Claes Warren

31 15 9
                                    

Ini adalah sesi latihan mandiri sebelum waktu istirahat makan siang, pos timur telah mengumpulkan semua prajurit junior di lapangan pelatihan untuk meninjau. Senior yang biasa berpartisipasi untuk mengawas tidak ada hari ini, latihan mandiri kali ini sepenuhnya bebas hingga beberapa prajurit junior berani untuk bermalas-malasan.

Tidak sedikit yang menggunakan kesempatan ini untuk kembali ke asrama dan tidur, atau mereka yang beristirahat dan bersantai di sekitar lapangan, sisanya adalah murid rajin yang tidak berhenti berlatih, bertarung menggunakan pedang satu sama lain, bergulat, atau hanya merawat senjata mereka masing-masing.

Sebagai murid yang tidak berdiri di peringkat teratas dalam 3 kategori, Orta lebih dulu merasa lelah dan memilih untuk duduk bersantai tidak jauh dari lapangan, melihat dua sahabatnya yang lain beradu pedang. Eugene tampaknya mulai kewalahan menghadapi Frederick, sejak beberapa menit yang lalu perduelan mereka belum berakhir juga, Eugene memiliki teknik yang bagus, dia dapat menghindari serangan Frederick dengan mulus, namun Frederick memiliki stamina tak terbatas dan menyerang tanpa ampun. Eugene menangkis dan bertahan dari serangannya berkali-kali tetapi tidak dapat bertahan lebih lama karena tenaganya dikuras habis, akhirnya sesi latihan itu dimenangkan oleh Frederick seperti biasa. Frederick mengulurkan tangannya untuk membantu Eugene berdiri. Dengan nafas terputus-putus dari keduanya, Eugene menyambut tangannya dan memuji "Terlalu hebat, aku tidak pernah bisa mengalahkan mu bahkan di permainan pedang."

Mereka selalu berlatih bersama, keduanya terus berkembang tanpa tertinggal, jadi ia mengembalikan pujian dari Eugene. "Kau juga, tenik mu semakin bagus semakin hari, aku telah menyempurnakan gerakanku tapi tidak menyangka kau dapat menghindari yang satu itu dan menyerang balik."

Mereka menyimpan pedangnya ke dalam sarung setelah bertukar pujian, lalu berjalan ke pinggir lapangan di mana Orta duduk untuk beristirahat.

Siang itu sangat panas, meski belum waktunya untuk istirahat, namun lapangan pelatihan sudah hampir kosong dan hanya sedikit yang masih berlatih. Ketiganya berbicara santai di pinggir lapangan yang teduh dengan beberapa rekan yang lainnya. Tanpa aba-aba, seorang prajurit muda dengan tergesa-gesa mengambil senjatanya dan memanggil temannya untuk berdiri, dia mengatakan senior Sam berada di pos timur dan menuju ke lapangan pelatihan.

"Gawat-gawat! apakah aku terlihat seperti baru bangun tidur?" Prajurit muda itu langsung membereskan pakaiannya, ada pula yang langsung berlari ke lapangan dan pura-pura berlatih.

Dari jauh ketiganya melihat Sam berjalan dengan seseorang asing bersamanya di seberang lapangan. mereka perlahan mendekat.

_

Claes Warren, dia pertama kali datang ke pos timur pada saat usianya yang ke 15 tahun. Sepeninggal Ayah dan ibunya yang sudah lebih dahulu pergi ke kota untuk mengadu nasib. Claes pergi sendiri ke Margie dengan kehendaknya sendiri. Meski kedua orang tua itu sudah memperingatkan dan mengajaknya untuk pergi ke kota bersama saja, tetapi Claes tidak mendengarkan dan mantap dengan keputusannya. Itu sempat menjadi perdebatan cukup panjang berhari-hari. Ibunya tidak pernah setuju dia pergi jauh, sementara ayahnya mengatakan Margie bukan tempat yang bagus. Namun pada akhirnya Claes berhasil meyakinkan kedua orang tuanya tersebut.

"Jika kamu ingin berkarir di militer, kamu bisa saja ikut pergi ke kota. Aku tidak tahu soal Margie, tapi pernah mendengar bahwa itu kota yang hampir mati, kamu bahkan bukan perwira yang diutus sebagai tenaga professional, kenapa kamu mau repot-repot pergi ke kota kecil yang kumuh?" ayahnya masih mengoceh tentang keputusannya, meski saat ini mereka mulai melemah dan membiarkan Claes mengepak barang-barangnya untuk pergi, tetapi niat sang ayah untuk membelokkan kuputusan putranya belum benar-benar hilang.

ibunya juga terus membujuknya untuk ke kota bersama. "Ya, pergilah bersama kami, kita bisa mulai dari berdagang terlebih dahulu. Aku dengar seseorang bisa menjadi kaya raya hanya dengan 2 tahun berdagang, dia bahkan memiliki manor di beberapa desa dan kota dalam waktu sesingkat itu."

Wajah sang ayah menjadi masam tiba-tiba ketika ibunya mengatakan hal itu. "Kamu percaya?"

"Kenapa kamu masih tidak percaya? dia jelas pembisnis yang sukses. lihat seluruh pakaian yang ia gunakan dan kereta mewah yang dia tumpangi, siapa yang bisa melakukan hal itu kalau dia bukan orang kaya?" ibunya juga malah jadi sangsi kemudian.

Ayahnya mengusap kepalanya dengan frustasi. "Maksudku, kau percaya ceritanya yang hanya memulai dengan berjualan selama 2 tahun? heh itu penipuan! dia pasti sudah hidup dengan sendok perak di mulutnya bahkan sejak lahir. dalam waktu singkt itu, memangnya bisnis apa yang dikelolanya? bahkan menjual diri tidak menghasilkan uang sebesar itu untuk membangun manor."

"Kamu pasti iri, pria itu tampan dan kaya, terlalu sempurna dibandingkan dirimu. Lagipula apa masalahnya jika dia lahir dengan setumpuk emas, itu keuntungan untuknya!" seru sang ibu.

"Tentu saja tidak ada masalah dengan bagaimana dia lahir, yang jadi masalah dia mencoba menipu dengan itu!" sang ayah tidak kalah sengit.

Claes tidak dapat melakukan apapun selain menggeleng tidak habis pikir. pertengkaran oleh hal seperti ini sudah lumrah terjadi di rumahnya, Claes tidak mengerti tetapi begitulah cara kedua orang tuanya berkomunikasi, oleh karena telah terbiasa dia dengan tenang menyelesaikan pekerjaanya dan memasukkan barang-barang ke dalam tas seperti tidak ada yang terjadi.

"Ah sudahlah! kenapa kau malah berdebat denganku! lihat putra kita ini, sebentar lagi akan meninggalkanku," Kata sang ibu. Dia menghiraukan suaminya dan duduk di sebelah putranya, membantu melipat beberapa pakaian yang akan ia bawa.

"Ibu, aku hanya pergi ke pelatihan militer," Claes berkata. Itu tidak seperti dia akan pergi selamanya.

Wajah ibunya tampak memelas. "Tetap saja, aku dengar mereka tidak menyediakan hari libur..."

"Claes, kau yakin dengan pilihanmu? di tempat baru kita nanti mereka juga memiliki pelatihan militer di kotanya, kau bisa pergi ke sana saja. lagipula Margie tidak memiliki sesuatu yang istimewa seperti benteng super kuat atau pelatih legendaris yang mengajari bukan? mereka bahkan hanya mengandalkan tenaga transfer dari ibu kota."

Claes mengangguk mantap. "Aku yakin, ayah. Di antara seluruh kota pinggir yang sebelumnya diambang batas, Margie adalah kota dengan perkembangan paling pesat, meski bukan yang terbaik, ketahanan hankam, ekonomi juga pangan mereka adalah yang paling drastis perubahannya selama 10 tahun terakhir. Aku ingin belajar dari sana. Bagi kita yang berada di titik bawah, aku merasa lebih baik untuk meniti dari bawah juga untuk perlahan naik ke atas."

Sang ayah tidak dapat mengelak lagi akhirnya, keputusan putranya adalah jalan yang dia ambil untuk dirinya sendiri, dan dia percaya putranya adalah orang yang paling cerdas dan bertanggung jawab atas apa yang dia pilih. "Kamu bisa pergi dan belajar. Setelah itu ikuti seleksi prajurit muda dan pergi ke ibu kota. mereka selalu mengambil yang terbaik untuk jadi pengawal atau prajurit kekaisaran. pelatihmu selalu mengatakan kau yang terbaik di regu. Aku percaya kau dapat menwujudkan hidup yang lebih baik untuk dirimu. Ayah akan selalu mendukungmu."

Ayahnya memeluknya sangat erat.

"Ibu juga. Selalu lebih baik memulai dari sesuatu yang kecil. Semoga kamu sukses di sana, Nak. Ayah dan ibumu juga akan berjuang di tempat lain."

Mereka, keluarga kecil dengan kondisi ekonomi yang cukup sulit, hari itu berpelukan dengan hangat, menikmati malam terakhir di rumah kecil sebelum ketiganya pergi. kedua orang tuanya akan pergi ke kota untuk meniti karir yang lebih satabil. Lalu Claes akan mengejar mimpinya sendiri.

Sacrificial: Military ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang