Happy Reading
..
.
Voment guys..
..
.
Medika Hospital.
20:15Wib.Brankar didorong keruangan UGD agar Pasien segera mendapatkan pertolongan pertama oleh beberapa suster.
"Mohon pak tunggu disini, Kami akan melakukan semaksimal mungkin" Ujar Salah satu suster lalu menutup pintu ruangan UGd.
"Hiks Lionel" Isak Liona yang kini dipeluk oleh Liana yang juga tengah menangis.
Axel berjalan kearah kursi tunggu yang berada disamping Ruang UGD dengan tatapan kosongnya.
Matanya menatap bercak darah ditelapak tangannya dengan tatapan kosong, darah ini adalah darah putra bungsunya.
Pikiran negatif langsung memenuhi pikirannya, apakah ini karma? Jika ini memang karma untuknya kenapa putra bungsunya kembali yang merasakan rasa sakitnya?.
"Lionel" Lirihnya.
Axel menutup wajahnya dengan telapak tangannya, berusaha memenangkan diri meskipun berulang kali gagal.
Raska terdiam dengan tatapan kosong yang menyorot pintu UGD didepannya.
Rafka memeluk kedua wanita kesayangannya dengan harapan agar keduanya tenang meskipun dirinya sendiri juga sama hancurnya dengan mereka.
"Lionel, jangan menyerah, semuanya belum usai disini" Gumam Rafka.
..
.
20:45 Wib.Pintu UGD dibuka dan brankar didorong menuju keruangan ICU untuk perawatan yang lebih intensif oleh beberapa suster dan dokter.
Axel berdiri dan menatap brankar yang berisi putra bungsunya yang tengah berada di alam bawah sadarnya dengan tatapan sendu.
"Wali pasien?"
"Kami orangtuanya" Ujar Liana dan Axel.
"Ikuti saya keruangan"
Axel menggenggam tangan Liana dan berjalan mengikuti langkah dokter penanggung jawab putra bungsunya meninggalkan ketiga anaknya yang lain.
"Bagaimana jika Lionel memilih menyerah bang? Bagaimana jika Lionel-"
"Tenanglah Liona, Lionel akan baik-baik saja" Ujar Rafka memotong ucapan Liona.
"Kita susul suster tadi" Ujar raska yang diangguki oleh keduanya.
..
.
Dialam bawah sadar Lionel.Jevan menatap pemandangan didepannya dengan tatapan kosong tanpa harapan.
Ia telah hancur, jiwanya juga telah rusak, ia tidak memiliki keinginan hidup sama sekali.
Luka yang didapatkannya dari keluarga aslinya masih basah tanpa terobati sama sekali.
Ditambah dengan luka Lionel yang sedikit banyaknya ia rasakan juga, luka ditambah luka.
"Bang jevan...tidak ingin kembali?" Tanya Lionel.
Jevan sudah mengenal anak itu sejak ia pertama kali disini dan ia tidak tahu sudah berapa jam ia disini.
Ruang indah dan menenangkan, hingga ia tidak ingin kembali lagi.
"Gue capek Li" Ujar Jevan membuat Lionel memghela nafas.
"Maafin aku ya bang, andai aja aku nggak lemah mungkin abang nggak akan seperti ini" Ujar Lionel.
Jevan meliriknya sekilas, tak berekspresi apapun, hanya ada wajah flat yang terlihat.
"Tapi abang memang harus kembali ke raga aku bang, semuanya belum usai"
"Lo egois"
"Aku tahu, aku minta maaf"
"Luka gue masih menganga Li dan lo dengan gampangnya menyerahkan raga penuh luka lo gue, kita nggak beda jauh dulu"
".........."
"Sekarang lo bebas, luka lo nggak akan lo rasakan lagi karena semuanya lo bebankan ke gue, tapi gue yang mampus karena gue ngerasain kedua luka yang masih basah"
"Maaf"
"Raga lo sekarang punya gue Lionel dan gue berhak berbuat apapun sama raga lo Lionel, mau itu buruk ataupun baik" Ujar Jevan membuat Lionel kaget namun tak lama ia mengangguk pelan.
"Ingat Lionel, lo udah mati dan orang mati seharusnya nggak merusuhi kehidupan orang yang masih hidup"
Jevan berjalan kesembarang tanpa memperdulikan Lionel yang tengah menangis dibelakangnya. Ia belum ingin kembali. Mungkin nanti.
Ada rasa nyeri kala ia menyebutkan kalimat menyakitkan itu namun ia harus egois karena ia juga korban dari keegoisan itu sendiri.
"Berbahagialah Bang Jevan, maafkan aku"
..
.
Seminggu kemudian...ICU.
09:00 Wib.Lionel membuka matanya dan mengerjabkannya beberapa kali untuk memperjelas pandangannya, terdiam dengan tatapan yang menatap langit-langit ruangan yang ia tempati dengan tatapan kosong.
Ia sudah tahu bahwa ia berada disalah satu ruangan kelas atas dirumah sakit.
Cklek..
Raska membeku didepan pintu saat melihat sang adik bungsu telah siuman dari tidur nya yang cukup panjang.
"Panggil dokter sam" Titah Rafka kepada salah satu bodyguard yang berjaga didepan ruangan yang segera dilaksanakan oleh sang penjaga dengan cepat.
"L-lionel" Panggil Raska namun Lionel sama sekali tak berniat meresponnya, ia hanya melihat langit-langit ruangan nya dengan tatapan kosong.
"Akhirnya kamu bangun, Syukurlah, ada yang sakit?" Tanya Raska sedangkan Rafka hanya menatap keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kenapa tidak mati?" Gumam Lionel yang masih dapat didengar mereka berdua.
Deg!
..
.
Tbc
Votmen ya guys..Aku usahakan double deh hari ini tapi jam up nya berbeda ya...
Sorry banget lama up...