𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟗

111 15 6
                                    

Kamala turun dari mobilnya, lalu memasuki area sekolah dasar tersebut. Sekolah dasar khusus anak orang-orang berada, disanalah Amanda menempuh pendidikan dasarnya.

Tadi wali kelas Amanda menelepon Kamala, memberitahukan bahwa putrinya sedang sakit, maka dari itu Kamala segera melesat kesini untuk menjemput putrinya tersebut.

Kamala memasuki ruang kantor guru karena putrinya berada disana. Terlihat Amanda terduduk lemas dikursi kantor dengan wajah yang pucat.

" Amanda! Ya ampun sayang, badan kamu panas banget ini. " ucap Kamala saat memeriksa kening Amanda. Lekas ia membantu Amanda berdiri.

" Bu, terimakasih ya udah memberi tahu saya. Kalau gitu saya pamit dulu, Bu, mari. " ucap Kamala pada wali kelas Amanda, setelah itu ia pun segera membawa Amanda kembali ke mobilnya.

" Kita kerumah sakit ya, Nda. " ucap Kamala saat sudah berada di dalam mobil, namun Amanda menggeleng.

" Kenapa, Nda? " tanya Kamala.

" Gak mau, Ma. Amanda mau pulang kerumah aja. " balas Amanda pelan.

Kamala menghela napasnya, lalu mengangguk. Setelah itu ia pun melajukan mobilnya menuju rumah.

Sesampainya dirumah, Kamala segera membawa Amanda ke kamarnya. Lalu mengambil baskom kecil berisi air hangat serta kain kecil. Kamala dengan telaten mengompres dahi Amanda, sambil menunggu Bi Asih mengantarkan makanan serta obat.

𝑻𝒐𝒌 𝑻𝒐𝒌 𝑻𝒐𝒌

" Masuk aja, Bi. " sahut Kamala dari dalam, setelah itu Bi Asih pun masuk untuk memberikan makanan dan obat pada Kamala. Kamala menerimanya setelah itu Bi Asih keluar dari kamar.

" Makan dulu ya, sayang. " ucap Kamala sambil menyodorkan sendok berisi nasi dan lauk ke mulut Amanda, namun bocah itu menggelengkan kepalanya.

" Kenapa Amanda? " tanya Kamala berusaha sabar.

Namun lagi-lagi Amanda hanya menggeleng, membuat wanita berusia tiga puluh satu tahun itu menghela napasnya.

" Kamu harus makan, Nda. Gak papa kalau sedikit, yang penting kamu makan. Kalau gak makan gimana kamu bisa minum obat? Kalau gak minum obat gimana kamu mau sembuh. " omel Kamala dengan gusar.

" Manda mau makan kalau disuapin sama Bang Aksa. " balas bocah itu dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Kamala.
Kamala tak menyangka bahwa ucapan itu yang akan keluar dari mulut anaknya itu.

" Makan sekarang, Nda. Gak usah ngada-ngada kamu, "

Amanda kembali menggeleng.

" Manda gak ngada-ngada kok, Ma. Manda beneran mau makan kalau sama Bang Aksa. " kekeh bocah itu, membuat Kamala menghela napas berat.

" Gak bisa, sayang. Abang kamu itu gak ada disini, " Kamala berusaha membujuk putrinya itu.

" Kalau gitu suruh Abang pulang, Ma. Manda mohon.. " pinta bocah itu sambil menatap memelas pada Ibunya.

" Enggak, Nda. Gimana kalau sama Bang Gara aja? "

" Gak mau, Ma. Manda maunya sama Bang Aksa! " tolak Amanda dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Membuat Kamala bingung dibuatnya, bukannya tak ingin menuruti permintaan putrinya, namun hal itu diluar kuasanya. Karena ia harus meminta izin terlebih dahulu pada suaminya jika menyangkut tentang Aksara.

" Oke, nanti Mama suruh Abang kamu itu pulang, tapi sekarang kamu makannya sama Mama dulu, ya? " bujuk Kamala.

" Beneran, Ma? Mama gak bohong, kan? " selidik Amanda karena merasa ragu.

AKSARA'S TEARS [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang