Tidak dibenarkan Saling Menyakiti

9 7 0
                                    

"Berhenti mengikutiku," Everal memperingati orang yang sejak tadi membuntutinya kemanapun ia pergi. Pertama ia mengira itu hanya ketika mereka berada di pos timur, tetapi bahkan setelah ia meninggalkan gerbang, anak itu tidak ingin melepaskannya dan mengikutinya tanpa kata.

"Kamu berlebihan," ucapnya akhirnya, Claes sosok yang sejak tadi mengikutinya akhirnya bicara.

Everal mendengus, dia sama sekali tidak mengerti apa mau bocah ini dan tidak ingin tahu, dia berbalik memutuskan untuk segera pulang sebelum gelap.

"Tunggu!" Claes mencegatnya, menahan tangannya.

"Lepaskan aku!" Everal mengelak, dia mengayunkan tangannya beberapa kali untuk melepaskan cengkraman Claes, namun anak itu sama sekali tidak berniat untuk melepaskannya dan malah mempererat pegangannya.

"Tidakkah kau merasa sedikit bersalah?" tanyanya, ketika itu setelah Orta dikalahkan oleh Everal dalam perduelan itu, dia segera pergi tanpa kata, mereka hanya sekilas bersitatap dan menemukan wajah Orta dengan ekrspresi kecewa. Bagaimanapun, kedua orang itu adalah dua sosok yang Claes kenal lebih dahulu dan keduanya adalah teman—meski mungkin Everal tidak menganggapnya begitu, tapi Claes tetap bersikukuh kalau keduanya harus setidaknya berbaikan. Atau suasana pelatihan akan semakin suram setiap hari.

"Tidak, singkirkan tanganmu." Everal masih pada pendiriannya.

Claes juga tidak kalah keras kepala sekarang ini, dia menatap Everal dengan tatapan menuntut. "Aku tidak akan pergi sebelum kau meminta maaf."

"Ini masalah ku dengannya, untuk apa kau ikut campur," Everal terus berusaha melepaskan diri namun Claes memegangi tangannya dengan erat. Ini membuat Claes menyadari bahwa Everal tidak sekuat itu, dia hanya bagus dalam teknik oleh karena itu ia dapat mengalahkan Orta dengan mudah. Atau itu juga kemungkinan kenapa ia akhirnya hanya meladeni tantangan dari Orta dan mengabaikan mereka bertiga; dirinya, Frederick dan Eugene?

Claes berkata, "Aku percaya bahwa kau sebenarnya adalah orang yang baik, bisakah kau terus menjadi seperti itu? Maksudku, ini akan lebih baik jika kita semua berteman, aku tidak akan menjadi satu-satunya yang harus bersusah payah memberikan pembelaan untukmu."

Everal meringis sedikit saat pergelangan tangannya ditekan, namun dia dengan arogan tidak mengakui atau meminta Claes melepaskan dengan baik-baik, dia bahkan berucap dengan sinis, "Adakah yang meminta pembelaan darimu? Urus dirimu sendiri!" dia menghempaskan tangannya cukup keras, tatapan sangsinya membuat Claes terpaku sesaat dan tidak menyadari pegangannya lepas, Everal segera melenggang pergi saat itu juga.

"Ev!" Claes meneriaki dan menyusulnya.

Brugh!!!!

Suara berisik datang dari hutan di sekitar kaki bukit, Claes tersentak, berusaha menganalis apa yang terjadi, Everal di depannya juga berhenti.

"Apa itu?" Claes bertanya, dia melihat Everal di depannya mematung, dia bahkan tidak merespon sampai suara berikutnya datang.

"Tolong!" Itu suara teriakan manusia, tentu saja!

Claes bergegas masuk ke hutan, tetapi Everal mendorongnya menjauh, "Pergi dari sini!" serunya. Kali ini Everal yang menyeretnya menjauh dari hutan. Wajahnya terlihat panik meski tidakannya tidak begitu terburu-buru, tetapi Claes menyadari dia mengeraskan rahang, keringat membasahi seluruh wajahnya.

Claes menghentikan langkah. "Roh malam!" Ucapnya.

"Aku tahu, oleh karena itu pergi dari sini," jari jemari yang memegang pergelangan tangan Claes berkeringat hingga ia bisa merasakan bahwa Everal juga dalam dilema. Dia menunduk.

"Tetapi seseorang di dalam meminta tolong Ev!"

"Aku tahu!" Everal membalasnya berteriak. Masing-masing dari mereka keras dan tidak ada yang mengalah. Everal juga diam saja tentang itu.

Dia tidak lagi menghiraukan Everal dan pergi memasuki hutan. Hari masih sore, matahari bahkan belum terbenam. Meski bukan berarti roh malam tidak datang di siang hari, kemunculan roh malam selalu didasari suatu pemicu, dan Claes tidak bisa tenang memikirkan hal itu, terlebih seseorang sedang memerlukan bantuan di dalam sana.

"Bodoh!" Everal memaki, melihat bocah itu dengan gegabah lari ke dalam dan tidak memikirkan akibat apa yang akan terjadi atas kecerobohannya, meski ragu dia tidak punya pilihan lain selain mengikutinya masuk ke dalam.

Everal menatap tangan kirinya yang terluka, itu terbuka kembali dan sedikit darah keluar dari sana.

Claes sudah berusaha berlari secepat mungkin tetapi masih kalah cepat dengan para roh itu, mereka semua sudah pergi dan meninggalkan seseorang yang telah terbaring kaku di tanah. Dia menyibak semua ranting dan semak liar untuk segera mencapai lokasi korban. Buru-buru menghampirinya, namun mereka terlambat, orang itu sudah tidak bernafas dan menjadi mayat. Claes terpaku, merasa kecewa dengan dirinya sendiri.

Everal di belakangnya telah menduga, mayat seseorang itu telah terbaring di sana dengan bagian dada menganga dan bagian jantung yang hilang, darahnya mengalir terus-menerus. Dia berjalan melewati Claes yang menunduk tidak percaya, menepuk bahunya sedikit, "Aku bilang itu percuma," dia berjongkok dan megusap wajah mayat, menutup matanya yang mati dalam keadaan membelalak.

Dia menatap Claes yang masih dalam keadaan terguncang, "Pulanglah, dan laporkan ini pada petinggi, mereka akan mengurusnya," ia kemudian menambahkan "kita harus segera pergi dari sini, mereka pasti belum pergi jauh dari sini."

Claes menariknya, "kau pulang denganku, pos timur lebih dekat daripada jarak ke Sommeria."

"berhenti bicara omong kosong dan segera pergi."

'sssshhhh'

Suara desisan terdengar, keduanya terdiam, roh malam benar belum jauh dari sini. Desisan terdengar bersahutan dan semakin dekat kian detik, Claes tidak tahu dari mana desisan itu berasal, tetapi telinganya menangkap bahwa mereka sedang dikepung.

Mereka! Salah satu muncul lebih dulu dari arah barat, Claes segera menarik Everal melarikan diri.

Mereka terus mengejar.

Claes terengah-engah dalam larinya, dia menengok ke belakang dan menemukan bahwa roh-roh itu ikut mengejar secara membabi buta, bahkan jumlahnya tidak main-main, mungkin ada sekitar 20 yang mengejar mereka saat ini. "Mereka tidak mau menyerah!" Claes berseru dengan nafas memburu.

Everal yang ditarik paksa sudah berada di ambang batas, nafasnya tidak teratur dan mungkin sebentar lagi dia akan tumbang. "Lepaskan aku! Larilah sendiri!"

Everal sesungguhnya lari lebih lambat dari Claes, jika Claes melepaskan tangannya sejak awal, Everal bisa saja diraih oleh roh itu dan menjadi korban kedua hari ini. Mereka juga tidak membawa senjata apapun untuk berhadapan langsung, oleh karena itu Claes ragu untuk melepaskannya dan terus menyeretnya lari bersama. "Bagaimana mungkin seperti itu! Berhenti bicara dan terus lari! Kita harus menyelamatkan diri bersama!"

"Kenapa semakin banyak yang mengejar! ini tidak biasa!" Claes semakin panik kian waktu, ia terus menoleh ke belakang memastikan jarak antara mereka, matanya membulat ketakutan. Hutan yang tadinya terasa tenang kini berubah menjadi neraka. Suara langkah kaki semakin dekat, dedaunan berdesir saat mereka menginjaknya.

"Dapatkan sesuatu, tongkat? Apapun itu! Kita akan mati lebih dulu sebelum sampai ke pos timur!" Everal yang ditarik lari bersamanya tidak dapat bertahan lebih lama lagi, ia berlari sambil memejamkan mata di ambang batas, dia mungkin akan pingsan.

"Itu konyol!" Claes menariknya, meski Everal jatuh sekalipun, dia harus menyeretnya sampai ke pos timur.

"Tidak ada pilihan lain." Everal bersikeras.

Duagh!

Claes merasakan kakinya menendang sesuatu sebelum ia merasakan tubuhnya melayang dan jatuh menghantam tanah. Everal yang sejak awal berpegagan dengannya membelalakan matanya tidak percaya, ia juga tidak punya pilihan lain selain ikut terjatuh. Ini benar-benar kesialan!

Sacrificial: Military ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang