih bejat, yaitu dengan menggunakan kerabat atau orang yang mereka cintai."

Sacrificial: Military ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang