Jaehee menuntun Iyo yang berjalan disampingnya. Tangan satunya lagi Jaehee pakai untuk memangku Uya, bocah roti itu mengeluh capek berjalan tadi. Untungnya Uya melingkarkan tangannya dileher Jaehee, jadi Jaehee tak perlu takut jika tiba-tiba anak itu terjungkal.
"Iyo, kakak lepas dulu pegangannya ya? Mau buka pintu." izin Jaehee pada Iyo. Si kecil mengangguk, melepaskan genggaman tangan kecilnya pada tangan yang lebih besar. Pintu terbuka, Jaehee kembali meraih tangan Iyo untuk dia genggam.
"Abang-abang liat Jee bawa apa!" ujar Jaehee dengan suara agak sedikit ditinggikan. Terdengar suara grasak-grusuk datang menuju arah Jaehee.
"BUJUBUSET?! Jee anak siapa yang Lo culik?!!" Iyo bersembunyi dibalik kaki jenjang Jaehee saat mendengar suara teriakan dari Riku. Uya pun tak jauh berbeda, bocah roti itu mencoba menyembunyikan wajahnya di dada Jaehee.
"Bukannya bawa cimol, malah bawa benih-benih anak tuyul" Yushi berucap dengan suara rendah. Namun raut wajah yang terlihat sinis, semakin membuat dua bocah yang dibawa Jaehee ketakutan.
"Mending kalo beneran benih tuyul. Kita bisa untung, ini mah kita ngeluarin duit buat ngurus tu bocah dua." ucap Riku yang diangguki Yushi. Hanya bercanda, Jaehee tahu. Abang-abang dirumah ini memang begitu jika berbicara. Sangat asal, tajam dan menusuk. Tapi sebenarnya mereka baik kok, tuh buktinya Jaehee dirawat dengan sepenuh hati seperti Malika kedelai hitam.
"Hiss abang-abang bisa jangan bercanda dulu ga? Bercandaan kalian tu ga cocok didenger sama adek-adek lucu ini." Jaehee menghela nafasnya. Dari pada menanggapi omongan tak bermutu Riku dan Yushi, lebih baik dia masuk lalu mendudukkan diri di sofa empuk. Kasian juga Iyo yang sedari tadi jalan jauh. Jaehee berjalan, lupa akan kehadiran sikecil Iyo yang berdiri dibelakangnya. Iyo berlari mengejar Jaehee dan Uya.
"Mama ... " Riku melongo mendengar ucapan Iyo yang berlari mengejar Jaehee.
"Tu bocah manggil Jee ... " Riku dan Yushi saling pandang. Keduanya sama-sama terkejut, mata melotot dan mulut yang terbuka, secara bersamaan mereka menyebut "MAMA??!"
"Rik lu bener kan selama ini udah mastiin Jee sampe kesekolah? Ga main aneh-aneh?" tanya Yushi memastikan jika apa yang dia pikirkan salah.
"Wali kelasnya aja bilang Jee itu anak disiplin, rajin, walaupun tukang tidur. Wahh curiga ni anak diam-diam menghanyutkan." Riku kembali mengingat-ingat setiap hal yang dikatakan para guru sekolah Jaehee tadi pagi.
"Bukannya tugas Lo, buat mastiin jadwal Jee? Ekskul, kerkel, main, sama siapa dia keluar. Soal uang dia kan yang ngatur bang Sion. Tugas gue mah cuman nganter jemput Jee." Riku kembali mengeluarkan pembelaan untuk dirinya sendiri.
"Chat bang Sion, minta pulang cepet. Biar dia yang nyidang si Jee." ucap Yushi yang langsung dipatuhi Riku. Tumben, tapi yasudahlah lebih baik yushi sekarang melihat Jaehee dan anak-anaknya.
"Eih ... Kok gue mau di suruh si Yushi?!!!"
Yushi melihat tak ada siapa-siapa di ruang tengah. Kemana perginya mereka? Yushi melangkah menuju dapur sosok yang dicarinya juga tidak ada disana. Mungkin di kamar Jaehee. Tepat sesuai tebakannya, mereka ada dikamar Jaehee.
"Mama ..." Iyo kembali bersembunyi saat matanya melihat Yushi yang hendak masuk kedalam kamar. Jaehee menghela nafas lalu melirik kearah pandangan mata Iyo.
"Bang matanya biasa aja dong. Iyo takut nih." ujar Jaehee pada Yushi.
"Kenapa sama mata gue?" tanya Yushi. Tak sadar sepertinya jika sedari awal melihat Iyo dan Uya yushi memasang wajah garangnya. Jaehee lelah, dia baru saja menasehati kedua bocah yang dibawanya pulang agar berhenti memanggilnya dengan sebutan 'mama' panggil 'kakak' saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOUSE No.24
Acak[NCT Wish Lokal ] Keseharian tiga orang bujang lapuk dengan satu bocah SMK yang kepalang baik dan polos dalam merawat dua balita aktif. "Abang Abang liat Jee bawa apa!"-Jaehee "Bukannya bawa cimol, malah bawa benih-benih anak tuyul!"-Yushi "BUJUBUSE...