29. Harapan Kecil Uya

772 91 64
                                    

"Jee?"

Remaja kelahiran Juni tersebut menoleh. Netra setengah mengantuk ya menangkap siluet penghuni paling tua.

"Ga tidur?" tanya yang paling tua, lagi.

Jaehee menggeleng. Tangannya mengambil benda yang sedari tadi dia  kerjakan. Sebuah kotak dibalut kertas kado bergambar Pororo dengan latar pink.

"Besok Uya ultah, gue baru beres bungkus hadiahnya." jawab yang paling muda. Sion mengangguk, dia juga baru ingat jika salah satu bocah penghuni rumahnya akan mengalami pengurangan umur.

"Abang mau bicarain sesuatu sama Lo, Riku juga. Dikamar Yushi."

"Bang Yushi ngga?" tanya Jaehee penasaran.

"Kan di kamar Yushi, masa yang punya kamar kagak di ajak!" kesal Sion yang hampir menjitak kening Jaehee.

"Yang punya rumah kan elu bang." celetuk Jaehee. Sion agaknya lupa jika sesungguhnya dia adalah tuan rumah disini. Wajar saja, jika dilihat dari perlakuan para penumpang itu pada Sion ... memang Sion tampak seperti bukan tuan rumah.

"Gue yang punya rumah, tapi lu yang kek bosnya." ucap Sion sebelum keluar dari kamar Jaehee untuk menuju kamar Riku.

Ketukan pelan Sion lakukan pada pintu bercat hitam. Kenapa? Karena ini waktu Iyo dan Uya tidur. Entah apa yang merasuki kedua balita itu hingga memilih tidur dengan Riku.

"Tumben ngetuk? Lu tuan rumahnya padahal, tinggal nyelonong aja." kalimat sambutan dari Riku saat membuka pintu.

"Baru sadar ya kalo numpang?" balas Sion dengan raut masamnya.

"Kebawah, gue mau diskusiin sesuatu."

Riku mengangguk, kepalanya menoleh sebentar melihat dua balita terlelap diatas kasur dengan balutan selimut hangat. Baru kali ini tempat tidurnya dipenuhi wangi minyak telon serta bedak bayi. Senyuman terlukis, kamar dingin serta gelapnya menjadi terang dan hangat dengan kehadiran dua balita itu.

Tangannya menata guling di setiap sisi kasur. Tak lupa dibawah telah Riku taruh kasur lantai, jaga-jaga takut jika salah satu dari balita itu terjatuh saat tidur.

"Eung yayah?" panggil uya dengan setengah mengantuk. Tak langsung beranjak, Riku memilih untuk mencoba membuat Uya kembali terlelap. Cukup lama untuk membuat balita itu terlelap kembali.

"Ayah tinggal sebentar ya~" pintu ditutup perlahan agar tidak menimbulkan suara sekecil apapun.

Riku sampai terakhir. Dilihatnya Sion, Yushi dan Jaehee yang telah duduk dengan beberapa tumpuk berkas dihadapan mereka. Riku mendekat, rasa penasarannya sangat besar. Tanpa menunggu Sion membuka suara tangannya lebih dulu mengambil satu map untuk dia baca.

"Lo niat mau ngadopsi anak?" tanya Riku pada Sion. Yang dilempari pertanyaan hanya diam dengan sorot mata yang mengarah pada Yushi.

"Gue ga sengaja denger harapan Uya. Waktu itu ...

"Iyo tu bintang ekol!!" seru Uya dengan semangat pada Iyo yang tengah asik menyusun mainan balok terbarunya. Sebuah bintang jatuh melintas terekam sangat jelas dipandangan si kecil.

"Woahh bintang jatuh! ayoo wish, yaaa!!" Iyo dengan cepat memejamkan matanya. Kedua tangannya bertahun saling menggenggam didepan dada. Bibir mungilnya bergerak mengucap harapan.

"Ihh cepett wishh uyaa!"

"Paman bintang, Uya mawu mama papa." ucap balita itu dengan lantang dan jelas.

"Huh?" agaknya Iyo merasa kebingungan dengan harapan Uya.

"Ya mau papa Cion, Yayah Yiku, Ushi, Jeje!"

HOUSE No.24Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang