Prolog

53.2K 899 15
                                    

Busan, Korea Selatan
~~~~~~~

Suara alat medis menggema di sepenjuru sudut ruangan, dari jendela kaca yang ada di pintu seorang gadis bersurai panjang berwarna cokelat terang menatap lekat ke dalam. Di mana nyawa seorang wanita sedang diperjuangkan oleh tenaga medis yang kian tergesa panik menangani pasien mereka.

Situasi sangat genting, air mata terus menetes dari mata bulat nan sembab milik Dahyun. Jantung berdetak tak karuan, sejenak ia terpaku kala melihat layar EKG yang semula menampakkan garis naik turun kini lurus sempurna.

Terpaku gadis itu menutup mulut yang setengah terbuka, melangkah mundur sampai tak sengaja menabrak seorang perawat yang melintas di belakangnya.

Di waktu bersamaan Dokter membuka pintu, menatap sendu ke arah Dahyun, perlahan lelaki memakai sneli itu menggelengkan kepala.

"Maaf ... kami sudah berusaha semampu yang kami bisa, namun Tuhan berkata lain," ucapnya berat hati.

"Aahhh," rintih Dahyun memegangi dadanya yang amat sesak.

Sakit sekali lehernya seakan tercekik tak mampu mengeluarkan suara, genangan air mata berjatuhan deras dari pelupuk mata yang sudah redup juga putus asa.

Tergopoh-gopoh Dahyun masuk ke dalam sesekali hampir terjerembap, dia pandangi cengo para perawat yang mulai melepas satu-persatu alat medis dari tubuh Ibunya. Alat yang selama ini menjadi saksi betapa besar semangat sang Ibu untuk bisa sembuh dari penyakit yang ia derita.

"Bu?" panggil Dahyun lemah menggenggam tangan dingin di atas ranjang sana. "Ibu?"

Gadis itu membungkuk memeluk Ibunya lembut, menempelkan pipi di dada sang Ibu yang sudah tak berdetak lagi lantas menangis tersedu-sedu berusaha menerima kenyataan pahit yang tengah menimpanya.

Mengecup kening satu-satunya orang yang ia punya, Dahyun mendekatkan bibirnya yang bergetar di dekat telinga sang Ibu.

"Pasti sakit sekali, ya, sampai Ibu tidak bisa menahannya lagi?"

"Tak apa, Bu. Dahyun sudah bisa menjaga diri. Senang sekali bisa melihat Ibu lepas dari kesakitan yang selama ini menyiksa Ibu."

"Aku bangga memilikimu, aku sangat mencintaimu, Bu. Tak mengapa jika di kehidupan ini pertemuan kita terlalu singkat, namun berjanjilah untuk tetap jadi Ibuku di kehidupan selanjutnya," bisiknya dengan sakit luar biasa yang tak mampu dijelaskan melalui kata.

•••

Di rumah duka hanya ada Dahyun yang menyambut tamu, ia benar-benar tak punya kerabat pun Ibunya tak pernah memberi tahu mengenai keluarganya maupun siapa ayah kandungnya.

Marga di nama Dahyun pun diambil dari marga sang Ibu. Sesekali ia pernah mendengar gosip yang disebarkan para tetangganya, bahwa dirinya merupakan anak haram hasil hubungan gelap Ibunya bersama pria kaya yang sudah berkeluarga.

Selama ini Dahyun tidak pernah mempermasalahkan di mana Ayahnya karena ia pikir Ibunya sudah lebih dari cukup menjadi sosok yang ia butuhkan.

Tapi kini ia sendirian.

Gadis itu membungkuk menyapa tamu yang hendak memberi penghormatan kepada mendiang Ibunya. Lelaki berjas hitam memakai topi juga masker menutupi hampir seluruh wajah.

Usai lelaki itu memberi penghormatan dan membakar dupa, tak langsung pergi ia kembali menghampiri Dahyun. Gadis itu mengerutkan kening menatap lekat mata lelaki di hadapannya, barangkali ia mengenali lelaki itu.

"Apakah Anda rekan Ibu saya?" tanya Dahyun penasaran.

