Happy Reading, sorry for typo.
Perbandingan readers sama vote di cerita ini jauh banget, serius kalian cuma mau baca aja tanpa mau kasih dukungan berupa vote? Gratis lho.Penuhi deskripsi dengan komentar kalian ya.
Jika di ingat lagi, dulu tidak pernah terbesit keinginan bahkan pikiran aku untuk menikah dan memiliki anak. Sejak sekolah, aku sudah bertekad untuk hidup sukses yang berhasil meraih karir cemerlang. Menjadi istri atau bahkan calon ibu, tidak pernah masuk ke dalam kamus hidupku.Aku ingin membalas semua orang yang menghina dan meragukanku dulu, aku ingin membuktikan jika uang tidak lebih baik dari tekad.
Aku ingat betul, saat itu aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Sebelum di pertemukan dengan Mama yang menjadi mertuaku saat ini, aku membenci orang kaya.
Mereka selalu semena-mena pada orang sepertiku, mencemoohku bahwa aku tidak akan pernah bisa berhasil hanya dengan mengandalkan otak.
Awal mula aku mengenal Mama saat umurku baru empat belas tahun, saat itu aku masih kelas sepuluh. Saat itu Mama sengaja datang mengunjungi panti asuhan bersama teman-teman sosialitanya, membagikan makanan gratis dan bingkisan untuk semua anak panti.
Pertama kali aku melihat Mama, aku menganggap jika Mama tidak jauh berbeda seperti ibu-ibu sosialita yang lain.
Sudah aku bilang kan, aku sangat membenci orang seperti mereka. Karena itu saat orang seperti mereka datang, aku tidak akan mau berhubungan dengan mereka.
"Maaf, saya tidak membutuhkan hadiah apapun dari anda semua. Saya yatim piatu, tapi saya masih mampu mendapatkan apapun sendiri tanpa bantuan dari anda semua."
Itu jawabanku kala Mama bertanya padaku barang apa yang aku inginkan sebagai hadiah setelah ibu panti mengatakan jika aku baru saja memenangkan olimpiade, aku saat remaja memang memiliki sikap yang buruk.
Biasanya setelah mengatakan itu, mereka pasti langsung membenciku. Mereka akan bilang jika aku adalah orang yang tak tahu diri, walaupun sepertinya tak sepenuhnya salah juga.
Tapi respon Mama berbeda, besok harinya lagi Mama kembali datang sendirian tanpa teman sosialitanya. Mama rela menunggu sampai larut malam demi bertemu denganku, hanya Mama yang tak mempedulikan sikap kasarku. Sampai Mama tiba-tiba memberiku penawaran yang sulit aku percaya.
"Saya mau berikan sponsor untuk pendidikan kamu."
Saat itu juga aku langsung menolaknya, mengatakan jika aku sudah mendapatkan beasiswa di sekolah negeri.
"Kalau begitu, kamu tertarik sekolah di luar negeri?"
"Sebenarnya apa tujuan anda?"
"Saya tahu kemampuan dan kepintaran kamu, saya hanya tidak mau orang seperti kamu di sia-siakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flawless Wife [End]
RomanceTentang Gempita yang menceritakan kisah kehidupan pernikahannya dengan seorang Sakha, cucu pewaris Pramadana. Tentang Gempita yang perlahan mulai merasakan cinta terhadap Sakha, bagi Gempita mencintai Sakha adalah sebuah kesalahan. Tapi, Gempita t...