18. Ikut Yiku

1.1K 124 65
                                        

Dentuman musik K-Pop mengalun keras dikamar Yushi. Sang pemilik kamar tengah membereskan tempat tidurnya sambil ditemani musik random di YouTube play mulai dari lagu pop, dangdut, barat, hingga KPop terputar.

"Do or dieeeeeee~~~" Yushi bernyanyi mengikuti cengkok lagu.

"on my lifeeee aaaa~~" diambilnya botol deodorant, bernyanyi bagai diatas panggung dengan botol deodorant sebagai mic.

Yeah, you ain't seen nothing yet
Got them all going
Sheesh, sheesh
Sheesh, sheesh, sheesh, yeah
B-A-B-Y

BRAKK!!

"MONY*T!!" latah Yushi saat mendengar suara pintu didobrak dengan kasar. Perawakan Riku dengan kemoceng ditangannya sama sekali tak membuat Yushi takut, tanpa rasa bersalahnya Yushi meninggikan suara speaker.

"PRADIPTA AMZAR MASIH SUBUH!" Yushi mengabaikan teriakan Riku. Biduan satu itu memilih menikmati lagu baru yang diputar, mendengarkan lirik lagunya sebelum akhirnya mengikuti alunan musik.

"Yahh kok dikecilin sih!" protes Yushi saat mendengar suara dentuman gendang semakin merendah.

"Berisik Yanto. Bantuin gue beresin rumah kek, atau bang Sion di dapur. Malah joget gak jelas," omel Riku yang masih setia memegang kemoceng disatu tangannya.

"Kan ada si Jee,"

Jika ada kategori orang paling tak tau diri Riku pastikan Yushi masuk kedalam nominasi kategori tersebut. Pemilik rumah siapa, yang numpang siapa loh kok dia ngomong seenaknya.

"Si Jee ngurusin Bocil. Lo pikir mereka gak keganggu apa sama musik Lo?!"

"Kagak, dulu si Jee biasa aja tuh," jawab Yushi dengan entengnya, membuat Riku emosi naik pitan. Tak mau lebih lama berada dikamar Yushi, apalagi sampai mendengar segala omongan tak bergunanya Riku memilih keluar, melanjutkan tugasnya membersihkan rumah.

Pukul 6.25 penghuni rumah nomor 24 telah berkumpul dimeja makan. Menyuapkan sarapan ledam mulutnya ditemani celotehan dua balita yang telah mengumbarkan aroma minyak telon.

"Kalian berdua ikut bang Riku ya hari ini," jelas Jaehee pada kedua balita disampingnya.

"Oma?"
Oma, panggilan sikecil pada mamah Sion.

"Oma lagi gak bisa, sama Yiku aja oke?" ucap Riku sambil menjulurkan tangannya kedepan untuk mengajak kedua bocil itu High' five.

"Otte!" Uya meniru gerakan Riku dengan ikut menjulurkan tangan gempalnya kedepan.

"Yeyeye itut yikuu!" berbeda dengan Iyo. Bocah itu terlihat sangat antusias terbukti dari tepukan tangan brutal yang dia lakukan.

Riku berjalan dengan menjinjing tas berisi keperluan Iyo dan Uya, didepannya dua balita itu lebih dulu berjalan dengan berlari menuju pintu kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Riku berjalan dengan menjinjing tas berisi keperluan Iyo dan Uya, didepannya dua balita itu lebih dulu berjalan dengan berlari menuju pintu kaca. Kedua balita itu dengan kompak mendorong pintu kaca Untu terbuka, terlihat menggemaskan. Siapa saja yang melihat tingkah mereka pasti akan memekik bahkan memiliki keinginan untuk menculiknya.

"Hey boys tunggu dulu," Riku mencegah Iyo dan Uya yang hendak berpencar. Sesuai perintah Jaehee tadi sebelum berangkat 'Iyo Uya turutin apa yang bang Riku ucapin oke, jadilah anak-anak yang penurut oke.' begitulah yang balita itu ingat. Jadilah sekarang Iyo dan Uya berjajar didepan Riku, seperti prajurit yang hendak menerima tugas.

"Ini buat kalian. Disana ada mainan, kalian tunggu disana. Jangan pergi kemanapun, hati-hati sama orang asing. Kalo laper kalian bisa datengin kakak disana oke?" Riku memberikan masing-masing satu kantung roti pada Uya dan Iyo, jaga-jaga jika mereka lapar saat bermain.

Cafe Riku menambah fasilitas baru, dimana mereka menyiapkan tempat bermain khusus untuk para pelanggan yang membawa mereka. Lengkap dengan berbagai macam mainan dan buku cerita. Disana juga dilengkapi dengan kursi bantal yang semakin membuat anak-anak betah bermain.

Setelah memastikan Iyo dan Uya telah serius bermain Riku menghampiri pekerjanya yang berada di bagian kasir, menjelaskan pada nya jika kedua balita itu adalah keluarganya.

"Kalo ada sesuatu beri tahu saya," pekerja itu mengangguk, sepeninggalannya Riku dari depan meja kasir pekerja itu mencari dua sosok yang dikatakan bosnya.

"Itu ya ... " pegawai itu mengangguk paham saat mendapati dua balita yang tengah asik bermain balok.

Cafe mulai ramai dikunjungi pelanggan, para pegawai mulai disibukan dengan pesanan. Tak hanya satu atau dua orang pelanggan yang membawa anak, banyak sekali. Tempat bermain yang semula hanya ditempati Iyo dan Uya pun kini diisi banyak anak seumuran mereka. Apa mereka terganggu? Mungkin, terbukti dari perlakuan Iyo dan Uya yang malah bermain dipojok, menjauhi anak-anak lain.

"Yo lapel ... " keluh Uya pada Iyo sambil menepuk-nepuk perut bulatnya. Iyo celingak-celinguk mencari roti yang sebelumnya Riku berikan, keduanya sama-sama belum sempat memakan roti itu karena terlalu asik bermain.

"Nih eh-

Baru saja Uya mengangkat tangannya hendak menerima uluran bungkusan roti dari Iyo, satu tangan anak lain lebih cepat dari Uya. Tak cukup satu anak itu juga mengambil roti milik Iyo.

"Hei itu punyaa Iyoo!" cegah Iyo saat anak yang lebih tinggi darinya pergi begitu saja setelah mengambil roti miliknya dan Uya.

"Sekarang punya aku!" anak itu tak memperdulikan gerutuan Iyo dan wajah menahan tangis milik Uya, dengan santainya anak itu memakan roti milik Uya membuang bungkusan dengan sembarangan.

"Iyo ... " panggil Uya yang masih memegang perutnya sendiri.

"Heh na! kal!" teriak Iyo dengan suara cemprengnya.

"Punya Iyo! Bayikin!" Iyo masih berusaha merebut miliknya dari tangan anak nakal itu. Bukannya berhasil merebutnya Iyo malah tersungkur karena anak tadi mendorongnya cukup kencang.

Beberapa anak yang ada disana berlarian menuju orang tuanya karena merasa takut, Uya pun demikian. Kerumunan orang dewasa membuat Uya kesulitan untuk mencari Riku. Takutnya semakin menjadi saat anak nakal itu mengambil balok mainan lalu melemparnya kearah Iyo.

"Mama Mama Mama," tangan Uya gemetar, bibirnya terus menggumamkan kata mama.

"BERHENTI!" suara berat namun menggelegar terdengar diantara kericuhan orang dewasa. Riku membelah kerumunan, melangkah cepat untuk membawa Iyo kedalam dekapannya yang aman.

"Siapa orangtua dari anak ini?" Riku menatap setiap kumpulan orang tua yang sedari tadi hanya diam memperlihatkan pertengkaran anak kecil.

"Saya," seorang wanita dengan tampilan anggun dan angkuh berjalan mendekat. Rupanya sedari tadi ibu dari anak itu hanya memperhatikan anaknya yang tengah bertengkar.

"Ibu macam apa anda? membiarkan anaknya melakukan tindak kekerasan pada anak lain!" Riku menutup telinga Iyo agar tak mendengar ucapan nada tingginya.

"Anak saya tidak bersalah," jawab wanita itu.

Riku tak menyangka dengan jawaban wanita yang berstatus seorang ibu didepannya. Bahkan orang lain pun tahu jika Iyo hanya ingin mengambil barang miliknya yang direbut anak itu. Dengan mudahnya wanita itu berkata tidak bersalah.

"Putra anda merebut roti anak saya. Putra anda melempari anak saya dengan balok mainan. Apa itu bukan masalah?"

"Pertengkaran anak kecil memang wajar," balas wanita itu dengan santainya.

Riku berdiri untuk menghadap wanita didepannya, setiap kata yang orang itu ucapnya terdengar santai. Riku tak suka orang yang terus membela diri seakan-akan dirinya benar. Jika saja saat ini dirinya tak bersama Iyo mungkin dia telah mencaci maki wanita angkuh didepannya ini.

"Cafe saya menolak kehadiran anda. Silahkan pergi dan didik! Anak anda dengan benar," ucap Riku sebelum akhirnya pergi menuju keruangannya bersama Iyo.

HOUSE No.24 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang