Membayar taksi lalu Dahyun turun dari mobil itu. Yoojin mengamati penampilan berantakan Dahyun amat miris. Beberapa saat lalu Yoojin langsung menunggu kedatangan Dahyun di depan gerbang rumahnya setelah mandapat telepon dari gadis itu.
"Ya Tuhan ... apa yang sudah terjadi?" tanya Yoojin kini juga menyadari ada yang aneh dengan cara berjalan sang sahabat.
Bergegas Yoojin memeluk gadis yang hanya memilih bungkam tersebut dengan hangat, seketika air mata Dahyun luruh membanjiri pipi. Dahyun balas tak kalah erat pelukan Yoojin. Menangis gadis itu tersedu-sedu.
"Mari masuk. Orang tuaku sedang keluar kota, kemungkinan akan pulang lusa. Aku sudah izin atas kedatanganmu di rumah kami, mereka merespon dengan baik, jadi anggap saja ini rumahmu sendiri."
Perhatian sekali Yoojin tuntun sahabatnya itu memasuki rumah, dia suruh seorang security membawakan barang-barang Dahyun. Sampai di kamar, Yoojin menyiapkan alat kompres.
Lembut-lembut dia usap wajah memar dan beberapa bercak darah kering di sana. Yoojin pandangi intens mata Dahyun yang menyorot kosong ke depan.
"Hyuna?" tegur gadis itu lantas sang empu nama menoleh kaget.
Lingkar matanya merah, kantung mata gelap, mata Dahyun mampak bengkak jelas.
"Apa yang sudah dilakukan Seohan terhadapmu?"
"D-dia ... si brengsek itu merobekku secara paksa, Jina."
Tertunduk dalam wajah Dahyun, meremas ujung bajunya kuat sekali sangat ingin meluapkan kemarahan. Sedangkan Yoojin terpaku mendengar itu, mendelik dia menggeleng tak percaya.
"Maksudmu, dia memperkosamu?" tanya Yoojin ragu-ragu.
Dahyun mengangguk, dia cakar-cakar lengannya sendiri merasa frustasi. Kesal dan marah tak bisa menjaga kehormatan yang selama ini ia banggakan.
"Aku sudah tidak suci, aku membenci Seohan. Sangat benci juga terhadap diriku sendiri yang lemah karena tak bisa melawan!"
"Tidak, Dahyun. Hentikan. Cukup!" seru Yoojin gelagapan berusaha menghentikan aksi sang sahabat yang menyakiti diri sendiri. "Ini tidak buruk. Tak apa. Berhenti menyakiti dirimu sendiri."
"Tak buruk bagaimana? Selama ini aku sudah membanggakan diri lantaran tak ada satu lelakipun yang bisa menggapai kehormatanku. Tapi malam ini, Seohan merusak segalanya!"
Kembali Yoojin peluk Dahyun lembut, dia usap-usap punggung gadis itu sayang.
"Mau melapor ke Polisi?" tanya Yoojin. "Mungkin aku bisa membantumu."
Lemah sekali Dahyun menggeleng, heran akan jawaban Dahyun, Yoojin mengerutkan kening.
"Mengapa?"
"Aku malu, Jina. Aku tidak sanggup jika orang lain mengetahui keadaanku," papar gadis itu seraya menautkan jari kelingking mereka. "Berjanjilah, apa yang terjadi padaku cukup kita saja yang tahu."
Sungguh kasihan Yoojin melihat keadaan Dahyun, tak tega dan turut merasa lemah. Perlahan Yoojin anggukan kepala sebagai respon menyetujui permintaan Dahyun.
"Jika itu maumu, tak ada yang bisa kuperbuat. Baiklah, aku berjanji."
Tangis Dahyun kian banjir. "Harusnya dari awal aku menemuimu, bukan si brengsek itu. Kau tahu saat dia memperkosaku apa yang dia katakan? Rupanya selama ini dia dan Yoora memiliki hubungan. Sungguh aku membenci mereka, Yoojin, sangat benci!"
"Aku memahamimu," balas gadis itu mengusap lembut lengan Dahyun. "Sekarang pergila ke kamar mandi dan bersihkan dirimu, sebelum tidur akan aku suruh pelayanku membuatkan minuman jahe hangat untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
HE'S DEVIL
Teen FictionKesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin hubungan rahasia, dan di situlah Dahyun baru menyadari bahwa kini hidupnya sudah milik Gavriel sepe...