"Isaac, pleaseee...."Isaac membuang muka nya saat Bianca memegang rahang laki laki itu. Bianca mengelus nya pelan sambil memohon agar Bianca dapat mengisi formulir pendaftaran ekstrakulikuler cheerleader.
"Aku janji ngga akan macem macem selama ekskul itu, lagian semua nya perempuan. Pelatih nya pun perempuan"
Isaac tetap bungkam. Bukan itu masalahnya namun bagaimana nanti Bianca akan di pertontonkan banyak orang di lapangan dan akan menghibur pemain basket yang notabenenya laki laki.
SMA Rosey School memang sudah terkenal dengan berbagai macam ekskul yang sudah menjuarai tingkat daerah. Begitu pun dengan Cheerleader nya yang akan tampil ketika ekskul basket akan turnamen atau mengikuti lomba.
"Isaac...." Rengek Bianca ketika Isaac tidak mengeluarkan sepatah katapun.
"Aku bilang ngga ya ngga!"
Bianca menjatuhkan tubuh nya ke atas sofa melelahkan sekali hanya untuk membujuk Isaac. Segala macam jurus andalan sudah Bianca beri namun tetap tidak ada hasil yang memuaskan.
Bianca akan tetap mengisi formulir itu. "Bodo amat aku ngga peduli, aku tetep mau ikut ekskul nya lagian kan kalau ada perlombaan kita bisa bareng, aku yang cheerleader kamu yang basket pasti seru banget kan"
Isaac menatap Bianca datar dan Bianca segera merampas kertas formulirnya dan berlari sekencang mungkin masuk kedalam kamar.
Isaac mengacak acak rambutnya mendesis pelan mengingat Bianca akan melenggak lenggok kan badan nya di depan banyak orang. Emosi nya kembali naik lalu menyusul Bianca ke kamar.
"Sayang kamu bisa ikut ekskul yang lain jangan cheerleader nanti kalau kaki kamu keseleo gimana, hm?"
"Aku udah pengalaman Cheerleader"
"Mau kamu keseleo abis itu kaki nya bengkak terus di suntik nanti kalau parah di amputasi" Kata Isaac mencoba menakut nakuti Bianca.
Bianca tidak merespon karena menurutnya mengisi formulir lebih menarik perhatian nya. Isaac yang melihat itu menjadi kesal dengan cepat Isaac menarik kertas formulirnya dan merobek nya menjadi beberapa bagian.
"Isaac!!!"
Isaac tidak merasa bersalah sama sekali justru Isaac melirik Bianca dengan senyum kecil nya. Bianca mengepal kuat kedua tangan nya siap untuk meninju wajah Isaac yang sayang nya amat sangat tampan itu.
"Aku bilang ngga sayang kamu kok ngeyel si?" Isaac membuang potongan kertas itu ke tempat sampah lalu menghampiri Bianca yang hendak menangis terlihat dari mata nya yang memerah.
Isaac meraih tangan Bianca yang masih mengepal erat mencoba untuk mengendurkan kepalan nya. Bianca menatap tajam Isaac yang hanya terdiam tanpa ekspresi apapun.
"Aku mau putus!"
Isaac mendelik tajam mendengar kata putus keluar dari bibir cantik Bianca. Isaac mencengkram erat rahan Bianca seraya menatap mata nya tajam.
"Apa? coba ulangi?!"
Isaac mendorong Bianca kencang sampai menabrak dinding belakang membuat Bianca meringis dan air mata nya terjatuh. Bianca bisa merasakan kuku tajam Isaac yang menancap di pipi nya.
"ULANGI BANGSAT!"
Bianca terkejut merasakan jantung nya berkerja dua kali lipat. Bianca tidak merani menatap mata gelap nya yang penuh amarah itu.
"M-Maaf..."
"Sekali lagi gua denger lu bilang putus gua kurung lu di kamar gua lagi!"
Beberapa bulan lalu hal itu terjadi saat Bianca berkata ingin putus, Isaac dengan emosi yang memuncak membawa Bianca masuk kedalam kamar nya dan mengunci nya berhari hari bahkan kaki nya pun di ikat. Jelas itu hal paling trauma yang dialami Bianca.
Bianca menggeleng cepat mendengar kata 'kurung'. Laki laki itu tidak pernah main main dengan perkataan nya.
"Janji ngga ngulangin?!" Bianca mengangguk cepat.
Isaac menarik rahang Bianca dan menyatukan bibir mereka terlihat Isaac sangat mendominasi ciuman itu berbeda dengan Bianca yang terdiam dengan air mata yang mengalir.
Bianca tidak merespon dan hanya diam ketika Isaac mulai memasukkan lidah nya kedalam mulut Bianca dan justru air matanya yang terus mengalir keluar.
Bianca sama sekali tidak menikmati ciuman itu.
➖➖➖➖➖
"Bro Isaac!"
Isaac menoleh dan melihat Richo yang datang menghampiri. Richo memberikan pukulan pelan di bahu kanan nya.
"Kemarin kemana lu kita tungguin ngga dateng dateng"
"Siapa suruh nungguin"
"Ye si anjing gua kan setia kawan cok kalau di antara kita ada yang ngga ikut rasanya tuh ada yang kurang, lu tau kan maksud gua"
"Alay"
"Bangsat"
"Kemarin tuh si Julian kena hal ngga ngenakin semacam karma lah karena udah coblos sana sini"
Julian memang maniak sex tidak jarang banyak tante tante yang nemplok sama Julian karena tau Ayah nya pemilik perusahaan tambang.
"Untung nya bentar lagi kita udah lulus jadi si Julian bisa langsung nikah tuh dia"
"Sama cewe yang mana?" Tanya Isaac.
"Ngga tau gua juga paling ya di pilihin sama bapak nya mana mau bapak nya punya mantu lonte"
Isaac hanya mangut mangut saja lebih baik Julian menikah dari pada harus coblos sana sini. Isaac setuju jika Julian nikah cepat. Lagian kemungkinan besar untuk nikah duluan memang Julian.
"Oh iya kata cewe gua si Bianca ikut cheerleader yaa??"
Isaac mengerutkan keningnya bukan kah semalam Isaac sudah bilang jika Bianca tidak boleh ikut cheerleader.
"Cewe lu ikut?"
"Iyalah kalau cewe gua ngga ikut mana tau dia kalau Bianca ikut, gua justru bingung kok lu izinin Bianca ikut ekskul"
"Gapapa udah Saac, Bianca sama cewe gua kan mereka temenan tuh mungkin Bianca di ajak ama cewe gua" Kata Richo.
Tanpa menjawab ucapan Richo. Issac melangkah cepat untuk ke ruangan cheerleader. Jangan sampai Bianca memberikan formulir nya.
Namun sudah terlambat Isaac melihat Bianca yang sudah mulai bergabung di barisan anggota. Isaac mengusap wajah nya menahan kesal ketika Bianca membohongi nya.
Bahkan Isaac bisa melihat beberapa laki laki disana.
Didalam ruangan Perempuan bernama Salma menyenggol lengan Bianca dan mengarahkan dagu nya untuk melihat ke arah pintu.
Bianca membulatkan matanya melihat Isaac yang sedang menatap nya penuh amarah dengan kedua tangan nya mengepal erat.
"Mampus"
Kata Bianca tanpa bersuara.
***
Kalau suka tolong kasih tanda yaa supaya di lanjut cerita nya🙏30 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
ISAAC; RED FLAG
Teen FictionToxic Relationship 18+ ON GOING!!! Isaac menggunakan segala cara untuk mempertahankan Bianca agar tetap berada di jangkauannya. Masalah nya semakin rumit ketika Bianca ikut ekstrakulikuler cheerleader, membuat emosi dan perasaan Isaac semakin memunc...