25. Tangan bayi

1.3K 126 97
                                        

Pagi hari dengan cerita baru. Di awali dengan sikap manja Iyo pada Riku. Balita bermata bulat bak anjing itu merajuk pada Riku. Semalam mereka sepakat akan berjalan-jalan bersama lengkap dengan Ayah Sion, walau hanya ke taman komplek. Karena kalender menunjukan tanggal merah yang artinya semua pekerja mendapatkan hak cuti nasionalnya. Tapi tidak dengan Riku, yang tiba-tiba mendapat panggilan dari salah satu anak cabang cafenya.

Seperti yang diketahui jika Uya manja dengan Sion makan terbalik dengan Iyo yang malah manja dengan Riku. Kurang lebihnya balita itu iri dengan Uya karena Sion memiliki waktu untuk sekedar bermain bersama di hari libur. Beberapa kali Riku memberi penjelasan jika dia akan segera cepat menyelesaikan urusannya, lalu menyusul mereka ke taman.

"Iyo, ayah mau pergi loh. Ga mau peluk dulu?" tanya Riku pada Iyo. Balita yang dimaksud hanya menyembunyikan wajah sedihnya dalam pelukan Jaehee.

"Iyo, dipanggil ayah loh ... " bujuk Jaehee yang mendapat gelengan kepala dari Iyo.

Melihat respon iyo yang seperti itu, Riku berinisiatif mengambil alih si kecil dari gendongan Jaehee. Iyo memberontak ketika Riku hendak menariknya. Tangan sikecil semakin melingkar erat pada leher Jaehee. Menolak segala bentuk sentuhan ataupun bujuk rayu Riku.

"Ayah jahat! Yo ndak cuka!" ucap Iyo dengan mengeratkan pelukannya.

Sion, Yushi serta Uya tak tinggal diam. Mereka secara bergantian membujuk Iyo yang enggan turun dari pangkuan Jaehee. Segala bujuk rayu dengan embel-embel permen, coklat sampai eskrim telah mereka ucapkan. Namun pada dasarnya yang Iyo mau hanya Riku ikut bersama mereka.

"Yo ada papaa. Janan cedihh." ucap Uya dengan menggoyangkan kaki Iyo yang menggantung.

"Sama papa yuk. Kan sama aja." timpa Sion sembari menjulurkan kedua tangannya untuk mengambil alih Iyo dalam gendongan Jaehee.

"Ndak mawu."

"Sama Ushi kalo gitu. Gendong di punggung mau gak? Nanti kayak super Hero!" tawar Yushi.

"Ihhh ushii Uya mawuu!" ujar Uya dengan semangat. Balita itu langsung memeluk kaki Yushi dengan sesekali melompat-lompat kecil.

"Lahh gue nawarin Iyo bukan elu!" kesal Yushi saat yang tergiur dengan rayuannya malah si bocah roti. Dari pada membuat suasana semakin buruk karena Uya yang ikut menangis, lebih baik Yushi menyanggupi keinginan si bocah roti.

"Bang udah siang. Berangkat aja, ada gue bang Sion sama yang lain. Biar kita aja yang urus Iyo." ucap Jaehee saat melihat jam dinding yang telah menunjukan pukul delapan lebih.

"Huft ... Iyo, nanti ayah kesana kok. Iyo pergi dulu sama Jeje, sama papa. Nanti abis selesai Kerja ayah langsung kesana. Janji ga lama kok." Riku masih enggan pergi sebelum berhasil membujuk Iyo. Biarlah pegawainya menunggu, asal Iyo tak marah.

"Bohong." balas Iyo.

"Coba kasih tau ayah, kapan ayah bohong sama Iyo?" Riku tersenyum saat melihat gelengan kepala dari Iyo. Kemudian tak lama dari itu Iyo mau berbalik, menampilkan mata serta hidungnya yang sembab.

"Tuh kan jadi merah idungnya. Kayak badut." Riku terkekeh gemas saat mendapati bibir sikecil yang mencebik. Tak disangka ternyata seperti ini rasanya menjadi seorang ayah. Dulu tak pernah Riku punya niat untuk mempunyai anak, pikirnya menjadi ayah itu hanya membuat repot. Anak hanya akan membuat kepala semakin sakit dan tubuh menjadi lelah.

"Sebentar kok. Nanti kita main. Ayah datang nanti bawa ... Eumm Iyo mau apa?" tanya Riku yang kini telah berhasil mengambil alih Iyo dari gendongan Jaehee.

"Ipop!" jawab Iyo disertai tarikan ingus.

"Nggak ya! Lolipop lolipop. Nanti giginya bolong mau?!" omel Jaehee. Balita itu sangat suka dengan makanan yang manis. Menuruni sifat Riku memang.

HOUSE No.24 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang