6. Leonard Adrison

297 30 0
                                    

"DAVIN"

Belum sempat Davin merespon, ketiga sahabatnya sudah berlari memeluknya.

"Huaaa, kita khawatir sama Lo, mereka gak ngelukain Lo kan?" Nevan berucap dengan nada khawatir.

"Lepas dulu woyy, sesek nafas nih gue" Gerutu Davin Ia mencoba melepas pelukan ketiganya.

Setelah puas mereka bertiga akhirnya melepas pelukannya, hal itu juga membuat Davin bernafas lega.

"Gue gak papa, cuman ini doang masalahnya" Ucap Davin, Ia menunjuk rantai yang terikat di kakinya.

"Loh, loh mereka ngerantai Lo!" Ucap Carlos tak percaya.

"Gimana ceritanya Lo bisa di rantai kek gini?" Tanya Nevan.

"Gue berusaha kabur, makannya sekarang kaki gue di rantai kek gini" Ucap Davin dengan lirih.

"Lo percaya mereka?" Tanya Zein dengan wajah yang serius.

"Ntah, mau gak percaya juga mereka udah nunjukin buktinya, gue juga gak ada alesan buat gak percaya sama mereka" Ucapan Davin membuat mereka terdiam sambil mengangguk kepalanya pelan.

"Lo gak bakal kabur lagi?" Davin mengangkat sebelah alisnya, la menatap Zein kemudian menganggukkan kepalanya pelan.

"Okey tunggu disini" Zein pergi meninggalkan mereka bertiga yang masih terdiam.

"Loh Zein mau kemana?" Ucap Nevan bingung.

"Udah biarin, Zein udah gede kok" Carlos berseru santai.

"Oh iya Vin, Lo udah tau belum kalau Leo bakal pulang lusa" Ucap Nevan.

Davin memutar kembali otaknya, seingatnya ia tak asing dengan nama Leo.

Aa..., Ia baru mengingatnya dia adalah Leonard Adrison, salah satu Siswa berprestasi di Sekolah yang melakukan pertukaran pelajar selama 3 bulan di Jerman.

Ntah kebetulan atau apa, Ia juga salah satu Sahabat Davin yang memegang jabatan tinggi di OSIS sebagai Wakil Ketua.

"Vin kerjain yuk" Ucap Carlos dengan wajah yang menjengkelkan.

Davin menarik bibirnya membentuk sebuah seringai kecil.

"Eh Leo minta jemput nih" Nevan berucap heboh.

"Bilang aja kita gak bisa jemput" Davin berucap dengan nada jahil.

"Gue paham maksud Lo hahaha" Carlos terkekeh pelan.

"Kalian gila" Nevan bergidik ngeri menatap kedua temannya yang saat ini menyeringai bagai iblis, namun tak ayal Ia menuruti perkataan Davin.

Zein menghampiri para orang tua yang sedang berbincang, di ruang tamu itu hanya ada Kendrick, Lusi dan Ayahnya.

"Zein, kau sudah bertemu Davin?" Tanya Xander saat melihat Anaknya.

Tetapi bukannya menanggapi Zein malah berjalan kearah Kendrick.

"Om, kunci" Kendrick menatap putra sahabatnya dengan bingung.

"Kunci apa?"

"Davin" Zein berucap singkat.

"Bagaimana jika Davin mencoba kabur lagi?" Kendrick menatap lekat putra sahabatnya.

"Tidak akan"

"Baiklah Om percaya padamu, tapi jika Davin kabur kau harus bertanggung jawab" Ucap Kendrick, ia memberikan kunci itu pada Zein.

DAVINDRA ALARICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang