𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟖

119 16 0
                                    

" Kak Aksara! " teriak Zaona dari jauh, lalu ia mengejar Aksara.

Aksara yang mendengar namanya dipanggil pun menoleh, ia melihat Zaona yang berlari menghampirinya. Rambut panjangnya yang digerai bergerak kesana-kemari.

" Jangan lari-lari, nanti jatuh. " tegur Aksara memperhatikan Zaona.

Zaona menyengir, menampilkan deretan giginya yang putih bersih.

" Iya, Kak. Hehe, "

" Kenapa manggil? " tanya Aksara.

Kini mereka berjalan beriringan.

" Gak ada Kak, cuma manggil aja. " balas Zaona.

Mereka berdua memasuki area lorong kelas. Keadaan disana sudah ramai oleh para murid yang berlalu lalang. Tak sedikit dari mereka yang melirik ke arah Aksara dan Zaona, lalu berbisik seperti membicarakan keduanya. Aksara menyadari hal itu, tapi ia terlihat tak peduli, ia terus melangkahkan kakinya untuk menuju kelas.

Sedangkan Zaona, ia malah melirik balik ke arah para siswi yang membicarakan mereka tadi. Matanya menatap sinis, membuat para siswi itu semakin mencibir.

" Apaan sih tuh anak baru! Belagu amat! "

" Tau tuh! Baru masuk aja udah cari masalah sama kakelnya, dasar caper! "

" Bener tuh, kita yang kelas sebelas aja gak berani cari gara-gara sama kakel. Eh dia, masih kelas sepuluh juga, malah cari gara-gara sama kakel dua belas. "

" Dan sekarang, dia malah cari perhatian sama Kak Aksara! Ihh bener-bener deh tuh anak! "

" Dia gak tau aja, kalau Kak Aksara itu paling gak suka deket-deket sama cewek caper kayak dia. "

" Apalagi gue denger-denger, Kak Aksara lagi gak pengen deket sama cewek lagi, semenjak putus dari Kak Rachel. "

Zaona mendengkus, telinganya terasa panas akan cibiran kakak kelasnya yang menurutnya sok berkuasa itu. Ingin membalas, tapi ia sadar diri. Ia tak punya cukup keberanian untuk membalas ucapan mereka padanya. Jadinya ia hanya bisa membalas dalam hati.
Ia melirik Aksara yang berjalan di sampingnya dengan raut wajah tenang, sama sekali tak terusik dengan perkataan para siswi tadi yang juga telah menyebut-nyebut namanya.

" Kak Aksara, " panggil Zaona.

" Ya? " sahut Aksara sambil melirik Zaona sekilas.

" Kakak kelas dua belas, ya? "

" Iya, "

Zaona manggut-manggut.

" Kelas Kakak dimana? "

" Di lantai dua, kayaknya kita beda jalur. " jawab Aksara mengingat bahwa gedung kelas sepuluh terletak di seberang gedung kelas dua belas.

" Iya, Kak. "

Mereka terus berjalan hingga akhirnya lorong kelas terbagi menjadi dua jalur, Aksara belok ke arah kiri sedangkan Zaona berbelok ke arah kanan jalan.

" Istirahat nanti gue ke kelas lo ya, Kak. " ujar Zaona saat akan berbelok.

" Gak usah, Za. Soalnya gue gak ada dikelas kalau jam istirahat. " sahut Aksara dan berlalu menjauh.

Zaona menghela napas kecewa. Lalu melanjutkan langkahnya menuju kelas.

" 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘰𝘬𝘢𝘣 𝘬𝘦 𝘨𝘶𝘦 𝘨𝘪𝘵𝘶, 𝘺𝘢? " batin Aksara.

Ia berjalan memasuki ruang kelas yang sudah ramai oleh murid-murid lainnya. Lalu ia berjalan ke arah mejanya, meletakkan tasnya lalu duduk. Cakra sedang memainkan game di ponselnya, melihat Aksara datang, lekas ia menghentikan game-nya sejenak.

AKSARA'S TEARS [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang