09. Sakit

1.6K 138 81
                                        

"Yikuu~"

Pemilik nama hanya berdeham sebagai respon. Iyo menggembungkan pipinya saat yang dipanggil terus merebahkan diri dibawah pohon rindang. Jaehee datang menghampiri saat melihat salah satu bayinya mengganggu istirahat Riku.

"Iyo, kenapa?" Jaehee menyodorkan minuman pada Iyo. Si kecil menolak minuman yang ditawarkan Jaehee, matanya masih tetap menatap penuh harap pada Riku yang masih saja memejamkan matanya.

"Yikuu~" panggil kembali Iyo, kali ini tangannya juga ikut menggoyangkan tangan Riku.

"Bang Riku lagi istirahat. Main sama kakak lagi yuk!" ajak Jaehee yang langsung membuat wajah Iyo murung. Sebenarnya Iyo ingin meminta Riku untuk menggendongnya, sama seperti Uya yang digendong Yushi.

"Mama capek, Yo mau Yiku ... " ucap Iyo sambil menunduk.

"Ngga kok, yuk. Mau gendong kayak Uya kan?" Jaehee bersiap untuk menggendong Iyo, pergerakannya tertahan saat tiba-tiba Riku mencekal pergelangan tangannya pelan.

"Biar gue aja. Lo pasti cape," ucap Riku lalu bangkit dari posisi awal. Iyo mengembangkan senyumnya, ini yang dia inginkan Riku menggendongnya, ikut bermain bersama dengan dirinya juga Uya.

"Bang lo-

"Udah lama gue gak olah raga Jee," Riku berjongkok didepan Iyo, memberi kode pada balita itu untuk segera naik ke punggungnya.

"Iyo, jangan lama-lama. Bang Riku gak boleh terlalu kecapean," nasehat Jaehee pada Iyo.

"Bang kalo lo ngerasa sakit udah aja. Biar gue yang gendong Iyo," kali ini Jaehee menasehati yang paling tua. Riku mengangguk paham, lagi pun tubuh Iyo tak berat, bandingannya sama dengan dia mengangkat galon juga tabung gas.

Jaehee sebagai satu-satunya remaja disana hanya memperhatikan. Matanya menatap lamat-lamat Riku, takut terjadi sesuatu pada Abangnya yang satu itu. Diantara mereka Riku memiliki ketahanan fisik yang sangat lemah, ditambah dengan penyakit yang dia derita. Mengidap gagal ginjal sejak usia remaja apa lagi dengan Ayah yang acuh padanya sejak kematian sang Ibu.

Disaat terpuruknya Riku beruntung memiliki kakak kelas sebaik Sion dan sahabat seperti Yushi, tanpa pamrih mereka membantu Riku bangkit untuk melawan penyakitnya, jika pun Riku harus membalas segala kebaikannya, Sion dan Yushi tak pernah bosan menjawab 'Balas kebaikan kami dengan kesehatan mu'. Tak berhenti disana, Riku pikir perpisahan sekolah akan menjadi akhir dimana dirinya bertemu dengan Sion dan Yushi, nyatanya tidak. Sion malah mengajaknya untuk tinggal bersama, berlanjut hingga Jaehee datang. Semula Riku berpikir Jaehee hanyalah seorang anak remaja yang akan merepotkan, lagi dan lagi perkiraan Riku salah, faktanya remaja itulah yang sering dia repotkan dibanding Sion dan Yushi.

"Gitu amat ngeliatin nya. Secinta itu ya sama selingkuhan?" celetuk Sion pada Jaehee saat dirinya datang untuk minum.

"Bukan gitu! Tadi apa selingkuhan?! Sembarangan banget kalo ngomong. Gue kepang tu mulut tau rasa Lo!" omel Jaehee pada Sion. Sementara sosok yang terkena omelan hanya tertawa lepas, merasa lucu dengan ucapan Jaehee yang sangat jarang dia dengar.

"Lo jadi emosian semenjak punya dua buntut,"

"Kalian yang jadi kebangetan kalo iseng. Gue emosi lah! Ehh bang muka Lo merah banget, bibir juga pucet. Pulang aja yok," Jaehee menelisik perubahan Sion, bibir pucatnya sangat menggangu.

"Perhatian banget sih Ma, sama Papa Haha," tangan Sion memukul-mukul tanah disertai tawa yang keras saat melihat raut kesal Jaehee. Daripada mengurusi Sion yang sibuk tertawa lebih baik Jaehee menghampiri yang lain, meminta mereka untuk segera pulang, terik matahari sangat terasa membakar kulit.

"Bang Yushi, Bang Riku udah yuk bawa Iyo sama Uya pulang. Kitti juga udah sama Bang Sion,"

Akhirnya mereka pulang, Iyo telah berpindah dalam gendongan Jaehee. Saat ini kedua balita itu telah terlelap dengan keringat yang membanjir tubuh, untung tak bau. Daripada bau kedua balita ini malah tercium wangi bedak serta minyak telon. Sampai dirumah pun mereka langsung membersihkan diri lalu beristirahat, rencananya mereka akan tidur hingga makan malam tiba nanti. Semoga dua balita yang lebih dulu tertidur tadi tak mengganggu mereka nanti.

HOUSE No.24 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang