𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟏𝟓

157 8 2
                                    

" Kan bener Aksara. "

Aksara mengernyitkan dahinya untuk mengingat siapa wanita yang berada di hadapannya saat ini. Ia merasa tidak asing namun entah mengapa otaknya tidak bisa mengenali wanita tersebut.

" Maaf, lo kenal gue? " tanya Aksara sambil beranjak berdiri.

Wanita itu kembali menampilkan senyumnya. " Kita pernah ketemu, Aksara. Kamu udah lupa sama aku, 𝗒𝖺𝖺... " ucapnya dengan nada kecewa.

Aksara tak langsung menjawab, ia tampak memperhatikan dengan detail wajah wanita itu.

" Lusi bukan? " ucap Aksara setelah mengingat siapa wanita itu, dan wanita itu pun langsung mengangguk.

" Iyaa.. ya ampun, Ra, sesusah itu ya kamu ngingat nya. Padahal masih muda loh.. " ujar Lusi sambil tertawa kecil.

Aksara tersenyum malu.
" Iya, sorry.. kayaknya gue banyak pikiran makanya lupa, "

" Oh gitu.. "

" Oiya lo ngapain kesini? Ziarah juga? " tanya Aksara.

" Enggak sih, aku tadi habis dari toko yang disana itu. Terus pas lewat sini gak sengaja ngeliat orang yang mirip kamu, makanya aku samperin. " jelas Lusi.

" Oh gitu.. "

" Iya, kalau kamu mau kita lanjutin ngobrol nya di rumah aku aja, gimana? Rumah aku gak jauh dari sini kok, " ucap Lusi menawarkan.

Aksara langsung menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Lusi tersebut.

Setelah itu mereka pun pergi dengan menaiki motornya menuju rumah Lusi. Hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit dari tempat pemakaman umum untuk sampai ke rumah Lusi. Sesampainya disana, Aksara memarkirkan motornya di halaman rumah Lusi. Rumah itu tidak besar dan tidak kecil, dengan desain minimalis yang membuat kesan menarik namun sederhana.

Setelah memarkirkan motornya, Aksara lalu menyusul Lusi yang sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah.

" Assalamualaikum, permisi.. " ucap Aksara saat memasuki ruang tamu.

Sedangkan Lusi sudah tak terlihat lagi keberadaannya, mungkin sedang berada di belakang. Aksara lalu memilih untuk duduk di kursi sofa kayu yang tersedia disana, sambil menunggu wanita itu kembali. Tak lama kemudian Lusi kembali dengan membawa nampan berisi minuman serta sepiring kue lalu meletakkannya di atas meja di depan Aksara.

" Minum dulu, Ra. " ucap Lusi lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Aksara.

" Iya makasi, " Aksara menatap datar gelas berisi kopi tersebut tanpa berniat menyentuhnya.

" Gimana kabar kamu, Ra? " tanya Lusi membuka percakapan.

" Alhamdulillah gue baik, " jawab Aksara sambil tersenyum tipis.

Lusi manggut-manggut sambil menatap wajah Aksara yang terlihat sangat pucat. Seolah-olah seperti tidak ada aliran darah yang mengalir di dalam tubuhnya.

" Kalo lu sendiri gimana? " Aksara bertanya balik.

" Aku sih selalu baik, " jawab Lusi sambil tersenyum.

Aksara mengangguk mengerti.
" Oiya, Hasa mana? " ucap Aksara yang baru teringat dengan bocah berusia 4 tahun itu.

" Hasa sekolah, bentar lagi paling udah pulang. "

" Pulangnya lo jemput kan? "

" Kadang iya kadang enggak, soalnya kalo tiba-tiba jam pulangnya lebih cepat Hasa lebih milih pulang duluan, katanya dia gak suka nunggu. " jelas Lusi.

AKSARA'S TEARS [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang