00. Pembukaan

1.1K 70 45
                                    

Sion tak menyangka diusianya yang menginjak genap 30 tahun, bukannya membangun keluarga serta mencari nafkah untuk keluarga malah dihabiskan dengan mengurus dua bayi yang berumur 3 tahun.

Semua bermula ketika Sion mengajak dua sahabatnya Riku dan Yushi untuk tinggal bersama disebuah perumahan, tepat dirumah nomor 24. Kenapa 24, entahlah Sion merasa rumah itu memang ditakdirkan untuk dia tempati.

Tiga tahun mereka tinggal bersama sebelum Sion menemukan seorang remaja yang hendak tidur didepan tempat kerjanya dengan tas yang dijadikan bantal. Remaja itu bernama Jaehee. Sion sempat mengira Jaehee seorang gelandangan, tapi melihat sepatu yang dipakai merupakan produk terkenal, Sion membuang jauh-jauh pikiran itu.

"Jee kenapa tidur disini?"

"A-anu tadi mama sama ayah berantem. Jee diminta buat pilih salah satu dari mereka. Jee gamau, jadi jee pilih pergi sendiri." jelas Jaehee sambil menunduk dan tangan yang memainkan ujung bajunya.

"Mau abang anter pulang?"

"Gak mau. Nanti Jee liat mereka berantem lagi, nanti mamah paksa Jee buat les sampe malem. Jee capek."

"Tapi disini dingin. Jee emang ga takut tidur diluar? Nanti ada tikus hihhh!" ucap Sion menakuti remaja didepannya.

"Jee punya uang kok. O-om bisa anter Jee pulang kerumah nenek ga?" raut wajah Sion berubah masam ketika Jaehee memanggilnya dengan sebutan Om. Tidak salah sih, wajar saja umurnya memang hampir menginjak 30 saat itu. Tapi kan dia ga setua itu untuk dipanggil om.

"Panggil Abang aja. Rumah nenek Jee dimana?"

"Kalimantan ... " jawab Jaehee yang membuat Sion membulatkan matanya. Ini sudah hampir tengah malam dan anak remaja didepannya ini minta tolong untuk diantarkan ke Kalimantan? Gila.

"Mending Jee sementara tinggal dirumah Abang dulu. Tenang aja Abang ga jahat, kok." tak disangka Jaehee mengangguk patuh pada Sion. Tanpa membuang waktu Sion mengajak Jaehee untuk menuju mobilnya.

Tak terasa bertahun-tahun berlalu, Jaehee nyaman tinggal dirumah nomor 24 bersama Sion, Riku dan Yushi. Untungnya mereka tidak keberatan untuk menambah personil, karena tinggalnya Jaehee bersama mereka memberi keuntungan. Jaehee bisa memasak, bisa melakukan apapun. Kurangnya hanya di saat tidur saja, Jaehee termasuk orang yang cepat tidur dan sulit untuk bangun.

"Jee, ayah kamu semalem telpon Abang katanya kamu ga bales pesan dia." Jaehee yang mendengar itu hanya mengedikkan bahunya malas.

"Hape kamu juga di silent ya? Katanya mamah kamu kalo nelpon ga pernah kamu angkat." tambah Riku yang menimpali ucapan Sion.

"Males, mereka udah cerai lama. Masih aja mikirin gue. Padahal tinggal bilang aja kalo ga mau kirim uang, gue bisa kerja sendiri." ketus Jaehee yang mendapat sentilan di dahinya oleh Yushi. Beruntungnya mereka karena Jaehee merupakan anak yang menurut, semenjak tinggal seatap mereka memberi nasehat kepada remaja itu untuk selalu terbuka mengenai masalah yang dia hadapi. Bahkan saat pertama kali datang Jaehee menceritakan semua masalah yang terjadi di keluarganya.

"Ga boleh gitu. Kalo mereka ga mau ngasih uang, masih ada uang kita. Ga perlu kerja, fokus belajar aja." jelas Yushi yang membuat Jaehee tersenyum lebar.

"Sumpah! Gue kek punya tiga sugar Daddy."

"Yee dasar bocah gembrot!" kesal Riku membuat ancang-ancang akan melempar sendok kearah Jaehee.

"Tapi bener kan? Harusnya gue itu manggil kalian om, tapi kaliannya gamau." bela Jaehee.

"Bang, gue tanya deh. Dulu waktu Lo mungut Jee otaknya ga ketinggalan kan?" tanya Riku pada Sion yang tengah menyantap makanannya dengan tenang.

HOUSE No.24Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang