Setelah menyusun rencana dan merenungkan apa yang ingin dia katakan, Nina memutuskan untuk menghubungi Arga. Dia merasa penting untuk segera bertemu dan berbicara dengan jujur, sehingga tidak ada perasaan yang menggantung. Nina mengirim pesan singkat kepada Arga, mengajak untuk bertemu di taman dekat kost mereka, tempat yang sudah biasa mereka kunjungi dan memiliki banyak kenangan.Sebelum berangkat, Nina mempersiapkan diri. Dia memilih pakaian yang sederhana namun rapi: blus berwarna pastel dan celana jeans. Sambil bercermin, dia mengambil napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Dia tahu percakapan ini mungkin akan sulit, tetapi dia juga tahu bahwa ini adalah langkah penting untuk melanjutkan hidupnya.
Setibanya di taman, Nina menemukan bahwa Arga sudah menunggunya di bangku kayu di dekat danau kecil. Pemandangan taman yang hijau dengan pepohonan rindang dan bunga-bunga bermekaran menciptakan suasana yang tenang. Arga duduk dengan punggung sedikit membungkuk, matanya tertuju pada permukaan air yang tenang. Ketika Nina mendekat, dia menoleh dan tersenyum tipis, meski ada kekhawatiran yang jelas di matanya.
Nina: "Hai, Arga. Terima kasih sudah mau bertemu."
Arga: "Hai, Nina. Tidak masalah, aku senang kamu menghubungi."
Mereka duduk bersebelahan di bangku kayu itu, dengan suasana hening yang agak canggung di antara mereka. Angin sepoi-sepoi berhembus, membawa aroma bunga dan suara dedaunan yang berbisik. Nina memandang ke danau, berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk memulai percakapan.
Setelah beberapa saat, Nina menarik napas dalam dan memulai pembicaraan.
Nina: "Arga, aku sudah banyak berpikir sejak terakhir kali kita bertemu. Aku merasa ada banyak hal yang perlu kita bicarakan, terutama tentang kita."
Arga mengangguk, wajahnya serius namun penuh perhatian.
Arga: "Ya, aku juga merasa begitu. Aku ingin tahu apa yang kamu rasakan sekarang, Nina."
Nina menatap Arga dengan mata penuh ketulusan.
Nina: "Aku ingat semua kenangan indah kita, dan aku akan selalu menghargai itu. Tapi setelah semua yang terjadi, aku merasa bahwa kita sudah banyak berubah. Aku merasa kita berada di tempat yang berbeda sekarang. Dan aku tidak yakin kita bisa kembali ke cara kita yang dulu."
Arga mendengarkan dengan seksama, wajahnya mencerminkan pemahaman yang dalam.
Arga: "Aku juga merasakannya. Ada banyak hal yang berubah, dan meskipun aku ingin kita bisa memperbaiki semuanya, aku sadar bahwa itu mungkin tidak mudah. Mungkin kita sudah terlalu jauh berubah."
Nina merasa lega mendengar bahwa Arga juga memahami situasinya.
Nina: "Aku setuju. Itulah kenapa aku merasa bahwa kita sebaiknya tetap berteman. Aku tidak ingin kehilanganmu sepenuhnya, tapi aku juga tidak ingin kita terjebak dalam bayang-bayang masa lalu."
Arga mengangguk, tampak sedih namun menerima.
Arga: "Aku mengerti, Nina. Aku ingin kamu bahagia, dan jika itu berarti kita hanya berteman, maka aku akan mendukungmu. Aku senang kita bisa berbicara dengan jujur seperti ini."
Setelah perbincangan itu, mereka berdua duduk dalam diam, menikmati ketenangan taman. Mereka memandang danau yang tenang, membiarkan angin membawa perasaan mereka yang rumit. Nina merasa beban besar di pundaknya terangkat; meskipun sedih, dia merasa lega karena telah berbicara dengan jujur.
Arga: "Terima kasih, Nina, karena jujur padaku. Aku harap kita bisa tetap saling mendukung meskipun hanya sebagai teman."
Nina tersenyum dan mengangguk.
Nina: "Aku juga, Arga. Kita punya banyak kenangan bersama, dan aku akan selalu menghargainya."
Mereka berdiri dan berpelukan singkat, sebuah pelukan yang mengandung rasa syukur atas apa yang mereka miliki dan kesedihan atas apa yang harus mereka lepaskan. Setelah itu, mereka berjalan keluar dari taman, berbicara tentang hal-hal ringan dan tertawa tentang kenangan lama, mencoba mengembalikan kehangatan yang dulu mereka miliki sebagai teman.
Mereka berpisah di gerbang taman, dengan janji untuk tetap berhubungan dan saling mendukung. Nina merasa lebih baik setelah pertemuan ini, meskipun ada sedikit kesedihan yang tersisa. Dia tahu bahwa keputusan ini adalah yang terbaik untuk keduanya, dan dia merasa siap untuk melangkah maju, meninggalkan masa lalu dan membuka lembaran baru dalam hidupnya.
Sambil berjalan pulang, Nina merenungkan perasaannya. Dia tahu bahwa ini adalah langkah penting untuk menemukan dirinya sendiri dan menentukan apa yang dia inginkan dalam hidup. Meskipun perjalanan ini belum selesai, dia merasa lebih kuat dan lebih siap untuk menghadapi masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Sebelah Kost
General FictionCinta di Sebelah Kost mengisahkan perjalanan emosional Nina, seorang mahasiswi seni yang kehidupannya berubah ketika bertemu Adrian, seniman muda yang tinggal di sebelah kostnya. Melalui lokakarya melukis, pameran seni, dan percakapan mendalam, mere...