Lelaki itu mengusap kepala Dahyun. "Kau tumbuh dengan baik."

"Anda siapa?"

"Lee Yoonsuk."

Nama itu sontak mengingatkan Dahyun akan tato di pundak kiri sang Ibu. Nama seseorang yang selama ini membuat Dahyun penasaran, namun tak pernah mendapat jawaban apapun hingga sampai akhir Ibunya meninggal.

"Siapa kau?" Seketika Dahyun menyingkirkan tangan lelaki itu dari kepalanya.

Membuka topi dan masker, lelaki paruh baya itu mengamati Dahyun dengan mata sembab dan kantung mata gelap seperti hasil dari terlalu lama menangis.

"Ayahmu."

"Tidak mungkin."

"Baek Dahyun, aku yang selama ini menafkahimu serta membiayai rumah sakit Ibumu."

Ambruk ke lantai, Dahyun benar-benar membeku. Ia ingin menyangkal lelaki di hadapannya, namun mata bulat serta rambut cokelat terang itu. Dahyun seperti melihat dirinya sendiri.

•••

Keluar dari lift, gadis membawa koper itu mengikuti sang Ayah memasuki unit apartemen. Menempelkan kartu akses ke sensor, pintu terbuka, keduanya masuk ke dalam.

Setelah kepergian sang Ibu lalu diyakinkan berkali-lali oleh sang Ayah, Dahyun memutuskan untuk ikut dengan Lee Yoonsuk ke Seoul.

Melalui cerita Yoonsuk, kini Dahyun baru mengetahui fakta baru bahwa dulu sang Ibu tinggal di panti asuhan kota Seoul. Beranjak dewasa wanita itu bekerja sebagai penghibur di sebuah club malam, hingga akhirnya bertemu dengan Yoonsuk yang kala itu baru memasuki dunia politik pun sudah menikah dan memiliki seorang putra.

Keduanya menjalin hubungan terlarang selama bertahun-tahun hingga Baek Jieun, Ibu Dahyun, hamil. Setelah pertimbangan panjang akhirnya Yoonsuk menyuruh Jieun pindah ke Busan dan ia akan bertanggung jawab atas kehidupan Jieun dan anak di dalam kandungannya.

Saat ini Yoonsuk merupakan anggota dewan yang cukup tersohor karena kedermawanannya terhadap masyarakat. Demi kebaikan karir sang ayah, Dahyun setuju untuk tidak menampakkan diri di ruang publik sebagai putri tidak sah Lee Yoonsuk.

Mulai sekarang Yoonsuk akan menjamin segala kebutuhan Dahyun, ia berjanji akan berusaha menjadi sosok ayah yang baik untuk putrinya tersebut.

Yoonsuk menyerahkan kartu akses kepada sang putri. "Kau sudah lulus SMP, Ayah sudah menyiapkan sekolah bergengsi untukmu. Pernah dengar Emerald High School?"

Mata Dahyun berbinar. "Aku akan sekolah di sana?"

"Em." Yoonsuk mengangguk dengan senyum simpul. "Kau suka?"

"Tentu. Terima kasih, Ayah!" seru Dahyun langsung memeluk Yoonsuk dengan erat.

"Tapi ... selain orang-orang luar, apakah aku juga tidak boleh diketahui oleh istri dan putra Ayah?"

Yoonsuk menggeleng seraya mengecup puncak kepala putrinya. "Semua akan Ayah berikan kecuali identitasmu sebagai putriku. Kau bisa mengerti, 'kan?"

Dahyun hanya bisa mengangguk patuh meski dalam lubuk hati terdalam ia merasa kecewa. Tapi sepertinya kehidupan seperti ini jauh lebih baik daripada hidup sebatang kara dan tak punya apa-apa.

×××

To be continued...

Follow IG: @noonawii

×××

Hai, selamat datang di cerita baru aku. Kalian dapet cerita ini dari mana???

Jangan lupa tinggalin vote dan komen biar aku makin semangat nulis

See yaa di part selanjutnya😉

HE'S DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang