𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟐

222 20 0
                                    

Perlahan netra coklat itu mulai terbuka. Aksara melihat sekeliling nya, ruangan bernuansa putih polos itu pastilah uks. Lagi-lagi ia harus berada di sini setiap berhadapan dengan Algara.

Ia mencoba bangkit untuk duduk, tapi langsung terhenti ketika ia merasakan kepalanya yang masih sakit. Bahkan rasanya ruangan itu ikut berputar.

Menghela napas gusar. Aksara memejamkan matanya. Tangannya meraba bagian kepalanya yang ternyata sudah di perban. Melirik jam tangannya, sebentar lagi jam pulang sekolah tiba. Berarti cukup lama ia tak sadarkan diri tadi.

Suara langkah kaki memasuki ruangan membuat Aksara menoleh ke arah pintu. Terlihat seorang cewek yang tidak asing di matanya karena ia sering bertemu dengannya setiap kali masuk uks.

" Rana? " ucap Aksara pelan.

Rana adalah salah satu anak PMR di sekolah itu. Rana mendekati brankar Aksara. Di tangannya terdapat nampan berisi makanan dan air putih. Ia meletakkan nya di atas nakas samping Aksara.

" Baru sadar? " tanya Rana menatap kepala Aksara yang di perban.

" Iya, "

" Masih sakit? " tanyanya lagi.

" Iya. " jawab Aksara. Rasanya mau mengangguk pun sulit.

" Yaudah, lo makan dulu, setelah itu lo minum obatnya. " ucap Rana sambil meletakkan obat pereda rasa sakit di sebelah nampan tadi.

" Iya, makasih. " Aksara menatap Rana sendu. Tapi ia tak langsung makan karena belum bisa bangkit.

" Gue tinggal dulu, ya. Kalau butuh apa-apa langsung hubungi gue aja. Lo masih punya nomor gue, kan? "

" Iya, " jawab Aksara. Suaranya terdengar lemah.

Setelah memastikan Aksara aman, cewek itu pun segera berlalu pergi. Tapi langkahnya terhenti di depan pintu ketika Aksara kembali memanggilnya.

" Kenapa? " Rana menoleh ke belakang, menatap Aksara.

" Gue.. Gue gak bisa bangun. Kepala gue sakit. " jelas Aksara.

Mengerti dengan keadaan cowok itu, Rana kembali mendekati brankar Aksara. Ia membantu menaikkan bagian kepala brankar agar lebih tinggi.

" Udah, kan? Ada lagi? "

" Enggak, ini udah cukup. "

" Kalau ada bilang aja sekarang, biar sekalian gue bantuin. Jangan pula tiba gue udah mau pergi malah lo panggil lagi. Tar kesel loh, gue. " canda Rana.

Aksara terdiam sejenak. Ia tampak berpikir akan meminta bantuan apalagi dari gadis itu. Melihat raut wajah polos Aksara membuat Rana menahan tawanya.

" Makanya jangan berantem mulu. Kan kalau udah kek gini lo juga yang susah, kan. Suka banget langganan masuk uks. Heran deh, gue. " celetuk Rana sambil menggelengkan kepalanya.

" Gue gak berantem, " ucap Aksara.

" Iya, iya, gak berantem. Jadi mau gue bantuin lagi gak? " Rana terlihat tidak enak setelah mengatakan itu tadi.

" Enggak, makasih. " Aksara mengambil makanan yang di letakkan Rana tadi.

Rana mengangguk mengerti lalu melangkah keluar. Tinggal Aksara sendirian lagi. Ia segera menyuap nasi itu ke dalam mulutnya. Walaupun tidak berselera, tetapi ia memaksakannya agar bisa meminum obatnya.

*****

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Cakra segera menyampirkan tali tas di bahunya. Lalu meraih tas Aksara yang masih berada di mejanya. Ia berjalan keluar kelas, menuju ruangan uks.

AKSARA'S TEARS [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang