chapter 08

18.4K 343 8
                                    

Dahyun mengikuti langkah Seohan dari belakang, sampai di unit apartemen, Seohan memasukkan pin pintu apartemennya kemudian mempersilakan Dahyun masuk.

Lampu otomatis di lorong kecil setelah memasuki pintu menyala menyambut kehadiran Dahyun, kemudian Seohan menyusul masuk memperlihatkan tiap sudut ruangan lantas ia taruh koper dan ransel Dahyun ke dalam kamar.

"Mari ikut aku," ajak Seohan.

Dia gandeng tangan pacarnya menuju dapur, duduk di kursi tinggi kitchen bar. Mata sembab Dahyun mengikuti pergerakan Seohan, tampak lelaki itu meraih beberapa botol soju dari dalam lemari pendingin pun membawa kotak obat di tangan yang lain.

Menyiapkan dua gelas duduk di samping Dahyun, Seohan tuangkan soju di dalam botol ke gelas mereka berdua.

"Minumlah, setelah itu aku obati luka di wajahmu," titah lelaki itu.

Melihat Seohan menghabiskan minumannya dalam sekali teguk, Dahyun mengikuti. Sejujurnya ia tak suka minuman beralkohol, menurut Dahyun alkohol tidak enak dan hanya seperti membakar tenggorokannya saja.

Tapi malam ini sepertinya ia membutuhkan soju untuk dirinya yang kacau.

"Bagaimana? Kau sudah mendingan?" tanya Seohan mengusap pipi Dahyun.

Mengangguk kecil, gadis itu agak membungkuk, ia sandarkan keningnya ke dada Seohan. Air mata Dahyun menitik kala merasakan punggungnya diusap lembut oleh sang pacar.

"Terima kasih, Seohan, terima kasih sudah menjadi kekasihku," ungkap Dahyun.

Mendengar itu sekejap Seohan meneguk saliva, dia sandarkan dagunya ke kepala Dahyun menatap kosong lurus ke depan. Perasaan bimbang menderanya, tapi bagaimanapun dia harus bersama Yoora.

Mengangkat dagu Dahyun, ia pandang lekat-lekat mata indah gadis yang masih berstatus sebagai pacarnya itu. Menggunakan obat merah, Seohan usap hati-hati tiap titik bekas luka di wajah Dahyun.

Mata Dahyun mengerjap kecil, puas dia pandangi lelaki perhatian di hadapannya. Gadis itu hanya pasrah membiarkan Seohan mengobatinya.

"Ini keterlaluan," gumam Seohan sembari mengusap lembut tepi bibir Dahyun. "Apakah tidak sakit jika disentuh begini?"

Gadis itu menggeleng lirih.

Kini mata keduanya saling bertemu intens, Dahyun tertegun sementara Seohan meraih kepala bagian belakang sang gadis. Tatapan fokus Seohan tertuju pada bibir Dahyun, refleks gadis itu memejamkan mata.

Semakin dekat menyingkirkan sekat, lembut sekali Seohan lumat bibir Dahyun. Keduanya saling berpagut mesra, saking terbuai Dahyun hanya pasrah kala Seohan turun dari kursi menarik pantatnya. Lelaki itu gendong sang pacar seperti koala menuju kamar.

Tubuh ringan Dahyun dilempar pelan ke atas ranjang kingsize miliknya, Seohan teruskan kegiatan berciuman mereka, di tengah-tengah itu pula Seohan menyingkap baju Dahyun. Meraba masuk, tangan Seohan berhasil menjangkau payudara Dahyun hingga gadis itu tersentak kaget memalingkan wajah segera beringsut duduk.

"Ada apa?" tanya Seohan menatap Dahyun sendu.

"Berciuman bukan berarti kau bisa seenaknya menjelajah tubuhku."

"Apa yang salah dengan itu? Kita sudah berpacaran selama 2 tahun, toh kita juga bukan anak-anak lagi."

Kembali lelaki itu mendekati Dahyun dengan nafas memburu, dia cium ceruk leher Dahyun hingga kecupan itu semakin dalam, Dahyun rasakan hisapan kecil di lehernya yang sontak membuat dia langsung mendorong bahu Seohan.

"Seohan, ini sudah melenceng dari prinsipku," tolak Dahyun.

"Prinsip apa?" kekeh Seohan. "Kau lupa sudah menghisap punyaku?"

HE'S DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang