07. Perosotan

1.4K 142 44
                                        

"Bangunin gih si Jee. Buset Yus kok lu mukul gue?" kesal Sion saat mendapat pukulan dipunggung oleh Yushi. Kebiasaan setiap pagi harinya, Sion menyiapkan sarapan untuk para penghuni rumah.

"Papa gimana sih! Manggil yang bener, Mama gitu!" Yushi terkekeh diakhir ucapannya. Moodnya mendadak naik jika sudah terlintas ide menjahili Jaehee.

"Sialan, lo. Yaudah ulang, Ekhemm Kak tolong bangunin Mama ya," nada bicara Sion berubah dari kesal menjadi lembut. Sion yang memang punya selera humor yang receh pun tertawa ganteng, tangannya dengan telaten memindahkan nasi goreng ke atas piring.

"Siap Papa~" balas Yushi sambil berbalik hendak melangkah naik menuju kamar Jaehee.

"Aduh! Mama ngangetin aja," Jaehee berdiri tepat dibelakang Yushi dengan memangku Uya.

"Bilang sekali lagi. Gue rebus daging kolot kalian buat jadi rendang!"

"Lendang!" Uya mengulang kata terakhir yang Jaehee ucapkan dengan galak, malah jatuhnya gemas jika dilihat.

"Jee ... hehe udah rapi aja. Uya juga udah ganteng, wangi minyak telon. Sama Abang Ushi mau?" Yushi mendadak gugup ditatap tajam oleh Jaehee dan Uya. Tanpa basa-basi Jaehee menyerahkan Uya pada Yushi yang langsung diterima. Bahaya kalo nolak, kena semprot nanti.

"Jagain, gue mau bantu Bang Riku ngurus Iyo!" Jaehee berlalu pergi meninggalkan Uya yang telah beralih di gendongan Yushi.

"Gue kaget, Bang!" heboh Yushi saat berbalik menghadap Sion. Lalu mendudukkan Uya di kursi khusus, bersiap untuk menyuapinya dengan semangkuk bubur.

"Gue baru sadar, remaja yang gue pungut sebenernya jelmaan macan," Sion dan Yushi menatap sosok balita yang mengunyah makannya dengan anteng, lalu secara bersamaan berkata "macan betina." Membuat si kecil yang berada diantara orang dewasa itu tersenyum menampilkan jejeran gigi susunya yang rapi.

Jaehee turun diikuti Riku dari belakang dengan si kecil Iyo yang masih mengantuk. Terlihat mata balita itu sembab juga hidung yang merah. Dibanding Uya ternyata Iyo lebih sulit untuk dibangunkan serta sangat sulit juga untuk dimandikan. Jaehee sampai harus meminta bantuan Riku untuk memandikan Iyo.

"Kenapa sama Iyo?" Jaehee melirik kearah Sion yang bertanya, menghela nafas sebelum akhirnya menjawab.

"Rewel, masih ngantuk gak mau mandi. Lagian yang ngide ngajak main Iyo sampe larut siapa dah, gak tanggung jawab banget!" sindir Jaehee pada Sion dan Yushi. Kedua orang yang disindir hanya menampilkan cengiran seperti kuda.

"Biar Abang bilang sama Mama, nanti Iyo bisa tidur lagi disana. Sekalian juga biar Abang yang anter Lo sekolah hari ini," usul Sion untuk mengurangi rasa kesal Jaehee. Suasana meja makan terasa berbeda dengan mood Jaehee yang buruk, walaupun Jaehee tetap menampilkan senyumnya saat bersama Iyo dan Uya.

"Gue sama Bang Riku aja. Mobil dia udah pake pengaman buat anak-anak, mobil lo kan belom Bang," pundak Sion menurun lesu, memang benar mobilnya belum dilengkapi pengaman buat Iyo dan Uya, bukan tak ingin hanya belum sempat.

Tak ada lagi pembicaraan yang mereka lakukan, hanya terdengar ocehan random Uya yang berusaha membuat Iyo agar tidak tidur. Agaknya balita satu itu kesepian jika temannya tertidur. Apa lagi para orang dewasa disekelilingnya seakan mengacuhkannya.

"Eittss, gak boleh pukul-pukul," cegah Riku saat tangan mungil serta gemuk milik Uya hendak memukul kepala Iyo yang terbaring dimeja makan.

"Banunn Yooo!" bibir balita itu bergetar dengan mata bulat yang berkaca-kaca.

"Nanti Iyo bangun. Yok kita anter Mam- Kakak Jee sekolah," Riku gelagapan saat mendengar Jaehee menghembuskan nafasnya secara kasar. Jika saja ini dunia animasi mungkin Riku dapat melihat asap serta tanda seru diatas kepala Jaehee.

HOUSE No.24 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang