24. Marahan

428 48 98
                                    

Halloo haiii semuanyaaa, chap paling panjang keknya ini. Biasanya ga sampe lebih dari 1100 kata Ini lebih 😭. Semoga kalian ga bosen ya bacanya.

Kalo ada typo tandain oke, aku ga baca ulang karena kepanjangan Mwehehe

HAPPYYY readinggg✨












Siang yang begitu ceria diiringi tawa dua balita yang tengah bermain di teras rumah. Bermain didalam rumah terlalu bosan, bermain diluar dilarang Jaehee karena matahari bersinar terik. Dia takut cuaca panas kembali membuat Iyo dan Uya sakit. Jadilah pilihan terakhir ada di teras rumah dengan ayah dari Sion yang menyaksikan tingkah aktif Iyo dan Uya.

"Om, masuk ya. Om harus minum obat, tapi sebelumnya makan dulu. Terus istirahat." Jaehee hendak mendorong kursi roda untuk kembali masuk kedalam.

"Jeje mawu mam."

"Mawu mam uga."

Kedua bocah berjalan cepat saling mendahului kearah Jaehee yang telah masuk kedalam rumah sambil mendorong kursi roda yang diduduki Ayah Sion. Beberapa kali Uya berusaha untuk menarik bagian baju belakang Iyo saat jarak semakin jauh.

"Mainannya beresin dulu anak-anak!" sahut Jaehee.

"Nantii ihihi." jawab Uya yang lebih dulu ada sampai di dekat Jaehee. Balita itu langsung menaruh kedua telapak tangannya pada pinggiran kursi roda, bermaksud membantu Jaehee mendorong.

"Uya culang, Ya talik Iyo!" adu Iyo yang mendapat wajah ledekan dari Uya. Alis Iyo menukik tajam. Kini pandangannya beralih melihat Jaehee.

"Uya ... " panggil Jaehee untuk menegur Uya.

"Maaf Jeje." Uya membuang muka. Enggan melihat Jaehee ataupun Iyo.

"Sama Iyo minta maafnya." Jaehee mencoba mengembalikan mood balita roti kesayangannya itu. Sebuah afeksi berupa usapan di kepala memang menarik perhatian Uya. Balita itu hanya terdiam sebelum akhirnya kembali menunduk.

"Uya laper, Je."

Helaan nafas pelan dibuat Jaehee. Entah apa yang akan terjadi kedepannya. Melihat tingkah Uya yang sepertinya enggan untuk sekedar melirik kearah Iyo, membuat Jaehee menyimpulkan mungkin akan terjadi sesuatu yang mengejutkan lagi hari ini dan yang pastinya menguras kesabaran.

"Uya. Yo mawu loti naa." ucap Iyo pada Uya yang hendak mengambil Roti.

"Ambil cendili!" ketus Uya. Balita itu langsung membuka bungkusan roti miliknya tanpa memperdulikan Iyo yang menampilkan gurat kesal.

Tersisa satu bungkusan Roti diatas piring. Letak piring yang lumayan sulit di gapai membuat Iyo harus berpindah posisi. Mood kesal Iyo sedikit terobati saat dihadapkan dengan roti manis.

"UYA! puna Iyo!" kalimat protesan terdengar melengking. Iyo hendak mengambil kembali jatah roti miliknya dari tangan Uya.

"Lama." ucap Uya lalu beranjak pergi meninggalkan Iyo sendiri.

"Hiks Jeje hiks mana hiks Jee Ya natkal hiks!" tangis Iyo, balita kelahiran Agustus itu berjalan kesetiap ruangan mencari keberadaan Jaehee.

Setelah makan siang tadi Jaehee pamit akan membantu Opa -Ayah Sion- beristirahat dikamar Sion. Sepertinya Iyo lupa. Ada saatnya Iyo melewati ruang tengah, dimana tempat Uya tengah duduk menonton siaran televisi dengan mulut yang mengunyah roti milik Iyo.

"Huh beluang lakus!" ejek Iyo pada Uya saat melihat pipinya yang penuh Roti.

"Cengeng!" balas Uya.

"Hiks Jejeee Uyaa jahatt huwaa!" Iyo berlari dengan tangisan yang semakin kencang.

HOUSE No.24Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang