BRUKK!!!GUBRAK!!!
PRANGG!!!
MEEONGZZZ
"YUSHIII KUCING LO GANGGU CUPANG GUE!"
"BUKAN GANGGU, DIA FALLING IN LOVE SAMA SI CUCU!"
Pagi hari yang luar biasa dengan diawali kebiasaan yang sangat tak biasa. Oh! Mungkin sudah menjadi hal yang biasa untuk penghuni rumah nomor dua empat. Teriakan yang bersahutan sama sekali tak mengusik yang paling tua dalam kegiatannya menyiapkan sarapan.
"Bang! Ada toples ga?" sosok yang dipanggil bang menoleh. Mendapati orang yang lebih muda darinya satu tahun tengah berdiri panik dengan gayung ditangannya.
"Toples kaca gak ada. Taruh aja di baskom atau panci dulu." ujar yang tua memberi saran. Riku, orang yang membawa gayung mengangguk mengambil panci yang terletak tak jauh dari posisinya.
"Si kitti mecahin akuarium lagi?" tanya Sion yang sedari tadi masih sibuk menyiapkan sarapan. Kitty nama kucing betina berbulu putih milik Yushi, salah satu penghuni rumah nomer dua empat.
"Bener-bener tu si kitti. Ini udah ke tigakalinya dalam seminggu dia pecahin rumah cupang gue. Kasian banget sih cu! Lo mahal-mahal gue beli ehh malah berenang di dalem panci." drama Riku meratapi nasib cupangnya yang berenang dengan tenang didalam panci.
"Ehh Rik! Sweetie gue Lo kemanain?" panik Yushi. Saat sadar kucing kesayangannya tak ada didalam rumah.
"Dia loncat keluar lewat jendela kamar gue," jawab Riku acuh.
"Gilaa Lo. Kamar Lo dilantai dua anjir! Kalo sweetie gue mondar gimana?!"
"Elah anjir. Kucing Lo tu punya nyawa seribu. Kalo mau kasian, nih sama cupang gue! Kasian udah kecil, rumahnya dirusak mulu sama kucing Lo. Nyawanya cuman satuu Yus!" ucap Riku sambil memeluk panci yang berisi ikan cupangnya.
"Udah-udah. Nih makan, Abang mau berangkat. Jangan lupa kalian bangunin Jaehee ya," ucap Sion yang berlalu pergi setelah menaruh tiga porsi nasi goreng lengkap dengan telur ceplok ditengahnya. Keduanya mengucapkan terimakasih pada Sion yang telah berlalu pergi.
"Orang yang kerja di bank mah beda ya. Berangkat pagi, pulang malem," ucap Riku disela-sela suapannya.
"Iya beda banget sama tukang roti," celetuk Yushi.
"Maksud lu apa hah?!" kesal Riku, karena Yushi mendadak membawa profesinya sebagai penjual roti.
"Apa? Geer banget, kan Lo punya cafe. Bukan penjual roti keliling," jawab Yushi dengan tenang. Memang tidak ada yang salah dengan perkataan Yushi, tidak benar juga sebenarnya. Riku memang mendirikan sebuah cafe, sekaligus menjual roti.
"Dasar, dokter hewan gadungan!" kesal Riki yang lebih dulu menyelesaikan makannya. Ditaruhnya piring kotor itu ditempat seharusnya, lalu berlalu naik untuk membangunkan Jaehee. Jangan lupakan panci yang berisi ikan cupang kesayangan Riku.
"Jee! Bangun udah siang," tanpa menunggu sang pemilik kamar menjawab, Riku lebih dulu membuka pintu kamar tersebut. Terlihat sosok remaja bertubuh bongsor tengah terlelap dengan posisi selimut yang tidak beraturan.
"Harus disembur nih. Cucu, Abang minta airnya ya buat bangunin ni anak beruang," tangan Riki mengambil sedikit air dari panci lalu memercikkan kearah wajah Jaehee. Berhasil, Jaehee mengerutkan kening saat rasa dingin dia rasakan.
"Ohh bang Riku. Jee ga sekolah ya hari ini. Males," ucap Jaehee. Dengan santainya dia mengubah posisi menjadi membelakangi Riku. Menarik kembali selimut, bersiap untuk memejamkan mata. Sebelum akhirnya terperanjat saat Riku mengancam akan menyembur kembali Jaehee dengan air suci milik cupangnya.
"Iyaa ini bangun. Bau amis, tadi pake air bekas cucu ya?!" sewot Jaehee saat mencium bau amis ditangannya yang tadi dipakai untuk mengusap air diwajahnya.
"Banyak protes, sana mandi!" ujar Riku dengan galak. Setelah memastikan pemilik kamar telah masuk kedalam bak mandi, kini tugas Riku berganti menjadi membereskan tempat tidur. Barulah ketika selesai Riku melangkah keluar.
Cukup dua puluh lima menit waktu yang diperlukan Jaehee untuk bersiap-siap. Selesai dengan segala keperluannya Jaehee menuruni tangga menuju meja makan. Bola matanya menangkap Riku tengah memindahkan nasi goreng kedalam kotak makan.
"Udah telat, makan disekolah aja. Buru gue anter."
Telat? bola mata Jaehee membola sempurna kala melihat jam di handphonenya menunjukan pukul 06.50 sepuluh menit lagi gerbang ditutup. Segera dia menyimpan handphonenya kedalam tas lalu menyambar kotak makan dimeja.
Jaehee hanya bisa pasrah saat Riku melajukan motornya dengan santai. Tolonglah waktu telah terpakai empat menit dari sebelumnya, kini tersisa enam menit lagi dan setengah jalan pun belum ditempuh oleh Riku.
"Bang! Gue udah telat, buruan Napa sih!"
"Bodo amat. Suruh siapa ngebo," acuh Riku.
Jaehee sampai dua menit setelah bell berbunyi. Tanpa tahu malu Riku memarkirkan motornya tepat didepan guru wanita yang bertugas berjaga. Jaehee menampilkan wajah masamnya, saat hendak turun dari motor.
"Aduhh kamu ini. Kan Abang udah bilang gak usah drama gak mau makan. Jadi kita kesiangan kan. Kalo aja kamu gak susah makan tadi, pasti gak bakal telat!" omel Riku pada Jaehee yang mengedipkan matanya tak paham.
"Ada apa ini? Jee, kamu telat?!" ucap guru wanita itu dengan sedikit meninggikan suaranya kala melihat salah satu murid yang biasanya disiplin datang tepat waktu kini datang terlambat.
"I-iya bu, maaf... " Jaehee menundukkan kepalanya.
"Tuh kan dimarahin bu guru. Maaf ya bu, ini salah saya juga karena nahan Jaehee buat berangkat. Soalnya dia gamau sarapan dulu. Saya sampe harus nyari bubur langganan biar dia makan, tetep aja gak mau makan anaknya. Pak RT aja tadi ikut turun tangan, sampe dia ngasih nasgor nih!" bohong Riku pada Guru wanita disampingnya.
"Gimana ya bu. Jaehee ini kan jauh dari orang tuanya. Saya juga sebenarnya bukan Abang kandungnya, kebetulan Jaehee ini paling muda ditempat tinggal saya. Jadi kami anggap kayak adek sendiri. Makanya saya khawatir kalo dia udah susah makan. Takutnya dia ada masalah disekolah gitu, tapi aman kan bu?" tanya Riku panjang lebar. Beberapa guru yang sekadar lewat mulai datang menghampiri dan ikut menimbrung.
"Jaehee baik kok nak. Dia rajin, terus disiplin juga. Cuma aneh aja kenapa dia telat," jelas guru pria yang baru saja ikut menimbrung.
"Coba Jee, kamu ada masalah gak sama temen-temen? Kebetulan saya walikelasnya. Saya lihat Jaehee baik-baik aja sama temennya," jelas guru wanita yang merupakan walikelas Jaehee.
"Coba Jee, bilang sama Abang kenapa kamu tadi gamau makan? Ada masalah disekolah?" tanya Riku dengan raut wajah yang dibuat sesedih mungkin. Ketika gelengan kepala yang mereka dapatkan dari Jaehee, dengan sangat mendalami peran Riku berlagak pusing dengan tangan yang memijat keningnya.
"Yaudah, Jaeheenya biar ikut saya aja. Bentar lagi jam pertama dimulai," Riku mengangguk, dia mempersilahkan wali kelas membawa Jaehee pergi.
"Maaf ya bu, pak. Saya buat keributan. Itu anak pasti lagi kangen sama Ibu Ayahnya jadi gitu." ucap Riku tak enak. Padahal dalam hati Riku telah membuat ekspresi ingin muntah. Mana mungkin Jaehee merindukan kedua orangtuanya. Yang ada dia senang karena tidak perlu mengingat kedua orangtuanya.
"Kalo gitu saya pamit ya Bu, pak. Saya harus buka kape, udah telat. Permisi," ucap Riku sopan pada guru-guru yang merupakan pengajar disekolah Jaehee. Setelah merasa jarak cukup jauh dari sekolah Jaehee, Riku mengetikan sesuatu di ponsel pintarnya.
Akting lu bagus, lulus sekolah nanti coba casting aja. Siapa tau jadi artis.
Send.

KAMU SEDANG MEMBACA
HOUSE No.24 [END]
Random[NCT Wish Lokal ] Keseharian tiga orang bujang lapuk dengan satu bocah SMK yang kepalang baik dan polos dalam merawat dua balita aktif. "Abang Abang liat Jee bawa apa!"-Jaehee "Bukannya bawa cimol, malah bawa benih-benih anak tuyul!"-Yushi "BUJUBUSE...