[NCT Wish Lokal ]
Keseharian tiga orang bujang lapuk dengan satu bocah SMK yang kepalang baik dan polos dalam merawat dua balita aktif.
"Abang Abang liat Jee bawa apa!"-Jaehee
"Bukannya bawa cimol, malah bawa benih-benih anak tuyul!"-Yushi
"BUJUBUSE...
"Iyo, sini! Tante buat jus tau." seorang wanita paruh baya melambai pada Iyo yang tengah berdiri dibawah pohon mangga. Di atas tas pohon terdapat Yushi yang tengah sibuk memilah mangga untuk dia petik.
"Ushi! Mangga na yang manis yaw!" teriak Iyo dari bawah.
Yushi yang berada diatas hanya bisa mendengus, jika bukan karena untuk membujuk Iyo yang tenang rewel dirinya tak akan pernah mau memanjat pohon mangga milik pak Suherman.
"Iya cil." ucap Yushi dengan malas. Beruntung pohon mangga milik pak Suherman tak dipenuhi ulat atau serangga menggelikan. Ditatapnya hasil buah yang berhasil di petik, hanya ada empat mangga yang memang sudah matang. Sisanya masih terlihat muda.
"Gue lupa sesuatu deh ..." gumam Yushi sambil menelisik setiap mangga yang menggantung dihadapannya. Entah apa yang dia lupakan, saat ini fokus Yushi tengah terbagi kebeberapa hal.
"Yo cuman ada lima yang Mateng sisanya mentah!" Yushi berteriak dari atas pohon agar Iyo bisa mendengar ucapannya.
"Petik aja nak sebanyak-banyaknya. Yang muda juga gapapa, lumayan buat ngerujak." jawab pak Suherman yang sedari tadi menonton Yushi yang tengah memetik mangga.
"Widih bapak tau aja saya suka pedes." raut lesuh dokter hewan itu kini berganti menjadi Sumringah. Tanpa sungkan Yushi memetik beberapa mangga muda yang sekiranya cocok untuk di rujak. Memang jika sedang dalam mood buruk makanan pedas bisa membantu. Dirasa sudah cukup, Yushi memilih untuk turun. Tak ada kata bisa naik tapi tak bisa turun bagi Yushi.
"Makasih pak, Bu. Maaf jadi ngerepotin." ucap Yushi dengan sopan pada pasangan suami-istri yang telah berumur didepannya.
Keranjang yang berada ditangan Yushi diambil alih oleh Iyo. Balita itu menunjuk satu persatu mangga sambil menyebutkan setiap penghuni rumah nomor 24. Awalnya biasa saja sampai nama Uya disebut, raut santai Yushi kembali menjadi tegang.
"Mampus satu bocil lagi gue tinggalin." ucap Yushi dalam batinnya.
"IYO!" satu teriakan yang membuat senyum terbit pada wajah gemas Iyo, namun membuat tegang bagi Yushi.
"Iyo, Ga kenapa-napa kan? Jeje sama yang lain nyari kamu. Kita khawatir, apalagi Uya bilang kamu lari keluar rumah. Peluk Jeje dulu sini!" cerocos Jaehee. Beruntung ada salah satu warga yang mengatakan jika dia melihat Iyo berlari ke dekat rumah pak Suherman. Saat tahu itu, Jaehee langsung bergegas menuju tempat yang diarahkan.
"Maaf, Jee. Yo maaf yaa?" Jaehee mengangguk dalam posisi masih memeluk Iyo. Dirinya amat merasa senang dan lega saat tubuh mungil itu bisa kembali dia peluk.
"Jangan di ulangi oke? Kasian Uya sendirian."
Si kecil Iyo hampir melupakan sosok yang selalu bersamanya, sisok yang sudah seperti saudara sendiri. Iyo melengkungkan bibirnya saat melihat Uya yang berada tepat disampingnya.
"Yaa, maafkan iyoo~"
"Huh Yo tinggalin Uya!" rajuk Uya pada Iyo.
"Ihh nihh yo punaa buah!" seru Iyo dengan semangat dengan tangan yang menyodorkan satu mangga pada Uya.
"UWAHH MANGGAA!!" sangat mudah sekali mengalihkan perhatian Uya. Tingkah kedua balita itu mengundang senyum gemas para orang dewasa disana.
"Pak, ibu saya minta maaf sudah membuat keributan disini. Maaf saya dan kakak-kakak lalai menjaga Iyo." ucap Jaehee tak enak pada pasangan suami-istri didepannya.
"Tidak masalah, nak. Kami juga merasa terhibur, sudah lama sekali anak dan cucu kami tak berkunjung kemari. Kehadiran kalian lumayan bisa mengobati rasa sepi kami." balas wanita paruh baya yang merupakan istri dari pak Suherman.
"Bapak tadi ga sengaja liat anak kecil yang kejar-kejaran sama orang dewasa. Bapak kira penculik, taunya bukan. Maaf ya nak Yushi." ucap pak Suherman sambil di iringi kekehan.
"IYO!!" satu lagi teriakan yang mencuri perhatian mereka. Pelakunya adalah Riku yang datang dengan Sion.
"Ayah!"
"Papa!"
Keduanya menghiraukan panggilan tersebut. Riku lebih memilih untuk memeriksa sekujur tubuh Iyo, memastikan jika tak ada satupun luka disana. Selesai dengan kegiatan tersebut Riku membawa Iyo kedalam dekapannya. Akhirnya rasa khawatir itu berganti dengan kelegaan dan rasa syukur. Tak jauh berbeda Sion pun melakukan hal yang sama pada Uya, walaupun Sion tahu Uya tak hilang seperti Iyo. Tapi jangan lupakan jika Uya ditinggal sendiri dirumah tanpa pengawasan.
"Nakal ya kamu." dengan gemas Riku berucap sambil menjawil hidung mungil Iyo.
"Hehe maaf ayah~"
"Jangan di ulangi lagi. Nanti ayah cari anak baru kalo sampai Iyo kayak gini lagi." ancam Riku. Hanya bercanda, mana tega Riku mencari pengganti Iyo dan Uya. Lagi pula dia masih punya rasa takut pada Jaehee.
"Jee Yiku jahat." adu Iyo.
"Papa baik, Yiku jahat." tambah Uya.
"Iya bener, panggil Yiku aja. Jangan ayah." kompor Yushi. Agaknya dia lupa tentang kesalahannya sendiri.
"Lo bisa-bisanya ninggalin Uya gitu aja. Tuh si kitti masih dalem bak mandi, Lo biarin dia jadi duyung apa gimana?!" mendengar apa yang Sion katakan Yushi langsung berlari.
"SWEETY MAAFIN GUE!!"
"Gimana mau jadi bapak, sama kucing kesayangan aja dia lupa apalagi anak." celetuk Jaehee.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lelah mencari Iyo dan Yushi, kini penghuni rumah nomor 24 tengah bersantai ria dia belakang. Ditemani dengan beberapa cemilan, es sirup jeruk serta uleg hasil buatan Yushi. Itu semua bentuk permintaan maaf Yushi karena teledor dalam tanggung jawabnya.
"Yus ini cabenya berapa?" tanya Sion memastikan, karena dari aroma yang dia cium sepertinya Yushi memasukan banyak cabai.
"Dikit, cuman dua belas." jawab Yushi dengan jujur.
"Buset, mencret ini mah. Tapi enak, mangganya juga ga terlalu asem. Ada manisnya, samar tapi." komentar Jaehee saat mencicipi mangga muda yang baru selesai dia kupas.
"Raja datang dengan dua kurcaci." Riku sampai diikuti Iyo dan Uya yang berjalan dibelakang. Tangan mungil kedua balita tersebut masing-masing memeluk satu renceng kerupuk bawang.
"Ngerujak tu selain pake mangga, pake kerupuk juga enak tau." Riku mendudukkan dirinya disamping Sion yang posisinya paling dekat dengan uleg.
"Lama-lama Lo jadi juragan kerupuk aja, Rik." Sion agaknya bosan dengan Riku yang selalu memuja kerupuk.
"Bisa aja. Lo modalin tapi ya." Riku menaik turunkan halisnya.
"HAH PEDASS!!"
"Uya ngapain di colek?! Jangan ngucek mataa heh!" terlambat, belum sempat Jaehee menarik tangan Uya. Balita itu lebih dulu mengusapkan telapak tangannya pada mata.
"WAAA PEYIHH!!"
"Ya tuhan kapan gue bisa tenang?" Agaknya Jaehee sudah lelah dengan keadaan.
Halloo haii ihihi apa kalian bosan dengan ff ini??
Kasih tau kalo ada typo yaa, aku ga baca ulang soalnya ✌️