Bab 14

166 10 2
                                    

"Haissshhh sialan, telat lagi gueee!!" pekik Ayyana saat terbangun dari tidur nya.

Gadis itu segera lompat dari tempat tidur dan berlari masuk ke dalam kamar mandi.

Tidak membuang waktu, merasa dirinya masih cantik dan wangi tentu nya. Dengan begitu percaya diri, Ayyana hanya membasuh wajah dan menggosok gigi saja, lalu mengganti bajunya dengan seragam sekolah.

Tak lupa, ia pun menyemprotkan minyak wangi yang tak tanggung tanggung.
Karena bayi Ayyana 'Biar gak mandi, asalkan wangi!'
Itulah pedoman yang selalu di pegang teguh oleh Ayyana, dari jaman SD hingga SMA saat ini.

Tak... Tak... tak... tak...

"Astaga Sayang, kenapa jalan nya kaya gitu sih? Gak bisa pelan sedikit hem?" tegur sang ibu saat mendengar suara langkah kaki putri bungsu nya yang begitu berisik.

"Maaa, kenapa gak bangunin Aya sih!" gadis itu mengeluh, masih dengan memakai sepatu nya, ia mengambil sepotong roti di atas meja lalu menggigit nya.

"Mama udah bangunin dari tadi. Kamunya aja gak denger!"

"Aya telat lagi Ma! Kakak udah berangkat belum?"

"Jam berapa ini Aya, pertanyaan kamu itu gak masuk akal!" sang ibu berdecak.

Memang benar tidak masuk akal, karena anak pertama nya itu memiliki sifat yang sangat berbanding terbalik dengan Ayyana.

Jika Ayyana sangat suka terlambat sekolah, justru sang kakak adalah murid yang paling rajin. Jadi sangat tidak mungkin, jika lewat setengah tujuh pagi masih di rumah. Sekalipun kakak nya itu tidak memiliki jadwal kelas pagi, namun tetap saja ia pasti akan selalu bangun pagi dan keluar dari rumah sebelum jam setengah tujuh.

Tidak seperti Ayyana, yang setengah tujuh baru bangun. Al hasil seperti saat ini, ia kelabakan sendiri seperti ikan lele yang kekurangan air.

"Dahlah, Ayya berangkat dulu ya Ma, muach muach!" ucap gadis itu mengecup pipi kanan dan kiri ibunya, sebelum pada akhirnya ia berlari keluar rumah untuk memanggil supir pribadi nya.

Finally, setelah menempuh perjalanan hampir dua puluh menit. Kini akhirnya mobil yang di tumpangi oleh Ayyana sudah tiba. Gadis itu segera turun dan hendak masuk ke dalam.

"Pak Joko, bukain dong!" pinta gadis itu menatap memelas pada satpam yang menjaga pintu gerbang.

Jelas saja pintu gerbang sudah di tutup. Karena hari ini adalah hari senin, yang mana di halaman sekolah tengah ada upacara.  Jadi, pintu gerbang akan di tutup lebih awal dari biasa nya.

"Haduhh non Ayyana, gimana sih? Selalu saja seperti ini!" keluh pak Joko terlihat bingung.

Antara kasihan pada Ayyana atau kasihan pada dirinya sendiri. Ia tidak ingin membukakan pintu, namun kasihan pada Ayyana karena ia tahu, gadis itu sangat baik.

Tapi, jika ia buka pintunya dan membiarkan Ayyana masuk. Maka akan lebih kasihan dirinya, ia sudah sering mendapat teguran karena sering meloloskan Ayyana yang terlambat.

"Pak Joko, tadi tuh Ayyana gak sengaja telat nya!"

"Emang ada, orang telat gak sengaja?"

"Ada Pak, contohnya saya." jawab Ayyana polos, "Ayo dong Pak, bukain. Janji deh ini yang terakhir kalinya! Ayolah Pak, plisss!" pintar Ayyana kesekian kalinya.

"Non, sebenernya,mau bapak bukain juga percuma. Nanti Non Ayyana juga bakal dapet hukuman lagi.  Jadi mending non Ayyana pulang aja deh. sebelum di lihat den Kay, nanti malah kena hukuman lagi Non Ayyana nya!" ucap pak Joko memberikan saran.

"Tenang Pak, gak akan di hukum juga kok. Dia masih sakit, jadi gak bakal nge hukum Ayyana." balas gadis itu dengan percaya diri, "Jadi ayolah Pak, pliss bukain ya Pak ya?"

"Tapi Non—"

"Pak, ketua OSIS ugal-ugalan itu lagi sekarat sekarang! Dia gak mungkin masuk sekolah dan nge hukum Ayyana. Ayolah Pak, tolong kasih—"

"Siapa bilang gue sekarat?"

Deg!!

Jantung Ayyana langsung berdetak dengan sangat kencang. Tubuh nya terasa kaku, namun kaki nya seperti bergetar lemas saat mendengar suara cowok yang sangat familiar di telinga nya.

"Lo nyumpahin gue mati?" imbuh cowok itu sekali lagi membuat Ayyana langsung memejamkan matanya erat.

"Kenapa dia cepet banget sih sembuhnya? Waktu itu si Bella bilang luka nya parah! Kaki nya patah, kenapa sekarang udah masuk lagi aja! Siallll!" umpat Ayyana dalam. Hati.

Kayvano (Musuhku, Pacarku) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang